
Sore itu, Amalia (25) menyapu halaman depan rumahnya yang kini berdiri kokoh dengan cat biru seraya membawa perasaan yang menenangkan. Sesekali ia berhenti, memandang rumah barunya dengan senyum yang tak bisa ia tahan. Hatinya masih sulit percaya—tempat yang dulu hanya ada dalam doa, kini benar-benar menjadi miliknya.
Bertahun-tahun ia menunggu momen ini. Lebih dari lima tahun ia dan keluarga kecilnya tinggal dalam rumah yang penuh sesak, berbagi ruang dengan orang tua dan kakaknya. Tidak ada privasi, tidak ada ruang yang cukup untuk sang buah hati bermain atau sekadar beristirahat dengan nyaman.
Namun, yang paling menyakitkan bukanlah soal sempitnya rumah, melainkan kondisinya yang semakin rapuh. Dinding bambu mulai keropos, atap bocor di sana-sini, dan setiap kali hujan deras datang, ia harus bersiap menghadapi genangan air di dalam rumah.
“Itu atap sudah ditambal pakai plastik sama suami saya. Lumayan sih, ada yang enggak bocor. Tapi kalau hujan deras atau angin kencang, ya was-was, Pak. Takut roboh.” kenang Amalia.
Sebagai seorang ibu, hatinya selalu dipenuhi kecemasan. Bukan hanya tentang rumah, tetapi juga tentang masa depan anaknya yang masih kecil. “Jujur saya sedih, Pak. Saya kepikiran terus, gimana nanti anak saya? Masa depan dia? Saya ingin dia tumbuh di tempat yang lebih baik, tapi rasanya sulit sekali buat kami.” tambah Amalia.

Baca juga: Kado Terindah di Tahun Baru: Rumah Layak Penuh Harapan
Titik terang akhirnya datang. Habitat for Humanity Indonesia membangun sebuah rumah baru tepat di sebelah rumah lama mereka. Kini, Amalia dan keluarganya bisa memiliki rumah sendiri—tempat yang benar-benar mereka sebut sebagai ‘rumah’.
“Alhamdulillah, saya enggak bisa berkata-kata, Pak. Rumah ini lebih dari sekadar layak. Jauh lebih nyaman, enggak ada lagi bocor, anak saya juga tidurnya nyenyak banget,” ucap Amalia penuh rasa syukur.
Kini, ia merasa beban berat di pundaknya perlahan menghilang. Tak ada lagi rasa khawatir saat hujan turun, tak ada lagi ketakutan akan atap yang roboh. “Sekarang saya lebih tenang momong anak. Saya bisa ajari dia banyak hal tanpa kepikiran keadaan rumah. Saya lebih percaya diri, Pak,” tambahnya.
Seminggu setelah rumah baru mereka berdiri, Darul membangunkan sebuah dapur kecil untuk Amalia. Ia ingin sang istri bisa memasak dengan nyaman, menyiapkan hidangan penuh kasih untuk keluarga kecil mereka.
Darul yang bekerja sebagai kuli bangunan pun semakin giat mencari pekerjaan tambahan dengan membagi waktunya sebagai buruh tani, demi mempunyai tabungan untuk sang buah hati bisa sekolah dengan layak di masa mendatang.
“Rumah buat saya bukan cuma tempat berteduh, tapi tempat saya menemukan jati diri sebagai seorang ibu, tempat saya membangun kehidupan keluarga yang lebih baik.” tutup Amalia dengan senyum penuh harapan.
Mari bersama-sama wujudkan hunian layak bagi jutaan keluarga di Indonesia yang masih berjuang untuk tempat tinggal yang aman dan nyaman. Setiap langkah kecil dari #SahabatHabitat adalah harapan besar bagi mereka, memberikan kesempatan untuk hidup lebih baik dan bermartabat. Donasi sekarang dan jadi bagian dari perubahan: www.habitatindonesia.org/donate
(kh/av)