logotype
Donate

Kategori: ID-EN Blog

Thumbnail 02-02
ID-EN Blog

Mengalirkan Harapan: Solusi Air Bersih untuk Masa Depan Karawang

Ranta, seorang warga Desa Baturaden, Kabupaten Karawang, tak pernah membayangkan hari ini ia bisa menikmati air bersih yang mengalir langsung ke rumahnya. Selama lebih dari 40 tahun, air bersih adalah mimpi yang terasa jauh dari kenyataan.  

“Airnya kenceng banget, Pak. Udah gitu bersih lagi,” ujar Ranta penuh sukacita saat ditemui di rumahnya.  

Namun, kebahagiaan ini datang setelah melewati perjalanan panjang yang sulit. Bertahun-tahun, Ranta dan ratusan keluarga di desanya terpaksa menggunakan air dari Sungai Citarum yang sudah tercemar. Air itu digunakan untuk mencuci pakaian, mandi, buang air, hingga membersihkan bahan pangan untuk dikonsumsi. Sayangnya, air yang mereka pakai justru membawa ancaman kesehatan. “Penyakit kulit itu sudah biasa, Pak. Dari gatal-gatal, panu, kudis, sampai kurap,” kenang Ranta.  

Ranta memanfaatkan aliran sungai Citarum yang tercemar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di Desa Baturaden, Karawang. Foto: HFHI/Kevin Herbian

Hal serupa dirasakan Lukman, warga Desa Cicinde Utara. Sebagai pengusaha ikan pindang, air bersih menjadi kunci kelangsungan usahanya. “Produksi ikan pindang saya menurun karena sulitnya dapat air bersih, apalagi saat kemarau. Meskipun kami juga punya air dari sumur, tapi itu tak selamanya bagus, sering banget kotor,” jelas Lukman.  

Di desa Cicinde utara ini, lebih dari 90 keluarga yang menggantungkan hidup pada produksi ikan pindang menghadapi persoalan serupa. Ketiadaan air bersih bukan hanya memengaruhi kehidupan sehari-hari, tetapi juga sumber penghasilan mereka.  

Tak hanya sektor keluarga dan perekonomian, kesulitan air bersih juga mengancam sektor pendidikan. Di SDN Wanajaya 1 Kabupaten Karawang, Estika Mulia, seorang guru, kerap cemas melihat kondisi air yang digunakan para siswa. “Kami bergantung pada air irigasi dari Sungai Cibeet. Tapi airnya sering kotor, terutama saat hujan kiriman dari Bogor. Saya khawatir anak-anak terkena penyakit,” ujarnya prihatin.  

Langkah Nyata Menuju Perubahan  

Melihat situasi ini, Habitat for Humanity Indonesia bersama Amazon Web Services (AWS) mengambil langkah nyata. Melalui program AWS Water Positive, keduanya membangun sembilan akses air bersih di empat desa di Kabupaten Karawang.  

Di Desa Baturaden, Habitat Indonesia dan AWS telah membangun empat titik penyaringan air yang memanfaatkan aliran irigasi Sungai Citarum. Sedangkan, di Desa Wanajaya, satu titik penyaringan air dari irigasi Sungai Cibeet juga telah dibangun. Sementara itu, Desa Cicinde dan Desa Lemahmukti kini memiliki empat sumur bor yang menjamin pasokan air bersih bagi warganya.   

Seorang warga memanfaatkan fasilitas akses air bersih yang dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia bersama AWS di Desa Baturaden, Karawang (22/1). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Setetes Air, Sejuta Harapan: Upaya Membangun Akses Air Bersih untuk Ratusan Warga

Semua fasilitas akses air bersih ini telah diuji oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, memastikan air yang mengalir ke rumah-rumah warga memenuhi standar kualitas yang layak untuk digunakan dan juga dikonsumsi. 

“Atas nama pemerintah, saya mengucapkan terima kasih kepada AWS dan Habitat atas dukungan luar biasa dalam mengatasi kelangkaan air bersih di Karawang. Kami berharap apa yang telah dibangun ini dapat dijaga dengan baik serta memberikan manfaat besar bagi masyarakat, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas hidup mereka.” ungkap Ridwan Salam, Kepala BAPPEDA Kabupaten Karawang, saat peresmian AWS Water Positive Project di Desa Baturaden (18/2). 

Hidup Baru Dimulai dengan Air Bersih  

Kini, ribuan warga merasakan dampak positif dari inisiatif ini. Kehidupan mereka berubah, mulai dari lingkup kesehatan, perekonomian, hingga pendidikan.  

“Kami enggak lagi sering kena penyakit kulit. Istri saya juga sudah berani masak air dari saluran bersih ini. Anak-anak dan cucu-cucu saya sudah enggak pernah lagi pakai air sungai yang kotor,” ujar Ranta dengan penuh syukur.  

Lukman pun turut merasakan suka cita yang sama di mana ia mengalami peningkatan penjualan dalam usahanya. “Produksi ikan pindang kami meningkat. Sekarang bisa jual lebih banyak dan pendapatan juga naik. Perubahan ini sangat membantu keluarga saya,” katanya.  

Sementara itu, di SDN Wanajaya 1, air bersih turut membawa dampak besar bagi para siswa. “Sekarang kami bisa mengajarkan praktik cuci tangan yang benar kepada anak-anak. Air bersih ini mengalir setiap hari, jadi kami nggak perlu khawatir lagi,” kata Estika dengan senyum lega.  

Estika bersama siswa-siswi didiknya menggunakan fasilitas akses air bersih yang dibangun Habitat for Humanity Indonesia dan AWS di Desa Wanajaya, Karawang (23/1). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Lebih dari Sekadar Pembangunan  

Tak hanya menyediakan akses air bersih, Habitat Indonesia dan AWS juga memfasilitasi pelatihan teknis untuk mengelola instalasi pengolahan air bersih kepada komite warga setempat. Pelatihan ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan pengelolaan fasilitas, sehingga warga dapat memanfaatkan sumber daya air bersih dengan optimal dan menjaga kualitasnya untuk jangka panjang. 

Melalui langkah-langkah kecil dan kolaborasi yang besar, kehidupan di Desa Baturaden, Cicinde, Wanajaya, serta Lemahmukti telah berubah. Dari cerita Ranta, Lukman, dan Estika, terlihat jelas bahwa air bersih bukan hanya tentang kebutuhan fisik, tapi juga tentang harapan dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat.   

