logotype
Donate

Kategori: Kisah Perubahan

HU – Air Bersih Bogor
Kisah Perubahan

Mewariskan Harapan Lewat Akses Air Bersih

Habitat for Humanity Indonesia bersama PT Bumi Resources Tbk hadirkan akses air bersih bagi 200 keluarga dan delapan fasilitas umum, demi mendukung kehidupan yang lebih sehat dan bermartabat. 

Iah Muliati bersama putrinya sedang mencuci pakaian menggunakan fasilitas akses air bersih yang telah dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Kampung Wangun 2, Bogor (9/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Matahari pagi menyapa hangat Kampung Wangun 2, sebuah permukiman kecil di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Sinar lembutnya menembus sela-sela dedaunan, menari-nari di atas genting rumah-rumah warga, sebelum akhirnya jatuh perlahan ke wajah seorang ibu yang tengah menunduk mencuci pakaian bersama anak perempuannya.  

Iah Muliati namanya. Di bawah gemercik air yang mengalir dari kran rumahnya, senyum Muliati mengembang lebar. Hari itu terasa berbeda. Ada ketenangan yang sulit ia sembunyikan dan di balik matanya yang berbinar, tumbuh keyakinan bahwa masa depan anak-anaknya akan jauh lebih baik. 

Sudah lama sekali Muliati mendambakan momen seperti ini. Bertahun-tahun, air bersih menjadi kemewahan yang sulit dijangkau di kampungnya. Padahal, mereka tinggal di daerah yang tampaknya subur dan hijau, dikelilingi oleh perbukitan yang seharusnya menjadi sumber kehidupan. Namun nyatanya, untuk mendapatkan air bersih saja, warga harus berjibaku dengan sistem distribusi yang tidak menentu. Muliati tersenyum dan berkata, “Ibu bersyukur sekarang punya air bersih yang mengalir langsung ke kran rumah Ibu. Airnya kenceng, bening, engga keruh kayak sebelumnya.” 

Cerita tentang Muliati adalah satu dari sekian banyak kisah warga Kampung Wangun 2 yang selama ini bergelut dengan persoalan mendasar yaitu akses terhadap air bersih. Sumber mata air yang mereka miliki dikelola secara swadaya, dengan pipa-pipa plastik seadanya yang dipasang tanpa perencanaan matang. Sistemnya tidak terkoordinasi dengan baik. Aksesnya pun tidak merata. Ada yang mendapat limpahan air, tetapi tak sedikit pula yang harus sabar menunggu giliran atau bahkan tidak mendapat sama sekali. 

Aliran sungai kecil yang menjadi sumber mata air warga Kampung Wangun 2, Bogor (9/1). Sumber mata air ini dikelola secara mandiri tanpa perencanaan matang dengan menggunakan pipa-pipa plastik, sehingga distribusi air tidak merata ke seluruh warga. Foto: HFHI/Kevin Herbian

“Di sini untuk air itu sangat susah, Mas, apalagi ditambah musim kemarau,” cerita Muliati, mengenang masa-masa paling sulit yang harus dilalui. Ia lalu menambahkan, “Adanya air itu tidak merata. Jadi sebagian enggak dapat, yang sebagian lagi dapat tapi itu juga airnya sedikit banget.” 

Muliati tak akan pernah lupa bagaimana ia dan keluarganya pernah harus bertahan tanpa air selama empat hari. Dengan suara pelan, Muliati bercerita, “Ibu sekeluarga juga ngalamin enggak ada air selama empat hari. Terpaksa ibu harus ngeluarin uang untuk beli dua air galon, lima ribu per galonnya. Uang sepuluh ribu ini seharusnya bisa dipakai untuk beli beras, tapi karena enggak ada air jadi uang beli berasnya terpaksa dipotong.” 

Bagi keluarga seperti Muliati, situasi itu sangat memukul ekonomi rumah tangga. Air menjadi kebutuhan mahal. Ironisnya, sulit dijangkau meski tinggal dekat dengan alam. Mereka harus berhemat, menampung air jika tersedia, dan tetap memenuhi kebutuhan hidup dari minum hingga memasak dan mencuci. 

Tim Habitat for Humanity Indonesia melakukan pendataan dan mendengarkan aspirasi warga Kampung Wangun 2, Bogor, terkait keterbatasan akses air bersih (17/4). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Foto: Meningkatkan Kesehatan Komunitas melalui Pelatihan PHBS

Solusi Kolektif untuk Air Bersih 

Namun pada awal tahun 2025, angin perubahan mulai berembus ke Kampung Wangun 2. Habitat for Humanity Indonesia berkolaborasi dengan PT Bumi Resources Tbk berupaya menghadirkan program penyediaan akses air bersih.  

