logotype
Donate

Kategori: Kabar Habitat

HFHI – Climate
Kabar Habitat

Dorong Strategi “Climate Resilient Housing 2030”, Habitat for Humanity Indonesia Gandeng Kolaborasi Lintas Sektor

Jakarta, 23 Desember 2025 – Perumahan yang tangguh terhadap dampak perubahan iklim bukan lagi sebuah pilihan, melainkan keharusan nasional bagi Indonesia. Sebagai salah satu negara paling rawan bencana di dunia, Kementerian Kesehatan RI melalui Pusat Krisis Kesehatan menyatakan bahwa hampir 80% bencana di Indonesia terkait hidroklimatologi (banjir, tanah longsor, banjir bandang, kekeringan, angin puting beliung, gelombang pasang/badai). Dampak ini sangat memukul masyarakat terutama wanita di permukiman informal dengan dampak kesehatan dan biaya hidup akibat kekeringan, kenaikan suhu dan naiknya permukaan laut.

Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Boby Wahyu Hernawan, menyampaikan dalam media briefing Kemenkeu (29 Mei 2024) tanpa langkah adaptasi serius, perubahan iklim diproyeksikan merugikan Indonesia hingga 2,87% dari PDB setiap tahunnya pada 2045.

Dalam sambutannya, Handoko Ngadiman (Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia) menyatakan, “Bagi keluarga besar Habitat for Humanity, perumahan tangguh iklim bukan lagi pilihan, tetapi keharusan. Program pemerintah untuk membangun 3 juta rumah per tahun adalah peluang strategis untuk memasukkan prinsip ketangguhan dan desain adaptif iklim ke dalam kebijakan. Selain itu, kami menyadari pentingnya skema pembiayaan yang inklusif dan fleksibel—seperti pembiayaan mikro dan peningkatan rumah secara bertahap—agar keluarga berpenghasilan rendah, rumah tangga yang dikepalai perempuan, dan kelompok rentan tidak tertinggal. Pembiayaan yang inklusif ini juga diperlukan untuk membiayai perbaikan rumah menjadi adaptif terhadap iklim.”

Kolaborasi Strategis dan Kebijakan

Lokakarya yang dimoderatori oleh Dr. Saut Sagala (Global Resilience Specialist dari RDI dan Associate Professor dari ITB) menghadirkan para pakar dari berbagai institusi untuk menyelaraskan kebijakan adaptasi. Berdasarkan hasil curah gagasan, lokakarya ini merumuskan beberapa Temuan Kunci:

  • Ketahanan iklim di bidang perumahan telah dimandatkan dalam RPJPN-RPJMN dan terhubung dengan sektor air, sanitasi, serta tata ruang hingga level rumah tangga.
  • Implementasi di tingkat tapak masih belum konsisten meskipun perumahan merupakan bagian penting agenda adaptasi nasional.
  • Desain “passive cooling” berbasis kondisi lokal (seperti hasil kajian di Desa Wunung, Kabupaten Gunung Kidul) efektif meningkatkan kualitas udara dan kesejukan rumah.

“Program pembangunan rumah nasional merupakan peluang unik untuk memasukkan desain adaptif iklim ke dalam kebijakan pemerintah. Kita perlu memastikan adanya enabler berupa kerangka kerja dan regulasi yang mendukung keterjangkauan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, agar target hunian layak dan tangguh tahun 2030 dapat tercapai,” Ira Lubis, ST., MIDP, Koordinator Bidang Perumahan, Kementerian PPN/Bappenas, menekankan pentingnya integrasi kebijakan

Khairunnisa Destyany Qatrunnada, S.Si., Staf Ahli Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim, mewakili Direktur Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup, menambahkan terkait aspek mitigasi dan adaptasi, “Mengadaptasi bangunan untuk menghadapi perubahan iklim dan mengurangi emisi adalah dua hal yang saling memperkuat. Kami mendukung langkah-langkah teknis seperti penggunaan material rendah karbon dan sistem drainase yang lebih baik untuk menjaga kohesi komunitas di lokasi asli mereka.” Selain itu, Prof. Ir. Suparwoko, MURP., Ph.D. (Universitas Islam Indonesia), juga menyoroti pentingnya panduan teknis perumahan adaptif yang kontekstual bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Ekosistem Pembiayaan dan Ekonomi Sirkular

Lokakarya ini juga membahas inovasi finansial bersama Tadianto Slamet Saputro dari Komida, yang menekankan pentingnya indikator ketangguhan yang dirancang secara bertahap agar peningkatan rumah tetap terjangkau bagi komunitas MBR. Di sisi lain, Novita Tan (Co-founder dan CEO Rebricks) memaparkan potensi ekonomi sirkular dalam sektor konstruksi untuk mengurangi risiko iklim sekaligus menggerakkan ekonomi lokal.

Rekomendasi Utama Lokakarya

Sebagai hasil dari diskusi intensif, Habitat for Humanity Indonesia merangkum rekomendasi berikut:

  • Pendekatan Berbasis Bukti: Mengutamakan evidence-based design dengan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi pada program perumahan MBR.
  • Inklusi Komunitas: Memprioritaskan intervensi dengan pemanfaatan material lokal dan penguatan kapasitas tukang setempat melalui pelatihan.
  • Pilot Project: Melaksanakan studi percontohan untuk menguji efektivitas panduan teknis di berbagai wilayah, terutama di wilayah rawan bencana.

