Sudjadi (52) telah melewati lebih dari dua puluh tahun hidup di Kampung Bebulak, Desa Margamulya, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Sebagai seorang buruh serabutan, hidupnya jauh dari kata mudah. Setiap hari ia bergumul dengan rasa lelah, berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya meski penghasilan sering kali tidak cukup.
Istrinya, Hayati (49), seorang ibu rumah tangga, turut berbagi beban hidup bersama suaminya, terutama ketika mereka harus tinggal di rumah yang hampir roboh. “Rumah Bapak itu dulu hampir mau roboh, sering kejatuhan kelapa. Cucu Bapak sampai ketakutan,” ungkap Sudjadi saat mengenang masa lalunya.
Bagi kebanyakan orang, hujan adalah berkah. Namun, bagi keluarga Sudjadi, hujan adalah ancaman. “Yang paling menyedihkan itu saat hujan. Anak-anak terpaksa Bapak bangunin untuk ambil ember, mangkuk, menadah hujan yang bocor … byuurrr jatuh airnya,” tambah Sudjadi.
Atap rumahnya terbuat dari genteng welit (alang-alang atau daun kelapa), ditambah plastik seadanya untuk menambal atap dari air hujan yang selalu merembes masuk. Dinding bilik bambu yang telah lapuk menjadi sarang bagi tikus, kecoa, dan cacing. Kotoran mereka tak hanya mengotori rumah, tetapi juga membawa penyakit yang sering kali menyerang anggota keluarga.
Harapan Baru
Di tengah masa sulit, secercah cahaya harapan baru muncul. Habitat for Humanity Indonesia bersama para donatur dan relawan datang untuk membangun kembali rumah Sudjadi. Rumah yang dulu nyaris roboh, kini berdiri kokoh, menjadi simbol kebangkitan keluarga kecil Sudjadi.
“Seperti mimpi, bapak bersyukur banget punya rumah yang bagus seperti ini, enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata.” ucap Sudjadi saat tak mampu menahan rasa syukurnya.
Rumah baru itu tak hanya memberikan tempat berlindung yang aman dari hujan dan panas, tetapi juga membawa kesehatan yang lebih baik. “Sekarang udah enggak pernah gatal-gatal lagi. Anak-anak udah jarang kena sakit. Betah mereka sekarang belajar di rumah, nyaman katanya,” tambah Sudjadi.
Surga Kecil Bagi Sudjadi dan Keluarga
Kini, rumah itu menjadi tempat di mana Sudjadi dan Hayati bisa menikmati waktu bersama cucu-cucu mereka dengan penuh kedamaian. Mereka tak lagi diliputi ketakutan akan atap yang bocor atau dinding yang lapuk.
Rumah ini, bagi Sudjadi, adalah surga kecil yang menawarkan kehangatan dan kebahagiaan yang selama ini terasa jauh dari genggaman. Sudjadi dan keluarganya dapat menjalani hari-hari dengan senyum yang tak lagi terhalang kekhawatiran, berkat rumah yang memberikan mereka lebih dari sekadar tempat berlindung, tetapi juga kesempatan untuk hidup lebih sejahtera dan bahagia.
Kisah Sudjadi adalah salah satu dari banyak cerita tentang harapan dan perubahan yang dapat terwujud melalui bantuan nyata. Sahabat Habitat juga bisa menjadi bagian dari perubahan ini dengan mengunjungi www.habitatindonesia.org/donate
(kh/av)