Ini bukan sekadar bantuan satu arah. Ratusan warga dilibatkan secara aktif, mulai dari tahap survei, pendataan kebutuhan, hingga proses pembangunan infrastruktur air bersih. 

Gotong royong menjadi semangat utama dalam program ini. Warga bersama-sama membangun empat bak utama yaitu bak intake, bak pengolahan, bak pemecah tekan, dan bak reservoir. Mereka juga menyambungkan jaringan pipa HDPE (High-Density Polyethylene) berukuran dua inci, satu inci, dan setengah inci sepanjang lebih dari delapan kilometer dari mata air hingga ke setiap rumah yang tersebar di empat RT. 

Gotong royong warga Kampung Wangun 2, Bogor, menyambungkan pipa HDPE dalam upaya penyediaan akses air bersih (2/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Kini, air bersih telah mengalir ke lebih dari 200 sambungan rumah dan 8 fasilitas umum seperti empat mushola, dua majelis, satu masjid, dan satu sekolah yang digunakan oleh ratusan siswa setiap hari. Setiap tetes air yang keluar dari meteran berwarna kuning menjadi bukti nyata kerja keras dan kebersamaan warga. 

Bagi PT Bumi Resources Tbk, keberhasilan ini bukan hanya soal angka atau jumlah sambungan yang tercapai. Lebih dari itu, ini adalah bentuk nyata dari komitmen perusahaan dalam mendukung kehidupan yang lebih layak dan berkelanjutan bagi masyarakat.  

“Kami percaya bahwa akses terhadap air bersih adalah hak dasar setiap manusia. Melalui kerja sama ini, kami ingin memastikan bahwa kontribusi perusahaan bisa memberi dampak langsung bagi kehidupan masyarakat, terutama di desa-desa yang sebelumnya menghadapi kesulitan akses air,” ujar Tofan Wibisono, Senior Manager Sustainability and CSR PT Bumi Resources Tbk saat memberikan sambutan acara penutupan Program Penyediaan Akses Air Bersih di Kampung Wangun 2, Bogor pada Kamis (17/7/2025). 

Ia menambahkan, kolaborasi semacam ini bukan hanya tentang memberikan bantuan, tetapi tentang membangun kepercayaan dan kemandirian. “Kami sangat mengapresiasi semangat gotong royong yang ditunjukkan warga Kampung Wangun 2. Ini menunjukkan bahwa ketika komunitas dilibatkan sejak awal, hasilnya bisa jauh lebih berkelanjutan dan berdaya,” lanjutnya. 

Simbolis penyerahan fasilitas akses air bersih oleh PT Bumi Resources Tbk kepada Komite Air Sejahtera Bersama di Kampung Wangun 2, Bogor (17/7). Foto: HFHI/Edwyn Tarore

Baca juga: Berakhirnya Kelangkaan Air Bersih: Kampung Cicadas Sambut Hidup Baru

Pemberdayaan dan Kemandirian Warga 

Project Coordinator Habitat Indonesia, Haifa Nadira, menekankan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik. Ia mengatakan, “Sebagian besar infrastruktur dibangun sendiri oleh warga. Kami ingin memastikan bahwa mereka tak hanya menjadi penerima manfaat, tapi juga pengelola utama keberlanjutan sistem air ini.” 

Untuk mendukung keberlanjutan itu, dibentuklah Komite Air Sejahtera Bersama yang terdiri dari tiga belas warga terpilih. Mereka bekerja tanpa bayaran, menjaga sistem, mengelola tarif, dan memastikan distribusi air berjalan lancar setiap hari. Bagi komite, tanggung jawab ini bukan sekadar tugas teknis, tetapi juga bentuk komitmen terhadap masa depan desa. 

Eman, ketua komite, menuturkan, “Kami sadar, punya fasilitas bukan berarti selesai. Yang penting justru bagaimana kami menjaganya. Kami rutin mengecek pipa, memastikan tidak ada kebocoran, dan mengingatkan warga untuk menggunakan air dengan bijak. Harapan kami, fasilitas ini bisa tetap berfungsi puluhan tahun ke depan, asalkan dirawat bersama-sama.” 