Habitat for Humanity Indonesia berharap hasil lokakarya ini menjadi landasan kolaborasi jangka panjang melalui skema Public Private Partnership (PPP) demi mewujudkan hunian yang tangguh bagi masa depan Indonesia.

(av/as)

HFHI – DR Sumatera
Kabar Habitat

Awali Program Pemulihan Pasca Banjir Sumatera, Habitat for Humanity Indonesia Lakukan Kajian Cepat Pascabencana di Sibolga

Sibolga, 12 Desember 2025 – Lebih dari dua pekan pasca banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah di Sumatera, puluhan ribu keluarga masih berada dalam kondisi sulit. Lebih dari 157.800 rumah rusak dan ratusan ribu warga masih mengungsi (BNPB, 12 Desember 2025). Di banyak titik, warga belum dapat kembali karena kondisi lingkungan yang belum aman dan rumah yang hancur diterjang material longsor.

Di Kota Sibolga, Sumatera Utara, dampak kerusakan juga sangat besar. Menurut laporan BPBD Kota Sibolga per 12 Desember 2025, sedikitnya 7.276 jiwa mengungsi, sementara 665 rumah mengalami kerusakan, baik ringan, sedang, maupun berat. Situasi ini membuat kebutuhan akan hunian, sanitasi, dan akses air bersih semakin mendesak, terutama di wilayah yang berada dekat tebing perbukitan dan bantaran sungai.

Asesmen di Lokasi Paling Terdampak

Sejak 10 Desember 2025, tim Habitat for Humanity Indonesia telah berada di Sibolga untuk melakukan asesmen cepat (rapid assessment) guna memetakan kebutuhan mendesak masyarakat khususnya rumah layak huni. Fokus utama pencatatan awal dilakukan di wilayah yang mengalami kerusakan terparah, yaitu Kecamatan Sibolga Utara, meliputi Kelurahan Simare Mare, Angin Nauli, dan Huta Tonga Tonga.

Di Kelurahan Simare Mare, tim menemukan puluhan rumah hancur tersapu banjir bandang dan longsoran material kayu serta batu dari bukit. Banyak keluarga harus meninggalkan rumah tanpa sempat menyelamatkan barang-barang mereka.

Riang (43), salah satu penyintas yang kini mengungsi di gedung Bank Indonesia, menggambarkan detik-detik terjadinya bencana. “Seharian itu hujan deras dan mati lampu. Sekitar setengah satu malam, saya dengar suara gemuruh batu. Saat itu juga kami lari ke bawah, tak sempat selamatkan apa pun. Rumah saya hancur…,” ujarnya.

Kerusakan juga terjadi di Kelurahan Angin Nauli, di mana sejumlah rumah berdiri di atas daerah aliran sungai (DAS) dan tepi Sungai Aek Doras. Saat banjir bandang pada 25 November 2025, material lumpur, batu, dan kayu menyapu wilayah tersebut dan memicu gelombang air dari bukit menuju dataran rendah. Rumah-rumah mengalami kerusakan beragam dari ringan hingga sedang.

Pilu mendalam juga dirasakan warga Kelurahan Huta Tonga Tonga. Sebanyak 71 kepala keluarga terdampak, dan 51 rumah mengalami rusak berat setelah material pasir setinggi 1,5–2 meter masuk dan menimbun bagian dalam rumah mereka.

Ronald (55), salah satu warga yang memilih bertahan di rumahnya yang hampir tertutup pasir, bercerita kepada tim Habitat for Humanity Indonesia, “Saya tidur di atas sisa kasur yang sudah hampir menyentuh atap. Saya tetap tinggal karena ingin jaga rumah, takut barang dijarah. Tapi tiap hari pasir makin naik… rumah ini hampir tertimbun.”

Cerita para penyintas menggambarkan betapa tingginya kebutuhan akan bantuan pemulihan rumah dan pembersihan lingkungan di Sibolga.

Habitat Indonesia Siapkan Intervensi Dua Tahun untuk Pemulihan Sibolga

Berdasarkan hasil asesmen dan koordinasi di lapangan, Habitat for Humanity Indonesia merencanakan intervensi pemulihan selama dua tahun di Kota Sibolga dan wilayah sekitarnya.

Di tahun pertama, Habitat Indonesia akan berfokus pada dukungan darurat dan perbaikan dasar bagi keluarga terdampak, meliputi:

  • Distribusi shelter kit untuk 500 keluarga
  • Dukungan rubble removal equipment/assistance untuk membantu pembersihan material longsor
  • Perbaikan 500 rumah dengan penguatan struktur (retrofitting)
  • Pengembalian akses sanitasi dan air bersih (WASH)
  • Pelatihan WASH dan Build Back Safer untuk komunitas

Di tahun kedua, Habitat Indonesia akan membangun kembali 300 rumah layak huni berbasis kawasan bagi keluarga terdampak, dengan standar ketahanan lebih baik agar risiko bencana dapat diminimalkan di masa depan.

