Kategori: ID-EN Blog

ID-EN Blog

Tetap Kuat dan Tidak Putus Asa 

“Dipakai buat beresin rumah di dalem. Dari luar ga apa apa padahal dalamnya ngeri.”, tutur Susi Fitriani, salah satu penyintas gempa Cianjur saat ditanya kegunaan ESK dan WCK yang diberikan oleh Habitat kepadanya. 

Susi merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kampung Cisalak, Desa Suka Jaya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Siang itu perempuan berusia 34 tahun tersebut sedang berada di rumah bersama ibu dan seorang anaknya yang sedang tidur, sementara suaminya sedang bekerja dan anaknya yang lain berada di sekolah. Baru saja ia menyelesaikan ibadah sholatnya dan hendak memasak air, tiba-tiba ia merasakan gempa yang sangat dahsyat. Segera ia menggendong anaknya yang sedang tidur dan berlari ke luar meski sangat sulit. “Ya, mau keluar susah. Pas kata ibu saya si Alasa lagi tidur di kasur, langsung diambil, pas itu langsung keluar matiin itu kompor sama mesin air.”, kata Susi. Beruntungnya, Susi tidak mengalami luka sedikitpun dan ia dapat bergerak cepat menyelamatkan anaknya, karena jika telat sedikit saja, kondisi anaknya akan sangat berbahaya. Ga ada luka, keburu diambil itu anaknya, kalau lewat 5 menit ga tahu, untung aja selamat.”

Sudah sejak lahir Susi tinggal di Kampung Cisalak. Namun baru kali itu ia merasakan gempa. Kondisi rumahnya ambruk. “Rumah ambruk. Kamar, ruang TV, ama atap dapur ambruk.”. Susi tidak sempat menyelamatkan barang –barangnya, baginya nyawa terlebih penting. “Nyelamatin nyawa aja dulu, barang-barang itu biarin mah.”

Setelah berlari ke lapangan, Susi bersama keluarganya harus bertahan disana selama 3 bulan. Ia tidak bisa pulang ke rumahnya. Ia bahkan harus berpindah dari satu pengungsian ke pengungsian lain sebanyak 3 kali. “Pas awal pertama ada gempa belum bisa pulang ke rumah, 3 bulan ada ya. Kalau di tenda komunal mah sebulan pindah lagi bikin di belakang, sebulan trus pindah. Udah 3 kali pindah.”  

Kedatangan Habitat memberi kegembiraan bagi Susi. Ia menerima sepaket ESK (Emergency Shelter Kits) dan WCK (Wash and Cleaning Kits) dari Habitat dan BCA Life. Alat tersebut sangat membantunya dalam membersihkan puing-puing rumahnya. “Dipakai buat beresin rumah di dalem. Dari luar ga apa apa padahal dalamnya ngeri. Ditambahkannya bahwa alat-alat tersebut dapat ia gunakan untuk mengangkat bata bekas ke luar rumahnya.  

Senenglah gitu, Alhamdulillah, ada yang ngasi gitu. Makasi pada Habitat dan BCA Life yang udah kasi peralatan buat bongkar rumah. Pokoknya kalau ga ada Habitat ya ga tau lah.”, tutupnya.  

Setelah apa yang terjadi, Susi tetap kuat dan tidak putus asa. Ia bahkan terus berupaya menguatkan anaknya yang merasa trauma. Ya kasihan sama anak-anak, saya katakan sabar.. Susi menyadari bahwa tidak hanya ia merasakan kesulitan tersebut tetapi juga semua orang di sekitarnya.  

ID-EN Blog

Perayaan Ulang Tahun Habitat for Humanity Indonesia ke-26

Pada Senin, 1 Mei 2023, Habitat for Humanity Indonesia telah memasuki 26 tahun masa pelayanannya di Indonesia. Untuk merayakan ulang tahun serta pelayanannya, segenap keluarga Habitat for Humanity Indonesia mengadakan perayaan bersama secara Hybrid (Online dan Offline). Acara ini dihadiri oleh berbagai anggota keluarga HFHI di seluruh area pelayanan Habitat Indonesia.

Bapak Rene Widjaja, selaku salah satu board member Habitat for Humanity Indonesia, menyampaikan kata sambutan sebagai pembukaan acara tersebut. Beliau memberikan inspirasi serta motivasi kepada seluruh staf HFHI dalam melayani masyarakat yang membutuhkan.

Topik ini kemudian dilanjutkan oleh penyampaian Bapak Susanto, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, yang mengingatkan seluruh staf dan rekan Habitat Indonesia akan betapa pentingnya untuk tetap melanjutkan pelayanan Habitat Indonesia dalam mengupayakan kesejahteraan bangsa sesuai visi, misi, dan tujuan organisasi.