(kh/av) 

Thumbnail 02-01
ID-EN Blog

Setetes Air, Sejuta Harapan: Upaya Membangun Akses Air Bersih untuk Ratusan Warga 

Sebanyak 8 anggota tim Habitat for Humanity Indonesia berjalan menaiki bukit menuju lokasi sumber air di Babakan Madang, Bogor (9/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Hujan deras mengguyur Kabupaten Bogor sepanjang malam, meninggalkan jalan setapak berbatu yang basah dan licin di pagi harinya. Udara masih dingin ketika tim Habitat for Humanity Indonesia bersiap melangkahkan kaki menuju bukit. Di sanalah, di tengah lebatnya hutan, terdapat sumber air yang telah lama dinantikan warga Babakan Madang. 

Perjalanan ini bukanlah sekadar perjalanan biasa. Dengan penuh semangat, para anggota tim menapaki medan terjal selama lebih dari 30 menit, menyusuri jalur tanah dan berbatu yang menanjak, dan menerobos hutan yang masih basah oleh sisa hujan semalam. Rasa lelah bukan halangan—karena mereka tahu, setiap langkah yang diambil adalah bagian dari misi besar yaitu, menghadirkan akses air bersih bagi ratusan jiwa yang selama ini hidup dalam keterbatasan. 

Setibanya di lokasi, tanpa ragu mereka langsung bergerak dan membagi tugas. Beberapa anggota tim mulai mengukur lebar sungai kecil yang akan dibendung selebar tiga meter, memastikan dimensi bendungan cukup kuat untuk menampung air yang akan mengalir ke rumah penduduk. Sementara itu, tim lainnya dengan penuh ketelitian mengukur debit air, menghitung berapa banyak yang dapat disalurkan ke setiap rumah, mushola, masjid, dan sekolah yang sangat membutuhkan pasokan air bersih. 

Sejumlah anggota tim Habitat for Humanity Indonesia mengukur aliran sungai kecil yang akan dibendung untuk menampung air bersih di Babakan Madang, Bogor (9/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Akhirnya, Ratusan Warga Tanjung Kait Terima Sertifikat Tanah

Belasan tahun, warga mengandalkan sumber mata air di bukit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, air di sana tidak selalu berbaik hati. Saat musim hujan, alirannya melimpah, sementara di musim kemarau, air menjadi langka dan menjadi perebutan. Tak sedikit warga yang bahkan tidak memiliki akses air bersih sama sekali, sehingga pemerataan akses menjadi kebutuhan mendesak bagi seluruh masyarakat. 

“Bendungan ini dibangun untuk mengatasi persoalan keterbatasan akses air bersih, terutama saat musim kemarau, dan juga untuk pemerataan bagi seluruh warga,” jelas Rendra, WASH Manager Habitat for Humanity Indonesia, saat meninjau lokasi bersama timnya. 

Apa yang Habitat Indonesia lakukan hari ini adalah sebuah investasi besar untuk masa depan. Proyek ini bukan sekadar membangun infrastruktur, tetapi juga membangun kehidupan yang lebih sehat dan lebih layak. 

Setiap tetes air yang akan mengalir melalui bendungan ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga menyuburkan harapan dan kesejahteraan bagi setiap keluarga di sana. 

Sejumlah anggota tim Habitat for Humanity Indonesia berdiskusi terkait rencana pembangunan bendungan air bersih di Babakan Madang, Bogor (9/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Bantu kami menghadirkan akses air bersih bagi lebih banyak keluarga. Donasi #SahabatHabitat bisa menjadi harapan bagi mereka yang membutuhkan. Kunjungi www.habitatindonesia.org/donations/membangun-air-bersih untuk berdonasi. 

(kh/av) 

Thumbnail – Website Blog
ID-EN Blog

Akhirnya, Ratusan Warga Tanjung Kait Terima Sertifikat Tanah

Ada senyum kebahagiaan yang tak bisa disembunyikan dari wajah Sawinah dan ratusan warga Kampung Tanjung Kait, Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Setelah bertahun-tahun menantikan kepastian, akhirnya hari itu tiba—hari yang sangat dinantikan di mana sertifikat tanah resmi menjadi milik mereka. Semua ini terwujud berkat kolaborasi erat antara Habitat for Humanity Indonesia dan Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA).

Secara simbolis, Plh Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang, Soma Atmaja, menyerahkan Akta Jual Beli (AJB) tanah kepada delapan perwakilan warga, yang disaksikan oleh berbagai pejabat daerah, termasuk Kepala Bappeda, Ujang Sudartono, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, Camat Mauk, Khalid Mawardi, Kepala Desa Tanjung Anom, Asbhihani, serta Program Director Habitat Indonesia, Arwin Soelaksono. Penyerahan ini berlangsung di Kelenteng Tjo Soe Kong, Mauk, pada 20 Desember 2024.

Penyerahan Akta Jual Beli (AJB) tanah oleh Plh Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang, Soma Atmaja, kepada perwakilan warga Kampung Tanjung Kait di Mauk – Kabupaten Tangerang (20/12). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Namun, penerimaan sertifikat ini bukanlah sekadar selembar kertas—ini adalah simbol langkah awal menuju perubahan yang lebih besar bagi warga Kampung Tanjung Kait. Program “Revitalisasi Kampung Tanjung Kait” merupakan hasil kerja sama antara Habitat Indonesia, Pemerintah Kabupaten Tangerang, Bappeda Kabupaten Tangerang, donatur, mitra, serta warga setempat. Program ini bertujuan untuk menghadirkan hunian yang layak dalam bentuk kluster, dilengkapi dengan fasilitas umum yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Tangerang menyambut baik kolaborasi ini, sebagaimana disampaikan oleh Soma Atmaja, “Kami akan selalu mendukung program-program yang melibatkan banyak pihak dan memberi manfaat bagi masyarakat. Kami siap mendorong dan memfasilitasi kerjasama ini agar dapat berjalan dengan lancar.”

Sebagai bagian dari program ini, KOMIDA memberikan pinjaman pembebasan lahan senilai 20 juta rupiah per kepala keluarga untuk 87 keluarga di Kampung Tanjung Kait. Dana tersebut digunakan untuk memperlancar proses pembebasan lahan, yang kemudian akan menjadi hak milik resmi masing-masing keluarga. Setelah proses tersebut selesai, warga menerima AJB sebagai bukti sah kepemilikan tanah mereka.