Upaya ini dilakukan sebagai bentuk komitmen Habitat Indonesia untuk membantu para penyintas kembali memiliki tempat tinggal yang aman, layak, dan bermartabat.

#Bersama, Bangun Sumatera

Di tengah masa-masa sulit ini, dukungan dari berbagai pihak sangat berarti. Habitat for Humanity Indonesia mengajak masyarakat dari berbagai elemen, baik individu, korporasi, dan para mitra untuk turut serta dalam proses pemulihan dan pembangunan kembali kehidupan keluarga terdampak bencana di Sibolga.

Bagi Sahabat Habitat yang ingin berpartisipasi dalam misi kemanusiaan ini, donasi dapat disalurkan melalui BCA: 210-3002-958 (Habitat Kemanusiaan Ind Yay). Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada flyer di bawah.

Foto & Penulis: HFHI/Kevin Herbian

(kh/av)

HFHI – Pakuwon
Kabar Habitat

Habitat for Humanity Indonesia dan Pakuwon Group Lanjutkan Kolaborasi Bangun Hunian Layak di Gresik

Gresik, 11 Desember 2025 – Habitat for Humanity Indonesia bersama Pakuwon Group kembali melanjutkan komitmen bersama dalam memberikan dampak nyata bagi masyarakat, khususnya untuk mengurangi angka jutaan keluarga yang masih tinggal di hunian tidak layak.  

Upaya ini diperkuat melalui program CSR Pakuwon Group yang pada tahun ini diarahkan untuk pembangunan 21 unit rumah layak huni di Desa Campurejo, Panceng, Kabupaten Gresik. Pembangunan tersebut secara resmi dimulai dengan seremoni peletakan batu pertama pada Kamis (4/12) lalu. 

Pada kesempatan ini, Bupati Gresik yang diwakili Staf Ahli Bupati Bidang Fisik dan Prasarana, Johar Gunawan, menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap sinergi yang terbangun dalam program ini. Ia menegaskan bahwa peningkatan kualitas permukiman menjadi komitmen serius Pemerintah Kabupaten Gresik.  

Berdasarkan data Dinas Cipta Karya, Perumahan, dan Kawasan Permukiman serta Bappeda, terdapat 145 unit rumah yang menjadi sasaran peningkatan kualitas permukiman, serta 90 unit rumah baru yang dibangun sebagai lokasi relokasi warga dari tanah kas desa. 

“Dari 90 unit tersebut, 69 unit dibiayai negara dan 21 unit difasilitasi melalui CSR Pakuwon Group bersama Habitat for Humanity Indonesia. Kami sangat mengapresiasi kolaborasi ini dan berharap keluarga-keluarga dapat menjaga rumah yang telah dibangun,” ujar Johar Gunawan. 

Dukungan serupa disampaikan oleh Habitat for Humanity Indonesia melalui Abraham Tulung, Resources Development General Manager. Ia menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari perjalanan panjang Habitat Indonesia dalam membangun kehidupan yang lebih baik bagi keluarga berpenghasilan rendah.  

“Habitat for Humanity Indonesia telah hadir lebih dari 10 tahun membangun hunian layak, menyediakan akses air bersih, serta menghadirkan community center dan sarana toilet bagi keluarga-keluarga yang termasuk dalam kategori desil 1 dan desil 2,” ujarnya. 

Direktur Pakuwon Group, Saibun Wijaya, juga menekankan pentingnya hunian yang aman sebagai fondasi bagi keluarga untuk berkembang. “Rumah yang kami bangun bersama Habitat Indonesia ini diharapkan dapat membantu pemilik rumah merencanakan masa depan dan membuka harapan baru bagi mereka,” katanya. 

Kolaborasi ini menjadi wujud nyata bagaimana sektor swasta, organisasi nirlaba, dan pemerintah daerah dapat berjalan beriringan untuk menghadirkan solusi perumahan yang berkelanjutan. Dengan pembangunan 21 unit rumah layak huni ini, Desa Campurejo tidak hanya mendapat infrastruktur baru, tetapi juga peluang bagi warganya untuk memulai perjalanan menuju kehidupan yang lebih aman, sehat, dan bermartabat. 

(kh/av)

HFHI – PropCon Golf
Kabar Habitat

PropCon Golf Club Bersama Habitat for Humanity Indonesia Dorong Dampak Nyata Melalui Golf

Jakarta, 8 Desember 2025 – PropCon Golf Club kembali menyelenggarakan turnamen golf tahunannya bertajuk 17th Interdesign PropCon Not Another End of Year Golf Tournament 2025, yang sukses digelar pada Sabtu, 6 Desember 2025 di Damai Indah Golf – BSD Course. Ajang ini menjadi ruang temu para pegolf dari berbagai latar belakang, sekaligus wadah kolaborasi untuk menciptakan dampak sosial. 

Untuk kedua kalinya, PropCon Golf Club menggandeng Habitat for Humanity Indonesia sebagai charity partner, menegaskan komitmen berkelanjutan dalam mendukung akses sanitasi dan pendidikan yang layak. Melalui turnamen ini, berhasil dihimpun dana sebesar Rp103.000.000,-. 