Perayaan tersebut kemudian ditutup dengan pemotongan Tumpeng di National Office Habitat for Humanity Indonesia. Rasa bahagia meliputi akhir perayaan tersebut, mengingat selama 26 tahun Habitat Indonesia hadir untuk bersama membangun masyarakat Indonesia.

Semoga bara api pelayanan Habitat Indonesia dapat terus menyala serta menyinari kehidupan para keluarga yang membutuhkan.

ID-EN Blog

Pelatihan Literasi Keuangan Keluarga di Desa Kedung Dalem

Berkolaborasi dengan Habitat Indonesia, MUFG Bank mengadakan pelatihan literasi keuangan keluarga bagi penduduk Desa Kedung Dalem pada tanggal 10 Desember 2022 dan 14 Januari 2023. Tujuan dari program tersebut ialah meningkatkan pengetahuan serta kapasitas finansial warga desa yang dapat mempermudah para keluarga dalam mencapai kestabilan ekonomi.

Para pegawai MUFG bersukarela turun tangan menjadi pihak fasilitator selama acara itu berlangsung. Dengan penuh antusias, mereka mengajar serta membimbing para peserta agar materi yang telah disampaikan dapat dicerna dan dipraktikkan dengan baik. Pelatihan ini pun dihadiri oleh 100 orang peserta dari Desa Kedung Dalem.

Di penghujung acara, MUFG Bank membuka kesempatan bagi para peserta untuk membuka akun Bank Danamon yang telah didanai IDR 50,000 sebagai saldo awal. MUFG Bank serta Habitat Indonesia juga mengadakan kerja sama dengan pemerintah lokal untuk memenuhi target pembukaan akun Bank Danamon selama 2-3 minggu. Pada akhirnya, terdapat 100 orang yang telah mendaftar untuk membuka akun Bank Danamon.

Diharapkan pelatihan literasi keuangan tersebut dapat meningkatkan wawasan para keluarga di Desa Kedung Dalam dalam mengelola keuangan rumah tangga sehingga mereka lebih mampu mencapai kesejahteraan dan kestabilan finansial.

ID-EN Blog

Bali Build II

Pada tanggal 4 April 2023, Bali Build kembali dilakukan di Desa Purwakerti, Kabupaten Karangasem. Kegiatan ini merupakan acara Bali Build kedua yang awalnya pernah dilaksanakan pada pertengahan Januari 2023. Menyongsong tema ‘Building homes, building lives, building community’, Bali Build II menarik 25 relawan dari Denpasar untuk membangun 2 dari 6 rumah yang di donasikan.

Kegiatan yang dilakukan berupa membangun dinding, mengecat genteng, mengikat kawat, dan memindahkan material bangunan. Mayoritas relawan yang datang berasal dari Denpasar, tetapi ada 1 relawan yang datang dari Jakarta untuk mengikuti kegiatan ini. Ibu Vita adalah salah satu donor dan relawan yang sangat bersemangat untuk membangun rumah layak huni bagi warga Desa Purwakerti. Ada sebanyak 6 rumah layak huni yang dibangun di Bali Build II; 5 dari 6 rumah tersebut di donasikan oleh PT. Coconut Homes yang juga 92% relawan di acara ini merupakan karyawan perusahaan tersebut.

“I think it’s important for people out there to become aware and open your mind to really visualized that not everyone is as lucky as we are. I knew I grew up in a really nice lovely home and I’m very thankful for that. I think it’s really great to give back to the community. To able to bring happiness to life by having a house that is your home. It’s amazing we can do this kind of build, to bring back to my home, to my island.” kata Niluh, seorang relawan di acara Bali Build II.

Kesempatan yang diberikan kepada pemimpin dan karyawan ini diharapkan tidak hanya menjadi sebuah kegiatan sukarelawan untuk membantu sesama yang membutuhkan, tetapi juga menunjukkan kontribusi sebagai agen perubahan bagi sesama dan bagi bangsa.

Building Homes – Building Lives – Building Communities.

ID-EN Blog

Secercah Harapan di Tengah Kegelapan

“Alhamdulillah, masyarakat mengucapkan banyak terima kasih kepada tim Habitat dan CRS. Terus terang, dengan adanya bantuan berupa alat kebersihan seperti roda, martil, linggis dan alat lainnya kami merasa sangat terbantu. Bahkan seminggu ini dari paku setiap rumah bisa kejual pakunya karena ada linggis itu melepas pakunya”, ungkap Nandi, salah satu penyintas gempa di Cianjur sekaligus ketua RT di Desa Suka Mulya, Pasir Sapi, Kab. Cianjur. 