Inisiatif ini tidak hanya menyelesaikan masalah kepemilikan lahan, tetapi juga membuka jalan bagi terwujudnya rumah yang nyaman dan aman bagi keluarga-keluarga di Kampung Tanjung Kait. Dengan adanya rumah layak huni, bukan hanya tempat tinggal yang lebih baik yang diperoleh, namun juga kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup serta mendukung perekonomian lokal.

Program ini diharapkan menjadi titik awal bagi warga Kampung Tanjung Kait untuk meraih kehidupan yang lebih sejahtera dan penuh harapan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, kita semua dapat mewujudkan dunia yang lebih baik bagi mereka.

(kh/av)

Thumbnail – MAG
ID-EN Blog

Tingkatkan Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Tangerang: Habitat for Humanity Indonesia dan Asuransi Multi Artha Guna Inisiasikan Pembangunan Lima Toilet di Kecamatan Mauk

Jakarta, 20 Januari 2025 – PT Asuransi Multi Artha Guna (Asuransi MAG) bekerjasama dengan Habitat for Humanity Indonesia dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat di Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Kerjasama ini diwujudkan melalui pembangunan lima fasilitas toilet keluarga yang layak dan higienis, sebagai bagian dari solusi untuk menjawab tantangan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.

Pembangunan fasilitas toilet ini juga melibatkan karyawan Asuransi MAG yang turun langsung ke lapangan untuk membantu proses konstruksi pada tanggal 30 November 2024 lalu. Partisipasi ini tidak hanya menunjukkan komitmen perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya, tetapi juga mempererat hubungan antara Asuransi MAG, Habitat for Humanity Indonesia, dan masyarakat setempat.

“Kami percaya bahwa akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, kami sangat antusias terlibat dalam program ini yang sejalan dengan visi perusahaan kami untuk memberikan dampak positif kepada masyarakat,” ujar Pankaj Oberoi, Presiden Direktur Asuransi MAG, saat ikut membangun toilet warga secara langsung.

Abraham Tulung, General Manager Resource Development Habitat for Humanity Indonesia, menyampaikan apresiasi atas kontribusi Asuransi MAG. “Kami sangat bersyukur atas dukungan dan kolaborasi yang diberikan oleh Asuransi MAG. Bersama-sama, kita dapat membantu masyarakat Kecamatan Mauk untuk memiliki fasilitas sanitasi yang layak dan meningkatkan kesehatan mereka. Ini adalah wujud nyata dari semangat gotong royong untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara signifikan dan menghadirkan rumah layak huni.”

Salah satu penerima manfaat program pembangunan 5 unit toilet layak hasil kerja sama Habitat for Humanity Indonesia dengan Asuransi MAG sedang membersihkan lantai toilet di Mauk – Kabupaten Tangerang (10/1). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Melampaui Batas: Kolaborasi POSCO dan Habitat for Humanity Bangun Masa Depan Lebih Baik

Program ini telah memberikan manfaat langsung kepada keluarga penerima, salah satunya adalah keluarga Ibu Sofiyah. Dengan haru, beliau mengungkapkan pengalamannya setelah menerima bantuan ini. “Terima kasih kepada Habitat dan Asuransi MAG yang telah membantu keluarga kami. Sudah sejak lama kami ingin memiliki toilet pribadi di rumah, namun belum bisa terwujud karena keterbatasan biaya. Seringkali kami merasa sungkan jika harus menumpang BAB setiap hari ke rumah saudara atau orang tua. Alhamdulillah, sekarang kami tidak perlu menumpang lagi. Apalagi jika malam hari, dulu kami merasa sungkan. Sekali lagi, kami hanya bisa berterima kasih,” ujar Ibu Sofiyah.

Dengan selesainya pembangunan lima fasilitas toilet keluarga ini, diharapkan masyarakat Kecamatan Mauk dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik dan lingkungan yang lebih sehat. Kolaborasi ini menjadi salah satu langkah nyata Asuransi MAG dalam mewujudkan visi bersama untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan melalui penyediaan akses sanitasi yang layak. Dengan dukungan dari berbagai pihak, Asuransi MAG berkomitmen untuk memperluas dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat melalui program-program berkelanjutan.

Tentang PT Asuransi Multi Artha Guna

PT Asuransi Multi Artha Guna (MAG) adalah perusahaan asuransi umum yang berfokus pada penyediaan solusi perlindungan bagi individu dan perusahaan di Indonesia. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, PT Asuransi MAG juga aktif dalam berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menciptakan dampak positif melalui kemitraan yang kuat.

(ss/av)

Thumbnail – Neneng
ID-EN Blog

Kado Terindah di Tahun Baru: Rumah Layak Penuh Harapan 

Di penghujung tahun 2024, Neneng (35), seorang ibu dari Kabupaten Bogor – Jawa Barat, menerima hadiah terbaik yang tak pernah terlintas dalam angannya. Tepat di tengah perjuangannya melewati getirnya hidup, hadir sebuah harapan yang nyata —rumah baru yang layak huni dari Habitat for Humanity Indonesia. 

Namun, kejutan tak berhenti di sana. Sehari setelah rumah itu selesai dibangun, putri ketiganya lahir. Dua anugerah yang datang berturut-turut, menjadi jawaban atas doa-doa yang Neneng panjatkan selama ini. “Saya tidak pernah membayangkan semua ini terjadi. Allah sangat baik kepada saya dan keluarga saya,” ucap Neneng saat mengenang momen indah itu. 

Sebelumnya, hidup Neneng penuh dengan kegelisahan dan perjuangan. Rumah warisan orang tua yang ia tinggali bersama suami dan dua putrinya berada dalam kondisi memprihatinkan. Atapnya bocor, dindingnya rapuh, dan lantainya berlubang. “Waktu saya hamil besar, saya serba takut. Rumah bocor saat hujan, pernah juga ada ular masuk ke dalam. Saya cuma bisa berserah, berharap semuanya akan baik-baik saja,” kenang Neneng.  

Komarudin (40), suami Neneng, juga berada dalam dilema. Sebagai buruh tani serabutan, penghasilannya jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Neneng pun terpaksa membantu dengan mencari barang plastik dan rongsok di sekitar rumah. Namun, penghasilan tambahan itu hanya menyisakan uang receh di tangan. “Paling banyak dapat Rp20.000 sehari. Itu pun tidak cukup untuk beli beras dan keperluan anak yang lain,” ujar Neneng. 