Dana yang terkumpul akan dialokasikan untuk mendukung renovasi 5 unit toilet sekolah serta pembangunan 1 unit toilet baru di MTs–MA Batamiyah, Batam, guna menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan aman bagi para siswa. 

“Kami percaya bahwa olahraga dapat menjadi jembatan kolaborasi sekaligus sarana berbagi. Melalui turnamen ini, kami ingin menghadirkan dampak nyata yang bisa langsung dirasakan oleh mereka yang membutuhkan,” ujar Bapak Desmond Kandiawan, Ketua Propcon Golf Club. 

Sementara itu, Habitat for Humanity Indonesia menyampaikan apresiasi atas kepercayaan dan kolaborasi yang terus terjalin. “Ini merupakan sebuah kehormatan bagi Habitat Indonesia untuk kedua kalinya dipercaya sebagai charity partner oleh PropCon Golf Club. Dukungan PropCon Golf Club menjadi bagian penting dalam upaya kami memastikan sekolah memiliki fasilitas sanitasi yang layak. Dari lapangan golf, harapan itu dibangun bersama,” ungkap Abraham Tulung, Resource Development General Manager Habitat for Humanity Indonesia. 

Turnamen berlangsung dengan suasana kompetitif namun tetap hangat dan bersahabat, mencerminkan semangat kebersamaan di antara para peserta. Lebih dari sekadar penutup tahun, kegiatan ini menjadi pengingat bahwa kolaborasi mampu menghadirkan perubahan positif bagi masa depan generasi muda Indonesia. 

Simak tayangan video di bawah ini untuk melihat bagaimana kolaborasi Habitat for Humanity Indonesia dan PropCon Golf Club telah memberikan dampak nyata bagi dua sekolah di Karawang dan Gresik pada program sebelumnya:

Video: HFHI/Budi Ariyanto

Penulis: Syefira Salsabilla

(ia/kh)

HFHI – Centratama
Kabar Habitat

Akses Literasi Digital Baru bagi Siswa SMPN 1 Pakem

Sleman, 21 November 2025 – Habitat for Humanity Indonesia bersama PT Centratama Group kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung peningkatan literasi pendidikan di Indonesia melalui pembangunan perpustakaan digital di SMP Negeri 1 Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Inisiatif ini menjadi bukti bahwa pendidikan yang inklusif dan modern dapat diwujudkan melalui sinergi antara sektor swasta dan lembaga sosial. 

Peresmian fasilitas tersebut dilakukan secara simbolis melalui pemotongan pita dan dihadiri oleh Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, Chief of Finance Officer PT Centratama Group, Caba Pinter, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman, serta jajaran tenaga pendidik SMPN 1 Pakem. 

Program ini tidak hanya membangun ruang perpustakaan baru, tetapi juga melakukan renovasi menyeluruh, mulai dari pengerjaan bangunan, pengecatan mural, hingga penyediaan fasilitas pendukung seperti karpet, meja dan kursi belajar, sofa, LED TV, sound system, AC, komputer, dan berbagai furnitur lainnya. Semua fasilitas tersebut dirancang untuk menciptakan ruang belajar yang lebih nyaman dan modern. 

PT Centratama Group juga memastikan bahwa teknologi menjadi elemen utama dalam transformasi ini. Mereka berkontribusi dalam instalasi software serta pelatihan penggunaan aplikasi Edoo, platform perpustakaan digital yang menyediakan lebih dari 1.000 e-book dari berbagai kategori. Handoko Ngadiman menjelaskan bahwa “Selama 10 tahun di SMPN 1 Pakem baru mendapatkan 1.000 buku cetak, namun dalam tiga minggu ini siswa sudah memiliki akses pada e-book sebanyak 487 buku dengan 709 salinan. Hal ini diharapkan dapat semakin meningkatkan dampak baik kepada siswa khususnya dunia literasi.” 

Baca juga: Pojok Baca Digital: Memperkaya Kesempatan Belajar Bersama

Dari pihak Centratama, Caba Pinter menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan untuk memperkuat pendidikan berbasis teknologi di Indonesia. “Program ini adalah bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan kami. Kami percaya bahwa literasi digital merupakan fondasi penting untuk masa depan, dan melalui fasilitas ini kami ingin memastikan para siswa memiliki akses yang luas terhadap sumber belajar modern,” ujarnya. 

Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, menilai inisiatif ini sebagai langkah strategis dalam membangun budaya literasi di kalangan pelajar. Ia mengatakan, “Kehadiran perpustakaan digital ini tidak hanya menambah fasilitas belajar, tetapi juga menjadi sarana penting untuk memperkuat literasi bagi anak-anak kita. Jadi, harapan saya fasilitas ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena semaju apa pun teknologi, kalau tidak dimanfaatkan, tidak ada gunanya.” 

Dengan adanya perpustakaan digital, siswa dan guru kini dapat mengakses berbagai sumber bacaan kapan pun dan di mana pun melalui smartphone mereka. Selain meningkatkan mutu proses pembelajaran, fasilitas ini juga diharapkan mampu mendukung peningkatan prestasi akademik serta menjadi nilai tambah dalam penguatan akreditasi sekolah melalui pemanfaatan teknologi. 

