Setiap pagi, Kasemi (56), menghela napas panjang sebelum mengangkat ember berisi air. Tangannya yang mulai renta tetap berusaha kuat, melangkah perlahan menuju rumah tetangganya. Sudah lebih dari 12 tahun ia menjalani rutinitas ini, mengambil air dari rumah pemilik kontrakan karena rumahnya sendiri tak memiliki akses air bersih.
“Setiap hari seperti ini… rasanya capek, malu juga, harus bergantung sama orang lain,” ucapnya lirih. Ia sering membayangkan bagaimana hidupnya akan lebih mudah jika memiliki air sendiri—bisa mencuci, memasak, dan bahkan sekadar mandi tanpa perlu merasa sungkan.
Kasemi dan suaminya, Sumari (65), telah menetap di Desa Sooko, Kecamatan Wringanom, Kabupaten Gresik, selama belasan tahun. Hidup mereka penuh dengan perjuangan. Sumari bekerja kuli bangunan dan buruh tani dengan penghasilan yang tak menentu. Sementara itu, Kasemi mengurus rumah tangga di tengah keterbatasan yang ada, termasuk kesulitan terbesar mereka, yaitu air bersih.
Setiap bulan, mereka harus membayar 40 ribu Rupiah untuk menggunakan air dari rumah tetangga. Namun, sumber air itu pun tak selalu bisa diandalkan. Suatu waktu, mesin pompa rusak dan mereka harus mencari air ke tempat lain. Ketika musim kemarau tiba, air semakin langka. “Banyune enggak ono (airnya tidak ada), pakainya sedikit-sedikit aja,” ratap Sumari ke Kasemi.
Kehidupan yang sudah sulit semakin terasa berat dengan beban ini. Tidak hanya merepotkan, tetapi juga mengkhawatirkan saat ada kebutuhan mendesak seperti buang air atau memasak.

Baca juga: Setetes Air, Sejuta Harapan: Upaya Membangun Akses Air Bersih untuk Ratusan Warga
Harapan datang saat Habitat for Humanity Indonesia membangun akses air bersih untuk lebih dari 1.500 rumah di Kecamatan Wringanom, termasuk rumah Kasemi. Kini, air bersih mengalir langsung ke rumahnya. Tidak ada lagi perjalanan bolak-balik dengan ember di tangan, tidak ada lagi rasa malu karena harus meminta air kepada orang lain.
“Sekarang saya bisa masak, mandi, dan mencuci tanpa repot. Enggak perlu takut kehabisan air atau harus ngirit-ngirit lagi,” ujar Kasemi dengan wajah lega.
Perubahan ini lebih dari sekadar mendapatkan air. Ini adalah perubahan hidup. Kini, Kasemi bahkan bisa menyiram tanaman di halaman rumahnya tanpa harus khawatir dibebankan biaya lebih untuk membayar air.
“Dulu saya harus berhitung setiap tetes air yang dipakai. Sekarang, airnya bersih dan banyak, enggak takut bengkak bayarnya karena semua gratis.” tambah Kasemi.
Akses air bersih bukan sekadar kebutuhan, tetapi hak yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Kini, Kasemi dan keluarganya bisa menjalani hidup dengan lebih nyaman, tanpa harus menanggung beban berat hanya untuk mendapatkan sesuatu yang seharusnya mudah didapatkan. Sebuah kehidupan yang lebih layak akhirnya mereka rasakan, sesuatu yang selama ini hanya bisa mereka impikan.
Masih banyak keluarga seperti Kasemi yang berjuang untuk mendapatkan akses air bersih. Anda bisa ikut membantu mewujudkan perubahan ini dengan berdonasi melalui Habitat for Humanity Indonesia. Kunjungi www.habitatindonesia.org/donate dan jadilah bagian dari solusi untuk kehidupan yang lebih layak bagi mereka yang membutuhkan.
(kh/av)