Kondisi tersebut membuat Neneng tak henti memikirkan masa depan anak-anaknya. “Ibu khawatir sekali, apa rumah yang sudah reyot ini bisa memberikan masa depan yang baik? Terutama untuk si kecil yang akan lahir,” ucap Neneng mengenang rasa cemas yang menyelimuti hari-harinya. 

Neneng menggendong putrinya di halaman rumah layak huni miliknya yang dibangun Habitat for Humanity Indonesia (3/1). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Secercah Harapan Baru di Rumah Biru Milik Siti Nurhayati

Namun, semua berubah saat Habitat for Humanity Indonesia hadir. Dengan komitmen membantu keluarga-keluarga yang membutuhkan, Habitat membangun kembali rumah Neneng menjadi tempat tinggal yang layak huni—sebuah pondasi baru untuk kehidupan yang lebih baik.  

Kini, Neneng tak lagi dihantui rasa cemas. Rumah barunya berdiri dengan kokoh, memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi keluarganya. “Bersyukur sekali atas karunia Allah. Hilang sudah rasa khawatir saya. Tidak ada lagi cerita soal rumah bocor, dan anak-anak bisa tidur nyenyak tanpa takut ada binatang yang masuk,” ungkap Neneng dengan penuh rasa syukur. 

Semangat baru di awal tahun 2025 mengisi kehidupan Neneng dan keluarganya. Rumah baru ini menjadi simbol harapan, tempat di mana mimpi-mimpi kecil bisa mulai bertumbuh. Habitat percaya, rumah adalah dasar dari kehidupan yang lebih baik. Dari sini, kesehatan, pendidikan, dan masa depan yang cerah dimulai. 

Bagi Neneng, rumah ini bukan sekadar tempat tinggal. Ini adalah janji bagi anak-anaknya, terutama si kecil yang baru lahir, bahwa mereka akan tumbuh di lingkungan yang layak dan penuh kasih. “Mau bagaimana pun, rumah ini adalah segalanya. Tempat kami bertumpu untuk kehidupan yang lebih baik,” tutup Neneng dengan senyum, membawa harapan untuk masa depan. 

Neneng bersama putrinya di teras rumah layak huni miliknya yang dibangun Habitat for Humanity Indonesia (3/1). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Mari bersama-sama wujudkan hunian layak bagi jutaan keluarga di Indonesia yang masih berjuang untuk tempat tinggal yang aman dan nyaman.  Setiap langkah kecil dari #SahabatHabitat adalah harapan besar bagi mereka, memberikan kesempatan untuk hidup lebih baik dan bermartabat. Donasi sekarang dan jadi bagian dari perubahan: www.habitatindonesia.org/donate

(kh/av)

Thumbnail
ID-EN Blog

Melampaui Batas: Kolaborasi POSCO dan Habitat for Humanity Bangun Masa Depan Lebih Baik 

Kolaborasi berkelanjutan Habitat for Humanity dan POSCO mendukung langsung 214 anggota keluarga berpenghasilan rendah melalui pembangunan dan renovasi rumah, serta penguatan 333 individu melalui pelatihan manajemen rumah tangga sehat.

Cilegon, 16 Januari 2025 –  POSCO bersama Habitat for Humanity, Community Chest of Korea dan KRAKATAU POSCO merampungkan proyek kolaborasi bertajuk “Beyond Borders: Building a Better Future Together” yang berlangsung pada 12-16 Januari 2025. Dalam proyek ini, 49 mahasiswa dari Korea, 11 mahasiswa Indonesia, serta 60 volunteer yang merupakan karyawan KRAKATAU POSCO terjun langsung menjadi sukarelawan untuk mengikuti berbagai rangkaian kegiatan mulai dari pembangunan rumah untuk keluarga prasejahtera di Kota Cilegon, berbagai program pelatihan, hingga program penjagaan dan pelestarian lingkungan. 

Dalam proyek kali ini, fokus utama adalah menyediakan hunian yang aman dan layak serta memperbaiki fasilitas pendidikan dengan membangun lima rumah layak huni serta merenovasi fasilitas sekolah di lingkungan Ciwandan dan Citangkil, Kota Cilegon. Rumah-rumah baru ini dirancang dengan konsep ramah lingkungan, menggunakan eco-brick dari limbah plastik, sistem pemanenan air hujan, dan bio-septic tank. Pendekatan ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga memberikan solusi praktis bagi tantangan sanitasi dan air bersih di daerah tersebut. Selain itu, renovasi fasilitas sekolah yang dilakukan di MTs Al Hidayah memberikan dampak langsung kepada 96 siswa dan guru, menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, melalui ruang guru yang lebih layak dan toilet yang sehat. 

Proyek ini tak hanya berfokus pada pembangunan fisik tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat. Selain menyediakan hunian yang aman dan layak, serta fasilitas pendidikan yang memadai, proyek ini juga mencakup pelatihan manajemen rumah sehat dan peningkatan kesadaran mitigasi bencana. Inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan komunitas yang lebih kuat dan tangguh, khususnya di daerah rawan bencana. 

Sebagai bagian dari komitmen pelestarian lingkungan, kolaborasi ini juga mencakup aksi membersihkan pantai dan penanaman terumbu karang buatan yang terbuat dari slag baja KRAKATAU POSCO sebagai bahan dasar substrat yang digunakan pada penanaman terumbu karang di sekitar area Pantai Carita bersama Konservasi Alam Bawah Laut Sukarame. Inisiatif ini menegaskan komitmen bersama untuk menjaga kelestarian laut melalui peningkatan pertumbuhan ekosistem laut dan penyerapan karbon dioksida, sekaligus membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. 

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Beyond, pada Kamis, 16 Januari 2025, di Aula Kominfo, Cilegon, berlangsung acara Cultural Performance yang dihadiri oleh dihadiri oleh tamu-tamu istimewa, termasuk Walikota Cilegon, H. Helldy Agustian, S.E., S.H., M.H, pejabat daerah terkait, jajaran Direksi KRAKATAU POSCO, serta masyarakat Kota Cilegon khususnya dari lingkungan Ciwandan dan Citangkil. Dalam kegiatan tersebut, 49 sukarelawan muda global Beyond menampilkan budaya tradisional dan kontemporer Korea yang dinamis. Sementara itu, muda-mudi kota Cilegon di bawah naungan Duta Seni KS mempersembahkan budaya tradisional Indonesia yang elok. Puncak acara ditandai dengan kolaborasi penampilan budaya Indonesia dari Beyond dan Duta Seni KS yang indah dan memukau, meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir. 