Kepala SMPN 1 Pakem, Titin Sumarni, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang terlibat. Ia menutup dengan mengatakan, “Harapannya ini dapat meningkatkan kompetensi literasi dan minat baca siswa-siswi kami. Terbukti dalam waktu tiga minggu setelah aktivasi dan pelatihan, sudah ada 145 digital buku yang diakses. Dengan adanya perpustakaan digital, ini lompatan yang luar biasa.”

Foto & Video: HFHI/Budi Ariyanto

(kh)

HFHI – Housing System
Kabar Habitat

Menuju Sistem Perumahan yang Lebih Inklusif

Jakarta, 17 November 2025 – Sekitar 2,8 miliar orang di seluruh dunia masih hidup tanpa hunian yang layak—angka yang mencengangkan, setara dengan sepertiga umat manusia yang setiap hari menghadapi risiko perubahan iklim yang semakin parah. Pemerintah dan berbagai lembaga perumahan telah bertahun-tahun berupaya mencari solusi, membangun program, dan merumuskan sistem untuk menjawab tantangan ini. Namun kenyataannya, defisit perumahan global tetap membesar, diperburuk oleh urbanisasi yang cepat, bencana yang makin intens, dan pemanasan global yang tidak menunjukkan tanda melambat.

Tantangan terbesar hari ini bukan hanya tentang membangun lebih banyak rumah, tetapi menyatukan berbagai sistem yang seharusnya saling mendukung dalam menyediakan hunian layak bagi masyarakat.

Mengurai Kerumitan Sistem Perumahan

Berbagai pihak—dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, hingga sektor swasta—memiliki peran dan keahlian masing-masing dalam mendukung akses masyarakat terhadap perumahan yang layak. Namun, pendekatan yang masih terkotak-kotak dan praktik lama yang sulit berubah kerap menghambat integrasi upaya-upaya tersebut.

Melihat besarnya kebutuhan, perbaikan kecil tidak lagi memadai. Hanya membangun rumah atau merencanakan permukiman baru tidak akan menyelesaikan masalah. Tantangan yang lebih besar terletak pada bagaimana sistem yang mengatur akses masyarakat terhadap perumahan itu sendiri dapat diperbaiki. Sebab perumahan bukanlah satu sistem tunggal, melainkan jaringan kompleks yang mencakup pasar, institusi, kebijakan, hingga norma sosial.

Jika hambatan antar-sistem ini dapat diruntuhkan, sektor perumahan dapat berkembang menjadi ruang yang lebih kompetitif, inklusif, dan berkelanjutan, terutama bagi keluarga berpenghasilan rendah.

Foto bersama para peserta workshop TCIS, yang menghabiskan beberapa hari di Jakarta untuk berbagi ide, pengalaman, dan strategi dalam mendorong solusi perumahan yang lebih tangguh bagi keluarga berpenghasilan rendah. Foto: HFHI/Astridinar Vania

Satu Langkah Kecil Menuju Perubahan Lebih Besar

Sepekan lalu, langkah menuju perubahan itu mulai terlihat ketika Terwilliger Center for Innovation in Shelter (TCIS) menyelenggarakan lokakarya peningkatan kapasitas bagi tim Habitat for Humanity dari berbagai negara di kawasan Asia-Pasifik.

Habitat for Humanity Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah acara ini, yang menghadirkan pengenalan terhadap systems thinking, human-centered design, dan pengembangan sistem pasar—tiga pendekatan penting untuk memperkuat ekosistem perumahan.

Materi yang dibahas memang berat, namun sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi sektor perumahan saat ini. Para peserta pulang dengan pemahaman baru yang lebih tajam serta kemampuan yang lebih kuat untuk menggerakkan solusi perumahan yang benar-benar menjangkau keluarga berpenghasilan rendah yang paling rentan.

Kami menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Scott Merrill, Sheldon Yoder, dan Al Francis Razon, beserta seluruh tim TCIS. Dengan fasilitasi yang cermat dan kolaboratif, mereka mampu menyederhanakan konsep yang kompleks menjadi pengalaman belajar yang reflektif dan mudah diterapkan oleh rekan-rekan Habitat for Humanity dari seluruh kawasan.

Jika semua wawasan yang diperoleh dalam lokakarya ini mampu diterjemahkan menjadi aksi nyata, bukan tidak mungkin lebih banyak keluarga di Asia-Pasifik akan segera mendapatkan akses ke hunian yang lebih sehat, aman, dan tangguh di masa depan.

Penulis: Arwin Soelaksono/Program Director Habitat for Humanity Indonesia

(kh/av)

HFHI – HFH COP30
Kabar Habitat

Laporan Habitat for Humanity Ungkap Minimnya Dukungan bagi Negara Rentan Perubahan Iklim

BELEM, Brasil (11 November 2025) — Habitat for Humanity International merilis laporan terbaru yang mengungkap bahwa negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim justru belum menjadi prioritas dalam kebijakan iklim nasional maupun pendanaan pembangunan terkait iklim.

