21 November 2025 – Di sebuah dusun kecil di Kupang Timur, Kabupaten Kupang – Nusa Tenggara Timur, berdirilah rumah sederhana berukuran 4×6 meter milik Alex Batuk (46). Dindingnya dari bebak lontar, atapnya dari daun lontar yang telah mengering, dan lantainya masih berupa tanah. Di rumah inilah Alex tinggal bersama istrinya, Trudelyanti (34), serta tiga anak mereka yang masih duduk di bangku sekolah dan satu di antaranya seorang balita.
Setiap sudut rumah menyimpan kisah perjuangan. Ketika hujan deras datang, air masuk dari segala arah, membuat lantai becek dan lembap. Dinding-dinding dari lontar kerap rapuh dimakan usia, dan jendela satu-satunya tidak mampu menyalurkan udara dengan baik. Rumah itu telah mereka huni lebih dari tujuh tahun, tahun demi tahun yang penuh kekhawatiran dan harapan.
“Karena kondisi rumah menggunakan atap dari daun, setiap tiga tahun sekali saya harus menyisihkan uang untuk mengganti atap tersebut, begitupun dengan dinding setiap kali dirayapi,” tutur Alex. Penghasilan sebagai petani sebesar satu juta rupiah per bulan membuat setiap rupiah terasa berarti. Untuk menambah pemasukan, Alex berjualan gula pohon gewang di sela waktu luangnya.
Namun, yang paling menakutkan bagi keluarga kecil ini bukan hanya soal ekonomi. Ketika badai datang, rasa takut selalu menghantui. “Saya selalu was-was setiap ada angin besar, seperti waktu itu saat Seroja datang. Rumah saya bisa patah dan rubuh. Setiap ada angin kencang, kita duduk di depan pintu. Takut angin bawa, kita bisa lari keluar,” kenangnya.

Titik Balik Harapan Baru
Harapan baru datang ketika tim Habitat for Humanity Indonesia bersama PT Arthawenasakti Gemilang datang ke kampung mereka. Setelah melihat kondisi rumah Alex yang tidak layak huni, Habitat Indonesia memutuskan untuk membantu membangun kembali rumahnya menjadi rumah yang lebih aman dan sehat untuk ditinggali.
Namun kisah ini tidak hanya berhenti pada bantuan semata. Saat program pembangunan dimulai, Alex yang mengaku pernah bekerja sebagai tukang bangunan diminta ikut bergabung sebagai pekerja konstruksi. Ia tidak sekadar penerima manfaat, tetapi juga menjadi bagian dari proses membangun rumah impiannya sendiri.
“Sebelum Habitat hadir di kampung saya, saya juga mencari sambilan sebagai tukang bangunan. Jadi saya tahu betul mana rumah yang layak dan kokoh, saya tahu bagaimana pondasi yang kuat menggunakan cakar ayam,” ujar Alex.
Melalui pelatihan yang diberikan Habitat Indonesia, Alex semakin memahami pentingnya standar rumah tahan gempa dan struktur bangunan yang aman. Ia terlibat langsung dari awal hingga akhir proses pembangunan, memastikan setiap dinding berdiri tegak dan setiap atap terpasang kuat.
“Perbedannya luar biasa. Adanya bantuan rumah ini terasa sangat kuat dan kokoh, karena saya tahu betul pembangunan rumah ini seperti apa. Saya ikut terlibat langsung membangunnya,” katanya dengan senyum bangga.

Baca juga: Hadiah dari Doa yang Tak Pernah Putus
Rumah yang Mengubah Hidup
Kini, rumah baru Alex telah berdiri kokoh. Bagi keluarga kecil itu, rumah ini bukan hanya tempat berlindung dari hujan dan panas, tetapi juga simbol kehidupan baru.
“Rumah itu kan tempat berlindung di dalam, saat hujan, panas. Sekarang saya bersyukur punya rumah bagus seperti ini,” kata Trudelyanti sambil menatap dinding baru rumahnya. “Rumah ini sangat pas untuk keluarga kami tinggal, dua anak kami bisa punya kamar sendiri.”
Lebih dari itu, rumah layak ini turut membawa perubahan nyata bagi ekonomi keluarga. Jika dulu sebagian penghasilan harus disisihkan untuk memperbaiki atap lontar atau mengganti dinding yang rusak, kini uang itu bisa digunakan untuk hal yang lebih penting yakni, pendidikan anak-anak mereka.
“Sekarang saya bisa menabung sedikit demi sedikit untuk masa depan anak-anak. Tidak perlu lagi khawatir atap bocor atau rumah rusak,” ujar Alex penuh rasa syukur.
Setelah rumahnya selesai dibangun, Alex tetap memilih untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai pekerja konstruksi bersama tim Habitat. Ia ingin membantu membangun rumah-rumah layak huni lainnya di desanya.
Kini, setiap kali ia membantu mendirikan rumah baru untuk tetangganya, ada semangat yang sama yang ia rasakan yaitu, semangat untuk memberi rasa aman dan harapan kepada keluarga lain, sebagaimana ia pernah menerimanya.

Berkat dukungan PT Arthawenasakti Gemilang, program pembangunan rumah layak huni ini berhasil menghadirkan 100 rumah baru dan renovasi bagi keluarga di wilayah Kupang dan sekitarnya. Di balik angka itu, tersimpan kisah-kisah nyata seperti keluarga Alex, tentang perjuangan, ketulusan, dan harapan yang tumbuh di antara dinding rumah yang baru berdiri.
Karena bagi Alex dan banyak keluarga lainnya, rumah bukan hanya tempat tinggal. Rumah adalah tempat di mana harapan tumbuh, cinta berdiam, dan kehidupan dimulai kembali.
Penulis: Kevin Herbian
(av/kh)