Baca juga: Menyemai Asa Kedua Bersama IES Jakarta Melalui Rumah Layak Huni

Presiden Direktur PT KRAKATAU POSCO, Mr. Jang Bum-Su, menyerahkan simbolis serah terima rumah layak huni kepada salah satu penerima manfaat di Cilegon (16/01). Foto: HFHI/Kevin Herbian.

Dalam kesempatan ini, Presiden Direktur PT Krakatau POSCO, Mr. Jung Bum-Su, mengungkapkan rasa bangganya atas kolaborasi ini. “Senang rasanya dapat bekerja sama dengan Habitat for Humanity dalam membantu warga Cilegon, khususnya masyarakat yang berada di lingkungan terdekat kami sebagai perusahaan representatif POSCO di Indonesia. Harapan kami, melalui proyek ini, tidak hanya rumah yang terbangun, tetapi juga semangat baru dan harapan akan masa depan yang lebih cerah bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan. Kami berharap Beyond Borders dapat terus menjadi inspirasi untuk membangun jembatan antarbudaya dan mendorong pemberdayaan masyarakat lokal,” ungkapnya. 

Abraham Tulung, General Manager Resource Development Habitat for Humanity Indonesia, menegaskan bahwa kerja sama dengan POSCO telah memberikan dampak positif selama bertahun-tahun. “Hubungan panjang antara Habitat dan POSCO telah membantu banyak keluarga mendapatkan tempat tinggal yang layak. Kami berharap kolaborasi ini terus berkembang untuk membawa manfaat yang lebih besar di masa depan,” katanya. 

Ditemui dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Cilegon, Helldy Agustian, menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap inisiatif kolaborasi ini. “Kami sangat mengapresiasi kontribusi nyata dari POSCO, KRAKATAU POSCO, dan Habitat for Humanity dalam mendukung pembangunan rumah layak huni serta renovasi sekolah bagi warga Cilegon. Program seperti ini tidak hanya memberikan dampak langsung bagi masyarakat, tetapi juga mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang sangat berarti bagi kota kami. Kami berharap sinergi seperti ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas di masa mendatang,” ujar Helldy. 

Acara ini diakhiri dengan penyerahan simbolis kunci rumah kepada seluruh penerima manfaat, yang diiringi dengan rasa haru dan sukacita dari para penerima. Para pemangku kepentingan yang hadir sepakat bahwa proyek ini adalah langkah awal dari banyak kolaborasi yang akan datang untuk terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Cilegon. 

Kegiatan POSCO Beyond merupakan wujud nyata kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. Melalui kolaborasi yang erat, kegiatan ini membuktikan bahwa kita dapat melampaui batas-batas geografis, budaya, dan sosial untuk menciptakan hubungan yang lebih erat serta mewujudkan dunia yang lebih baik. 

(ss/av)

2
ID-EN Blog

Menyemai Asa Kedua Bersama IES Jakarta Melalui Rumah Layak Huni 

Tangerang, 30 November 2024 – IES Jakarta kembali menunjukkan komitmennya yang kuat dalam mendukung visi Habitat for Humanity Indonesia; memastikan setiap keluarga memiliki tempat tinggal yang layak, aman, dan nyaman.

Setelah sukses membantu 20 keluarga berpenghasilan rendah memiliki hunian yang layak selama periode 2023-2024. IES Jakarta kini kembali memulai pembangunan 20 unit rumah baru di Desa Marga Mulya, Kecamatan Mauk, Tangerang, sebuah desa yang menyimpan harapan akan kehidupan yang lebih baik. 

Langkah besar ini ditandai dengan semangat luar biasa dari 60 relawan IES Jakarta. Dalam kegiatan volunteering bertajuk “Building Hearts” yang dilaksanakan pada 30 November 2024 lalu, para relawan bergotong-royong membangun pondasi rumah-rumah baru. Di bawah terik matahari, tawa dan kerja keras mereka menjadi simbol nyata dari kepedulian dan cinta kasih untuk sesama. 

Keluarga-keluarga penerima manfaat dari program ini adalah mereka yang sehari-hari berjuang dengan kondisi ekonomi terbatas. Sebagian besar bekerja sebagai nelayan, buruh serabutan, atau petani kecil. Rumah yang mereka tinggali selama ini umumnya merupakan warisan orang tua—bangunan tua yang sudah lapuk dimakan usia. Dinding yang retak dan berlubang, atap yang bocor, dan ruang yang pengap telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Namun, harapan kini hadir, membawa janji akan perubahan yang lebih baik.

Para relawan IES Jakarta berfoto bersama saat kegiatan volunteering “Building Hearts” di Mauk – Tangerang (30/11). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Melanjutkan Jejak Kebaikan Raden Hapsoro

Rachel Feather, salah satu relawan yang terlibat dalam kegiatan ini, berbagi pandangannya. “Saya percaya, apa yang kami lakukan di sini bukan hanya tentang membangun rumah, tetapi juga memberikan ruang yang aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Rumah adalah tempat di mana mimpi dimulai, dan saya bangga bisa menjadi bagian dari mimpi besar mereka,” ujarnya.

Semangat ini juga dirasakan oleh Kepala Desa Marga Mulya, Joko. Dengan penuh rasa syukur, ia menyampaikan, “Saya sangat mengapresiasi dan berterima kasih sebesar-besarnya kepada IES Jakarta yang untuk kedua kalinya mendukung warga kami. Bantuan ini bukan hanya membangun rumah, tetapi juga membangun masa depan untuk generasi kami.”

Melalui program ini, IES Jakarta dan Habitat for Humanity Indonesia tidak hanya memberikan dinding yang kokoh atau atap yang kuat. Melainkan membawa harapan, martabat, dan rasa aman bagi keluarga-keluarga di Desa Marga Mulya. Dengan dukungan ini, para keluarga kini memiliki fondasi yang lebih dari sekadar material—fondasi untuk masa depan yang lebih baik.