Dalam laporan berjudul Climate Action through Housing and Informal Settlements, Habitat menelaah Nationally Determined Contribution (NDC) dari 188 negara, dokumen resmi yang berisi komitmen publik suatu negara untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim sesuai dengan tujuan Paris Agreement.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar NDC belum memasukkan aspek perumahan secara memadai, padahal sektor bangunan merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar. Selain itu, hanya 11 negara yang menyinggung isu permukiman informal atau kawasan kumuh dalam NDC mereka, meski lebih dari 1 miliar orang di dunia tinggal di wilayah tersebut.

Laporan ini juga menemukan ketidaksesuaian antara komitmen dan pendanaan yakni, beberapa negara dengan komitmen tinggi terhadap perumahan, seperti Bahama dan Benin, justru menerima dukungan finansial yang sangat minim dari pendanaan pembangunan terkait iklim. Sebaliknya, sejumlah penerima dana iklim terbesar memiliki komitmen perumahan yang lemah. Costa Rica menjadi pengecualian yang menonjol karena berhasil menyelaraskan antara komitmen tinggi dan penerimaan dana iklim yang signifikan.

Secara keseluruhan, hanya sekitar 7% dari total pembiayaan pembangunan terkait iklim yang diarahkan untuk peningkatan perumahan secara bertahap di kawasan permukiman informal. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim masih belum menjadi prioritas dalam kebijakan maupun pendanaan global.

“Temuan dalam laporan ini sangat mengkhawatirkan, meskipun sayangnya tidak mengejutkan,” ujar Patrick Canagasingham, Chief Operating Officer Habitat for Humanity International. “Berkali-kali kami melihat bahwa masyarakat yang tinggal di permukiman informal, yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, justru menjadi kelompok yang paling sedikit menerima dukungan dalam hal kebijakan maupun pendanaan. Kami mendesak pemerintah untuk mengintegrasikan aspek perumahan ke dalam NDC mereka demi memastikan ketahanan dan keamanan iklim bagi komunitas rentan di seluruh dunia.”

Rekomendasi Utama bagi Pembuat Kebijakan

Untuk memperkuat ketahanan iklim dan mengurangi emisi melalui sektor perumahan, Habitat for Humanity menyerukan agar negara-negara mengambil langkah nyata dalam pembaruan NDC berikutnya. Beberapa rekomendasi utama antara lain:

  • Pemerintah perlu mengintegrasikan transformasi perumahan dan permukiman informal ke dalam NDC, rencana adaptasi, serta kerangka kerja pengurangan risiko bencana, dengan target terukur dan intervensi berbasis komunitas.
  • Donor dan lembaga multilateral perlu menjadikan perumahan sebagai investasi strategis berdampak tinggi untuk mencapai ketahanan iklim, dengan memperluas pendekatan yang telah terbukti, meningkatkan transparansi pendanaan, dan menyelaraskan dukungan dengan ambisi iklim nasional.
  • Organisasi masyarakat sipil diharapkan berperan aktif dalam memantau komitmen, mengadvokasi solusi perumahan yang inklusif dan tangguh, serta memperkuat inisiatif berbasis komunitas yang berfokus pada peningkatan hunian, penghidupan, dan ketahanan iklim.

Laporan ini juga menunjukkan perkembangan positif yaitu, dari 20 negara yang memperbarui NDC mereka hingga pertengahan 2025, sebanyak 16 negara meningkatkan komitmen terkait perumahan, termasuk menambahkan fokus baru pada permukiman informal dan perumahan sosial.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai laporan Climate Action through Housing and Informal Settlements atau partisipasi Habitat dalam COP 30, silahkan kunjungi habitat.org/Habitat-COP30

Tentang Habitat for Humanity

Habitat for Humanity merupakan gerakan global yang mengajak masyarakat di berbagai negara untuk bersama-sama membangun komunitas yang lebih sejahtera dan berdaya dengan memastikan setiap orang memiliki tempat tinggal yang layak, aman, dan terjangkau.

Sejak berdiri pada tahun 1976, Habitat telah membantu lebih dari 62 juta orang di seluruh dunia membangun masa depan yang lebih baik melalui akses terhadap perumahan yang layak. Habitat mewujudkan hal ini dengan bekerja bersama masyarakat dalam membangun, memperbaiki, dan membiayai rumah, mengembangkan inovasi di bidang konstruksi dan pembiayaan, serta mendorong kebijakan publik yang mendukung kemudahan akses terhadap perumahan.

Bersama, kita membangun rumah, komunitas, dan harapan.

(av/kh)

HU – HFHI – Home Equals (2)
Kabar Habitat

Home Equals Habitat for Humanity Perkuat Literasi Digital Karang Taruna Desa Campurejo

Gresik, 7 November 2025 – Dalam upaya memperkuat peran pemuda desa sebagai agen perubahan di era digital, Habitat for Humanity Indonesia bekerja sama dengan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif Universitas Kristen Petra (UK Petra) menggelar kegiatan Pemberdayaan Karang Taruna dalam Pengelolaan Informasi Berbasis Potensi Wilayah di Media Sosial di Desa Campurejo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Kegiatan ini diikuti oleh 20 anggota Karang Taruna Desa Campurejo dan menjadi bagian dari dukungan terhadap Proyek Home Equals Habitat for Humanity, yang berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan informasi dan komunikasi publik berbasis potensi wilayah.