Tim Komite Air Sejahtera Bersama melakukan pengecekan rutin fasilitas akses air bersih yang telah dibangun Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Kampung Wangun 2, Bogor (9/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Tak berhenti di sana, program ini juga menyentuh aspek edukasi dan perubahan perilaku. Habitat Indonesia mengadakan pelatihan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi dua ratus keluarga penerima manfaat. Dalam pelatihan ini, warga diajak bermain ular tangga bertema sanitasi, belajar enam langkah mencuci tangan, dan mengikuti kuis interaktif tentang mitos dan fakta kebersihan. Edukasi ini dirancang menyenangkan agar mudah diterima dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Tami, salah satu warga yang mengikuti pelatihan, merasakan sendiri manfaatnya. “Saya sekarang lebih paham tentang kebersihan keluarga. Ternyata hal-hal kecil yang selama ini saya anggap sepele berdampak besar. Misalnya, cara mencuci tangan yang benar atau cara menyimpan air minum yang higienis. Saya akan lebih berhati-hati menjaga kebersihan di rumah agar anak-anak tidak mudah sakit,” ujarnya. 

Program ini juga mengajarkan warga tentang konservasi lingkungan. Sebanyak 70 pohon ditanam di sekitar mata air, bak penampung, dan kawasan pemukiman. Langkah ini menjadi bentuk tanggung jawab ekologis untuk menjaga keberlangsungan mata air dan mencegah risiko erosi serta kekeringan di masa depan.  

Tak ketinggalan, Habitat Indonesia juga menerjunkan tim enumerator ke lapangan untuk melakukan survei sosial dan teknis secara langsung. Mereka memastikan bahwa semua intervensi yang dilakukan benar-benar menjawab kebutuhan warga dan mampu memberikan dampak yang berkelanjutan. 

Antusiasme warga Kampung Wangun 2, Bogor, saat mengikuti pelatihan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (2/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Habitat for Humanity Indonesia Bangun Akses Air Bersih di Gunung Kidul 

Apa yang terjadi di Kampung Wangun 2 merupakan kelanjutan dari keberhasilan program sebelumnya di Kampung Wangun Cileungsi. Sebanyak 152 rumah dan 7 fasilitas umum telah lebih dulu menerima akses air bersih.  

Kepala Desa Karang Tengah, Suhandi Widipranata, turut menyampaikan rasa terima kasihnya atas keberlanjutan program yang telah membawa perubahan nyata di desanya. “Ini sudah yang kedua kalinya Habitat dan Bumi Resources hadir menjawab persoalan air bersih di wilayah kami. Saya sangat bersyukur karena kehadiran program ini benar-benar berdampak besar bagi warga. Harapan saya, fasilitas yang sudah dibangun ini bisa terus dijaga bersama agar manfaatnya bisa dirasakan hingga generasi cucu-cucu kami nanti,” ujarnya penuh harap. 

Masa Depan Dimulai 

Bagi Muliati, perubahan yang terjadi hari ini sangatlah nyata. Ia menceritakan dengan antusias, “Yakan enak tuh kalau udah ada air seperti ini. Ibu pakai buat nyuci, buat mandi, buat direbus juga airnya bagus. Layak dikonsumsi, soalnya kata Pak RT airnya udah diuji lab.” tuturnya. “Sekarang ibu udah enggak perlu ngeluarin uang lagi. Ibu bisa pakai untuk keperluan lain, bahkan sedikit menabung.” 

Matanya menerawang jauh. Muliati membayangkan masa depan yang lebih ringan, di mana anak-anak dan cucunya tak lagi harus bersusah payah hanya untuk mendapatkan air bersih. “Ibu yakin air ini berkah. Untuk anak-anak Ibu nanti juga.” 

Apa yang dilakukan oleh Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Desa Karang Tengah bukan sekadar pembangunan infrastruktur. Ini adalah investasi jangka panjang bagi kehidupan. Setiap tetes air yang kini mengalir dari kran bukan hanya menjawab kebutuhan fisik, tetapi juga menyuburkan harapan, menyehatkan generasi, dan menumbuhkan semangat gotong royong sebagai fondasi sosial yang kokoh. 

Dari kaki perbukitan Kampung Wangun 2, kita belajar satu hal yang sederhana tapi mendalam. Bahwa perubahan besar bisa dimulai dari sesuatu yang paling mendasar yaitu air bersih. Dan dari air yang jernih itu, mengalir pula masa depan yang lebih sehat, lebih adil, dan lebih manusiawi. 

(kh/av)