Pembangunan 20 unit rumah ini direncanakan selesai dalam satu tahun ke depan. Namun, perjalanan ini membutuhkan doa dan dukungan dari semua pihak, termasuk Anda, #SahabatHabitat. Semoga langkah ini menginspirasi lebih banyak orang untuk bersama-sama membangun dunia dimana setiap keluarga berhak memiliki rumah yang layak.

(kh/av)

Thumbnail – Golf
ID-EN Blog

Hole-in-One: Terwujudnya Rumah Layak Huni untuk Tiga Keluarga Indonesia 

Jakarta, 2 November 2024 – Habitat for Humanity Indonesia dengan sukacita mengumumkan bahwa dua pukulan Hole-in-One yang luar biasa di BNI Indonesian Masters 2024 telah menghasilkan donasi tiga rumah untuk keluarga Indonesia yang membutuhkan.

Pegolf ternama asal Amerika Serikat, Bubba Watson, mencuri perhatian dalam turnamen ini dengan pukulan sempurna pada hole 11 par-3 sepanjang 154 yard menggunakan pitching wedge. Terinspirasi oleh prestasi fenomenal tersebut, Watson dengan murah hati menyumbangkan satu rumah tambahan untuk keluarga Indonesia melalui Habitat for Humanity Indonesia, sehingga total rumah yang didonasikan menjadi dua unit.

Tak lama setelah pukulan bersejarah Bubba, Phachara Khongwatmai juga membuat kejutan dengan pukulan Hole-in-One di hole 11 menggunakan wedge 48 derajat. Pukulan luar biasa ini semakin memperbesar dampak amal, menghasilkan donasi rumah tambahan untuk keluarga Indonesia yang membutuhkan.

Sebelumnya, para pegolf yang berpartisipasi dalam turnamen BNI Indonesian Masters 2024 juga mengikuti The Keepie Uppie Challenge. Dalam tantangan ini, 16 pegolf berhasil men-juggling bola dengan total donasi yang terkumpul mencapai Rp80.000.000,- (Rp5 juta untuk setiap operan).

16 pegolf berpartisipasi dalam The Keepie Uppie Challenge saat turnamen BNI Indonesian Masters 2024 di Jakarta. Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Melanjutkan Jejak Kebaikan Raden Hapsoro

Habitat for Humanity Indonesia, yang hadir sebagai charity partner dalam ajang bergengsi ini, berperan aktif dalam penggalangan dana untuk mendukung pembangunan rumah layak huni bagi keluarga berpenghasilan rendah. Habitat Indonesia mengucapkan terima kasih atas kesempatan luar biasa yang diberikan untuk menjadi bagian dari turnamen ini.

“Habitat for Humanity Indonesia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bubba Watson dan Phachara Khongwatmai atas pencapaian Hole-in-One yang luar biasa di BNI Indonesian Masters 2024. Prestasi ini lebih dari sekadar tonggak bersejarah dalam dunia golf, ini adalah berkah yang sangat berarti dan akan langsung memberikan dampak nyata bagi kehidupan keluarga berpenghasilan rendah di Indonesia. Kami juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada BNI Indonesian Masters 2024 atas dukungan yang luar biasa. Kemitraan ini akan membantu kami membangun masa depan yang lebih cerah bagi keluarga-keluarga yang kami bantu,” ujar Abraham Tulung, General Manager of Resource Development Habitat for Humanity Indonesia.

Kehadiran Habitat for Humanity Indonesia dalam BNI Indonesian Masters 2024 menunjukkan bagaimana olahraga dapat menjadi sarana untuk membawa perubahan sosial yang bermakna. Dengan dukungan dari para pegolf, sponsor, dan mitra lainnya, inisiatif ini tidak hanya menciptakan momen-momen bersejarah di lapangan, tetapi juga memberikan harapan baru bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan. Semoga langkah inspiratif ini terus berlanjut, membawa lebih banyak manfaat bagi masyarakat yang memerlukan bantuan.

(av/kh) 

Thumbnail – Website Blog
ID-EN Blog

Perempuan Selalu Memiliki Peran Penting dalam Pemulihan Perumahan Pasca-Bencana

Saya Arwin Soelaksono dari Habitat for Humanity Indonesia. Saya terlibat langsung pada fase pemulihan awal dan program pemulihan perumahan di Aceh setelah tsunami. Kami membangun lebih dari 8.000 rumah dan diakui sebagai salah satu organisasi non-pemerintah yang paling tangguh yang bekerja di Pantai Barat Aceh, bersama dengan organisasi-organisasi lain seperti Samaritan’s Purse dan Palang Merah Inggris. Selama bertahun-tahun, kami memperoleh pelajaran berharga, merenungkan apa yang telah kami lakukan dalam pemulihan, dan mendapatkan wawasan berharga untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana membangun kembali rumah mereka dengan lebih efektif dan berkelanjutan.

Cerita dari Aceh setelah Tsunami Asia 20 tahun yang lalu

Pada pertengahan 2005, lebih dari 5.000 pekerja kemanusiaan internasional tiba di Aceh. Pada puncak upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh, terdapat 124 LSM internasional, puluhan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan 430 LSM lokal. Antara 2005 hingga 2006, kota-kota seperti Banda Aceh, Meulaboh, dan daerah Pantai Barat lainnya dipenuhi oleh LSM. Dengan dana yang sangat besar, mencapai 7,7 miliar USD, para pekerja langsung memulai pekerjaan mereka.

Namun, seiring dengan banyaknya dana yang digelontorkan untuk operasi pemulihan, kenyataan di lapangan tampak menjadi jelas. Daerah yang terdampak telah menderita lebih dari tiga dekade konflik bersenjata, sehingga kapasitas pasar sangat terbatas. Bahan bangunan jauh di bawah kebutuhan yang diperlukan, terutama untuk lembaga pemulihan yang bekerja di bidang perumahan. Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan ini menyebabkan inflasi yang parah dan persaingan antara lembaga.