Karang Taruna sebagai organisasi kepemudaan memiliki peran strategis dalam mengembangkan potensi lokal di bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Namun, tantangan di era digital menunjukkan perlunya peningkatan kemampuan dalam memanfaatkan media sosial secara efektif. Melalui kegiatan ini, para pemuda didorong untuk mampu mengelola media sosial sebagai sarana promosi dan branding wilayah secara kreatif dan terarah.

Narasumber utama dalam kegiatan ini, Dr. Inri Inggrit Indrayani, M.Si, Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UK Petra sekaligus Kepala Bidang Studi Strategic Communication, bersama timnya, Vanessa Febriani, Devina Aurelia Cokro, Hendrawan Surya Wijaya, dan Michael Juan Ivander Widiarto, memberikan pendampingan mengenai strategi komunikasi digital, penulisan kreatif, dan produksi konten berbasis potensi lokal.

Baca juga: Gelora Sumpah Pemuda Menggema Lewat Aksi Nyata di 28UILD 2025

Program pelatihan ini dilaksanakan melalui empat tahapan, yaitu persiapan dan koordinasi, pelatihan dasar, implementasi, serta evaluasi dan keberlanjutan. Pada tahap awal, tim Habitat for Humanity dan UK Petra berkoordinasi dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat untuk memetakan potensi lokal yang dapat dikembangkan menjadi konten digital. Peserta kemudian dilatih dalam pengelolaan media sosial yang berorientasi pada promosi potensi desa, mulai dari produk UMKM, kegiatan budaya, hingga pariwisata lokal.

Dr. Inri menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas digital pemuda desa menjadi langkah penting dalam mendukung kemandirian dan pembangunan berbasis komunitas. “Kami ingin para pemuda memiliki kesadaran bahwa media sosial bisa menjadi alat strategis untuk membangun citra positif wilayah, bukan sekadar tempat berbagi informasi harian. Dengan kemampuan digital yang baik, mereka dapat berperan aktif memperkenalkan potensi lokal, memperluas jaringan, dan menginspirasi masyarakat luas,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, Karang Taruna diharapkan mampu mengelola akun media sosial desa secara konsisten dan kreatif. Akun tersebut akan menjadi saluran utama dalam menyebarkan informasi positif dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam pembangunan wilayah.

Program ini juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan bagi para pemuda Desa Campurejo terhadap potensi daerahnya sendiri. Peningkatan literasi digital ini menjadi langkah awal menuju desa yang lebih berdaya, adaptif terhadap perkembangan zaman, serta memiliki identitas digital yang kuat.

(kh/av)

HU – HFHI – 28uild 2025
Kabar Habitat

Gelora Sumpah Pemuda Menggema Lewat Aksi Nyata di 28UILD 2025

Jakarta, 28 Oktober 2025 – Dalam semangat memperingati Hari Sumpah Pemuda, sebanyak 400 pemuda Indonesia membuktikan tekad persatuan melalui aksi nyata membangun rumah layak huni bersama Habitat for Humanity Indonesia dalam kegiatan 28UILD 2025.

Sejak dideklarasikan pada 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda menjadi simbol tekad generasi muda untuk memajukan bangsa. Kini, semangat itu terus hidup melalui tangan-tangan muda yang bekerja bersama membangun rumah bagi keluarga berpenghasilan rendah, sebuah wujud nyata kepedulian dan gotong royong di tengah tantangan backlog perumahan nasional yang masih mencapai lebih dari 12 juta unit.

Habitat for Humanity Indonesia meyakini, keterlibatan pemuda adalah kunci menghadirkan perubahan nyata. Melalui 28UILD, mereka tidak hanya membangun dinding dan pondasi, tetapi juga membangun harapan, solidaritas, serta nilai kemanusiaan.

Tahun ini, kegiatan 28UILD 2025 dilaksanakan serentak di Tangerang, Yogyakarta, dan Gresik pada Sabtu, 25 Oktober 2025. Ratusan relawan muda turun langsung mengerjakan pembangunan rumah, mulai dari pemasangan tembok, pengecatan, hingga pembentukan pondasi. Di bawah teriknya matahari, semangat mereka tak padam, disertai tawa, percakapan hangat, dan rasa bangga bisa berkontribusi untuk sesama.

Baca juga: Memperingati Hari Sumpah Pemuda, Habitat for Humanity Indonesia Gelar 28UILD 2024 untuk Mengajak Generasi Muda Beraksi Bangun Indonesia

Selain membangun rumah, acara ini juga menghadirkan lomba kreatif dengan total hadiah Rp16 juta, mencakup desain kaos, yel-yel, jingle, dan liputan kegiatan. Melalui lomba ini, generasi muda diajak menyalurkan ide, energi, dan kreativitas mereka secara positif untuk menggaungkan pesan rumah layak huni bagi semua.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari berbagai Key Opinion Leader (KOL) dan figur publik yang turut menginspirasi generasi muda untuk beraksi, antara lain Han Chandra, Josh Kunze, serta komunitas Act of Love yang didirikan oleh Cinta Laura. Kehadiran mereka memperkuat pesan bahwa kepedulian sosial bukan hanya wacana, melainkan panggilan nyata bagi setiap anak muda Indonesia.