Persaingan ini tidak berhenti di situ; masalah lain muncul ketika LSM mulai berselisih mengenai siapa yang akan mendapatkan penerima manfaat. Ini adalah kenyataan yang menyedihkan bahwa suatu lembaga harus bersaing agar penerima manfaat bisa memilih LSM mana yang bisa membangun rumah mereka. Pada waktu itu, sudah menjadi hal biasa bagi LSM untuk mencoba menarik perhatian penerima manfaat dengan menawarkan rumah yang lebih besar atau bahkan rumah dua lantai, bersama dengan furnitur dan TV. LSM seperti Habitat for Humanity Indonesia berada di posisi yang sulit, karena rumah yang kami bangun hanya berukuran 36 meter persegi, dan tanpa furnitur. Kami meyakini bahwa ketika rumah diberikan secara cuma-cuma, pemilik rumah seharusnya menyediakan barang-barang rumah tangga sesuai dengan kebutuhan mereka.

Suatu malam di bulan Maret 2006, sekelompok warga desa datang ke kantor kami di Rigaih, di Pantai Barat Aceh. Mereka meminta kami untuk membangun rumah dengan ukuran 45 meter persegi, bukan 36 meter persegi seperti yang telah kami janjikan. Pembicaraan pun berlangsung tegang. Kami harus setuju, atau mereka akan mengusir kami dan membiarkan LSM lain yang dapat membangun rumah dengan ukuran 45 meter persegi untuk mengambil alih. Persaingan antar LSM ini mengarah pada sikap buruk dari penerima manfaat, menjadikan mereka manja. Pada akhirnya, hal ini bahkan mendikte LSM yang membantu mereka, memaksa kami untuk memenuhi permintaan yang tidak masuk akal tersebut. Malam itu, saya menandatangani surat yang menyatakan bahwa kami akan meninggalkan daerah tersebut dan membiarkan LSM lain bekerja, karena kami menolak memenuhi permintaan mereka.

Keesokan paginya, saat kami bersiap untuk pergi dan mengucapkan selamat tinggal kepada masyarakat, kami terkejut melihat para wanita marah pada suami-suami mereka. Para wanita ini meminta kami untuk tetap tinggal dan membangun rumah mereka. Mereka berkata kepada suami-suami mereka, “Biarkan Habitat yang membangun rumah kami, kemudian kita bisa meminta LSM lain untuk membangun rumah tambahan.” Meskipun saya tidak setuju dengan alasan mereka, saya harus mengakui bahwa itu cukup cerdik. Momen ini membawa kami pada kesadaran baru: perempuan memainkan peran penting dalam pemulihan perumahan pasca-bencana.

Pengalaman di Nepal tahun 2015

Setelah gempa bumi 2015 di Nepal, saya ditugaskan oleh Palang Merah Amerika untuk mendukung pemulihan perumahan. Suatu hari, dalam program pemulihan tersebut, saya mengunjungi desa Kaule, salah satu daerah yang paling terdampak gempa. Saya bertemu dengan seorang wanita yang sedang melakukan pekerjaan fisik yang berat, membawa batu yang akan digunakan untuk membangun rumahnya. Meskipun saya bisa melihat bahwa batu itu berat, saya tidak mendengar keluhan darinya.

Di tempat lain, saya melihat sebuah keluarga yang sedang bekerja membangun rumah mereka, dan semua anggota keluarga tersebut adalah perempuan dari berbagai generasi. Mereka semua terlibat dalam pekerjaan konstruksi. Di lokasi lainnya, saya melihat perempuan yang sedang memperbaiki batang besi untuk ikatan yang tahan gempa. Ini adalah kerja sama komunitas di mana semua orang memahami pentingnya fitur tahan gempa yang harus dipasang di setiap rumah. Dengan cara ini, individu, keluarga, dan komunitas mampu melakukan pekerjaan rekonstruksi dengan baik, setara dengan pria.

Baca juga: Perumahan yang Memadai untuk Masa Depan yang Tangguh

Lalu, mengapa keterlibatan perempuan begitu penting dalam pemulihan perumahan? Dari perspektif saya, ada dua aspek utama yang mendukung hal ini.

Pertama, perempuan sangat fokus. Melindungi anak-anak dan keluarga mereka memotivasi mereka untuk menyelesaikan konstruksi secepat mungkin. Seorang wanita yang saya temui di Nepal berlomba dengan waktu, memastikan rumahnya selesai sebelum musim dingin. Mereka yang telah dilatih dalam metode konstruksi yang aman dengan hati-hati memasang bahan-bahan untuk memastikan struktur yang kokoh.

Kedua, keterlibatan mereka membawa lebih banyak aktor ke dalam ekosistem pemulihan perumahan. Untuk memastikan pemulihan yang berkelanjutan, proses ini harus terus berlanjut bahkan setelah dukungan eksternal dari pemerintah dan LSM hilang. Untuk membangun ekosistem tersebut, dukungan tambahan harus diberikan kepada yang paling rentan, dengan meningkatkan akses ke mata pencaharian, memastikan ketersediaan penyedia layanan keuangan, dan sebagainya. Inisiatif-inisiatif ini umumnya berada di luar lingkup aktor perumahan, sehingga penting untuk bermitra dengan lembaga non-perumahan atau non-pemukiman.

Pelatihan konstruksi tingkatkan peran perempuan lebih efektif

Lalu, bagaimana kita dapat membantu perempuan agar mereka dapat memainkan peran lebih efektif dalam pemulihan perumahan?

Langkah pertama adalah melalui pelatihan konstruksi, seperti yang dilakukan di Nepal dan Indonesia. Sebagai contoh, selama program pemulihan perumahan 2015 di Nepal, pemerintah meluncurkan program pelatihan tukang sebagai persiapan sebelum upaya rekonstruksi besar-besaran dimulai. Kursus pelatihan selama 7 hari ini mengajarkan peserta cara membangun rumah tahan gempa sesuai dengan standar yang benar. Pelatihan ini terbuka untuk pria dan wanita, dan mencakup kegiatan di kelas serta pelatihan di lapangan. Mereka yang lulus pelatihan akan menerima sertifikat. Meskipun perempuan didorong untuk berpartisipasi, jumlah mereka tetap perlu ditingkatkan.

Lalu, mengapa lembaga pemulihan begitu serius memberikan dukungan kepada perempuan? Apakah terlalu banyak jika kita fokus pada perempuan yang bekerja dalam konstruksi?

Sebenarnya, memberi perhatian lebih kepada perempuan dan mempercayakan mereka dengan peran yang lebih besar dalam proses rekonstruksi adalah cara untuk menghormati sifat pemulihan. Rekonstruksi pasca-bencana harus bersifat organik; tidak ada jalan pintas untuk pemulihan yang cepat. Memberikan dukungan yang didorong oleh tekanan politik atau faktor eksternal tidak akan berkelanjutan dan bahkan bisa berujung pada kegagalan.

Perempuan memiliki insting yang unik untuk melindungi anak-anak mereka. Di mana pun saya bekerja, saya sering melihat ketekunan mereka dalam menyelesaikan konstruksi dengan kualitas tinggi dan secepat mungkin. Itulah potensi mereka. Rumah-rumah tersebut harus cukup kuat agar tidak rusak lagi jika suatu saat terjadi bencana serupa. Menariknya, perempuan sering mendesain rumah mereka sesuai dengan kebutuhan mereka, dan memiliki rumah yang dibangun sesuai dengan spesifikasi mereka menghasilkan kepuasan yang lebih besar dibandingkan rumah modular standar. Selain itu, jika mereka membangun rumah mereka sendiri, mereka akan merasa lebih percaya diri untuk melakukan perbaikan atau perpanjangan rumah, yang memastikan keberlanjutan jangka panjang.

Oleh karena itu, memberikan peran signifikan kepada perempuan dalam pemulihan perumahan akan memaksimalkan upaya mereka dalam mendukung keluarga mereka, yang menghasilkan konstruksi berkualitas tinggi dan penyelesaian tepat waktu. Selain itu, sebagai keuntungan tambahan, perempuan juga bisa mendapatkan penghasilan dari konstruksi, yang mengurangi kerentanannya di daerah yang terdampak.

Penulis: Arwin Soelaksono/Program Director Habitat for Humanity Indonesia

(kh/av)

Thumbnail – Siti N
ID-EN Blog

Secercah Harapan Baru di Rumah Biru Milik Siti Nurhayati

Sebulan yang lalu, tepat saat langit sore masih basah oleh rintik hujan, Siti Nurhayati (37) berdiri di depan rumah barunya yang kokoh. Warna biru cerah menyelimuti dindingnya, sebuah simbol memulai hidup baru. Senyumnya bercampur takjub, dan Siti melangkah masuk untuk pertama kalinya, memindahkan perabotan sederhana ke dalam ruang yang kini menjadi tempat perlindungan keluarganya. 

“Pertama kali saya masuk rumah ini, rasanya aneh. Saya tidak percaya ini rumah saya. Sebagus ini, seperti mimpi.” ucap Siti saat mengenang pertama kali masuk ke rumah yang telah direnovasi Habitat for Humanity Indonesia. 

Impian memiliki rumah layak huni sudah ia pendam bertahun-tahun. Selama itu, Siti tinggal di rumah peninggalan orang tuanya, sebuah bangunan sederhana dari bilik bambu yang usianya telah tua. Setiap sudut rumah itu berbicara tentang kesulitan, dindingnya berlubang, dan atapnya yang bocor menjadi tantangan yang harus di hadapi. 

Siti Nurhayati berjalan di depan rumahnya saat sebelum direnovasi Habitat for Humanity Indonesia. Foto: HFHI/Kevin Herbian

“Dulu, kondisi rumah kami benar-benar rusak. Biliknya bolong, dan suami saya sering menambalnya dengan spanduk bekas. Kalau hujan, air masuk dari mana-mana. Tikus juga sering masuk. Rasanya seperti tidak ada tempat aman di dalam rumah.” kenang Siti. 

Bukan hal yang mudah bagi Siti memiliki rumah yang layak. Memenuhi kebutuhan sehari-hari, Siti mengandalkan pendapatan suami, Junaedi (40), yang bekerja sebagai buruh tukang. Penghasilan Junaedi pun hanya Rp70.000,- per hari yang dibayarkan setiap dua minggu jika beruntung sang majikan memberikannya tepat waktu.  

Tahu kondisi ekonomi kurang beruntung, Siti pun mencoba peruntungannya dengan berjualan sabun cuci keliling ke rumah-rumah tetangga. Namun penghasilan tambahan itu hanya cukup untuk makan sehari-hari. 

“Kami serba kekurangan. Anak-anak masih sekolah, dan saya juga harus mengurus kakak yang mengalami gangguan jiwa. Semua terasa berat, apalagi rumah sudah hampir roboh.” tambah Siti. 

Siti Nurhayati mengenakan sepatu untuk anaknya di depan rumahnya saat setelah direnovasi Habitat for Humanity Indonesia. Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Berseminya Harapan Baru di Rumah Layak Huni Milik Siti

Keadaan berubah saat Habitat for Humanity Indonesia bersama para dermawan dan sukarelawan hadir membawa harapan, membangun kembali rumah milik Ibu Siti dan lima keluarga lainnya di Rajeg, Kabupaten Tangerang. 

“Alhamdulillah, rumah ini mengubah segalanya. Saya jauh lebih tenang, lebih nyaman. Tidak ada lagi bocor, tidak ada lagi tikus. Anak-anak juga lebih semangat belajar.” ucap Siti dengan penuh rasa syukur. 

Kini, Siti bisa menyisihkan sedikit penghasilan untuk tabungan sekolah anak-anaknya. Junaedi juga memiliki energi lebih untuk mengambil pekerjaan sampingan. “Beban kami terasa lebih ringan. Saya juga bisa merawat kakak saya dengan lebih baik tanpa merasa tertekan.” tambahnya.  

Bagi Siti, rumah ini bukan sekadar bangunan. Ini adalah tempat baru yang menghadirkan kedamaian dan masa depan yang lebih baik. “Orang tua saya dulu selalu bilang, rumah itu harus dijaga. Ini bukan hanya untuk kami, tapi untuk anak-anak kami nanti. Rumah ini akan menjadi warisan bagi mereka.” harap Siti. 

Rumah biru itu kini berdiri tegak, membawa harapan dan awal baru bagi keluarga Siti, sebagai langkah awal menuju kehidupan yang lebih stabil dan mandiri. Anda dapat turut serta dalam menghadirkan perubahan bagi keluarga-keluarga seperti Siti Nurhayati. Melalui kepedulian Anda, lebih banyak rumah yang dapat dibangun untuk memberikan tempat berlindung yang aman dan layak bagi keluarga yang membutuhkan. 

Kunjungi www.habitatindonesia.org/donate untuk berdonasi dan menjadi bagian dari misi perubahan kami menciptakan kehidupan yang lebih baik. 

(kh/av)