“Pemuda adalah harapan dan sudah membuktikan dalam sejarah sebagai pembawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Melalui 28UILD, kami ingin mengajak para pemuda untuk terus berani bermimpi dan bertindak untuk turut membangun Indonesia yang lebih baik,” ujar Handoko Ngadiman, National Director Habitat for Humanity Indonesia. “Semoga semakin banyak anak muda yang menghidupkan semangat Sumpah Pemuda melalui aksi nyata dalam pengentasan kemiskinan rumah di Indonesia untuk keluarga-keluarga prasejahtera.”

Kegiatan 28UILD 2025 turut mendapat dukungan dari berbagai mitra yang percaya pada kekuatan kolaborasi untuk membangun negeri antara lain, Daily Box, Kapal Api Group, BUMA, Orang Tua Group, Gebacken, Delami (Executive), PT Trikemindo Utama, Brawijaya Hospital, Pepsico, L’Oréal, Aplus, PT Avia Avian Tbk, Smart Tools, Flow, Superbank, Rentokil, WRP, Karsa, Heritage, TRAC, The Southern Hotel, dan Bima Bissaloy.

Keberhasilan 28UILD 2025 menjadi bukti bahwa semangat Sumpah Pemuda tetap berkobar di hati generasi muda Indonesia. Habitat for Humanity Indonesia akan terus menyalakan api semangat itu, menginspirasi lebih banyak pemuda untuk membangun rumah, menumbuhkan harapan, dan mewujudkan Indonesia yang lebih layak huni.

Penulis: Syefira Salsabilla

Foto/Video: HFHI/Budi Ariyanto & Kevin Herbian

(av/kh)

HU – HFHI – Revitalisasi Tj. Kait
Kabar Habitat

Penguatan Kapasitas Warga Jadi Kunci Strategi Keberlanjutan Revitalisasi Kampung Tanjung Kait

Tangerang, 9 Oktober 2025 – Program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait kini telah memasuki fase akhir. Sebanyak 110 rumah layak huni baru yang dibangun untuk warga saat ini tengah melalui proses pengecatan dan perapihan sebagai bagian dari tahap penyelesaian akhir (finishing). Selain itu, pembangunan infrastruktur penunjang seperti posyandu, balai warga, tempat pengepul ikan, jaringan listrik, drainase, serta sarana air bersih juga tengah berjalan secara paralel. 

Sebagai bagian dari upaya memastikan keberlanjutan program, Habitat for Humanity Indonesia memfasilitasi kegiatan sosialisasi dan penguatan kapasitas warga yang berlangsung sejak 22 September 2025 dan diselenggarakan selama empat pekan di Kelenteng Co Su Kong, Tanjung Kait, Kabupaten Tangerang. 

Kegiatan ini dibentuk sebagai langkah pengelolaan berbasis komunitas (community-managed system) untuk memastikan pemeliharaan hasil pembangunan dapat berjalan berkelanjutan, inklusif, transparan, serta mendorong kemandirian warga. Melalui forum ini, lebih dari 30 warga yang mewakili komunitas Tanjung Kait berdiskusi mengenai berbagai persoalan lingkungan, seperti manajemen sampah rumah tangga, pengelolaan sistem drainase, hingga pemanfaatan fasilitas umum. 

Baca juga: Rumah Layak Jadi Tumpuan Hidup Keluarga Ibu Imas

“Revitalisasi kampung tidak berhenti pada pembangunan rumah dan fasilitas, tapi juga membangun kesadaran serta kemandirian masyarakat. Dengan begitu, keberlangsungan kampung akan terjaga,” jelas Wijang Wijanarko, fasilitator sekaligus konsultan perumahan dan permukiman, dalam sesi diskusi. 

Tujuan kegiatan ini antara lain menetapkan kerangka kerja, peran, dan mekanisme koordinasi warga dalam mengelola kampung, memastikan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan infrastruktur, serta membentuk kelembagaan pengelola berbasis komunitas yaitu Komite Pengelola Komunitas. 

Agenda kegiatan berlangsung secara bertahap. Pada minggu pertama, warga bersama tokoh masyarakat dan perangkat desa melakukan sosialisasi program sekaligus membentuk Tim Pengelola Lingkungan. Minggu berikutnya, warga mengikuti pelatihan singkat mengenai pengelolaan lingkungan dan administrasi kelembagaan serta menyusun aturan bersama. Tahap selanjutnya difokuskan pada penyusunan rencana kerja lanjutan mencakup pemeliharaan infrastruktur, pengelolaan fasilitas umum, hingga perumusan mekanisme keuangan komunitas. Seluruh rangkaian akan ditutup dengan rapat pleno dan serah terima simbolis hasil program pada pertengahan Oktober mendatang. 

Melalui pendekatan ini, warga tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga penggerak utama dalam menjaga dan mengembangkan kampungnya. Dengan selesainya tahap akhir revitalisasi dan penguatan kapasitas masyarakat, Kampung Tanjung Kait diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik transformasi kawasan pesisir menuju lingkungan yang lebih layak, sehat, dan berdaya. 

Foto: HFHI/Kevin Herbian

Penulis: Kevin Herbian

(kh/av)