Saat gempa terjadi, Nandi berada di rumah bersama istri, anak, dan cucunya. Ketepatan, saat itu ia sedang berlibur dari pekerjaannya sebagai karyawan salah satu perusahaan kontraktor jasa pemasangan kaca di luar kota. Hari itu Senin, tepatnya pukul 1 siang. Tiba-tiba ia dan keluarganya merasakan goncangan yang sangat dahsyat. Baru kali itu Nandi merasakan gempa. “Musibah dadakan, ga ada aba-aba, trus kerasanya itu ke bawah dulu langsung ke atas. Sekitar 4-5 detik. Saya sendiri lagi tidur, mau sholat dibangunin istri, pas istri keluar langsung kejadian. Ya beruntung alhamdulillah langsung bisa lari keluar. Ambil cucu keluar dan mengarahkan warga ke lapangan. Kalau lebih dari 5 detik mungkin lebih bahaya”, tutur Nandi.  

Rumah Nandi retak, baik di bagian depan maupun belakang. Namun, ia masih tetap bersyukur karena rumahnya masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan rumah warga lain yang semuanya hampir roboh total. Selama beberapa hari, Nandi masih harus tinggal di tenda darurat bersama 31 keluarga lainnya. “Jangankan pas seminggu kejadian, sekarang aja ga tidur di rumah, di tenda”, kata Nandi.  

Awalnya Nandi tidak terpikir kembali ke rumahnya karena masih trauma. Namun, bantuan berupa alat-alat pembersih gempa yang diberikan oleh Habitat dan CRS mendorongnya untuk berani melihat kembali rumahnya dan mulai membersihkannya. Justru, setelah membersihkan puing-puing gempa di rumahnya, ia mampu mengumpulkan paku untuk ia jual sehingga ia memiliki uang di masa darurat. “Bahkan seminggu ini dari paku setiap rumah bisa kejual pakunya karena ada linggis itu melepas pakunya”, ungkap Nandi. 

Atas kejadian ini, Nandi hanya bisa ikhlas. “Namanya musibah kita harus ikhlas. Selain itu tetap berdoa supaya Cianjur bangkit lagi”, kata Nandi. Sekarang Nandi hanya berharap aktivitasnya bisa kembali seperti dulu lagi. Saat ini ia belum kembali bekerja karena sebagai ketua RT, ia masih sibuk dalam pendataan. “Saya tidak mementingkan diri saya pribadi, masih banyak yang di bawah kita, RT itu melindungi keluarga dan warganya. Saya sedang berupaya mencari relawan lokal untuk sembako karena warga belum 100% pulih. Ditambah, banyakan warga adalah petani, sementara cuaca hujan, alat dan bahan mahal, obatan mahal”, tutupnya.  

Ia berharap keluarganya serta warga Cianjur segera pulih dan bisa menata kehidupan lagi.   

ID-EN Blog

Menuju BISRA 2023: Webinar “Bridging Social Impact Measurement and Corporate Social Responsibility”

Seperti yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, sebuah webinar diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Bisnis Indonesia Corporate Social Responsibility Award (BISRA) 2023. Melalui webinar ini diharapkan para peserta yang akan berkompetisi di ajang BISRA 2023 memperoleh wawasan dan masukan penting dalam melaksanakan program-program CSR-nya.  

Susanto, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia sebagai salah seorang dewan juri BISRA 2023, menyampaikan paparannya dalam webinar itu. Bersama-sama dengan Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Sosial dan Kemiskinan, Vivi Yulaswati, Head of Research Bisnis Indonesia Intelligence Unit, Dias R Sutiono, dan CSR Program Manager PT Adaro Energy Indonesia Tbk, Zurida MH. 

Webinar yang diselenggarakan pada Rabu, 12 April 2023, ini mengangkat tema “Bridging Social Impact Measurement and Corporate Social Responsibility” membahas bagaimana penerapan prinsip tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan akan berpotensi melebarkan akses pasar dan mampu memperkuat brand positif perusahaan di mata masyarakat. Prinsip corporate social responsibility (CSR) ini tidak hanya terbatas pada kegiatan sosial yang bersifat kuantitatif, tetapi juga berdampak signifikan bagi beragam permasalahan sosial-ekonomi serta lingkungan.  

“Pada BISRA tahun ini, dalam proses menentukan perusahaan pemenang, juri akan menggelar riset data kuantitatif dan kualitatif secara holistik. Dalam proses penjurian nanti, kita akan menilai apa aktifitas CSR nya yang telah dilakukan. Sebagai input, kemudian apa output-nya, result-nya. Dalam menilai output-nya itulah kita akan menggunakan salah satu dari 30 social impact measurement, dan tentu saja kita juga akan menilai outcome-nya”, tutur Dian. Menurutnya, data kualitatif dan kuantitatif yang dikumpulkan dari peserta akan dilihat secara detail, termasuk melihat hasil yang sesuai dengan tujuan dari program. Dengan demikian, juri bisa melihat bagaimana dampak program tersebut pada masyarakat. 

Penyelenggaraan webinar ini juga merupakan momentum pembukaan pendaftaran BISRA 2023 sekaligus penjelasan juri tentang metode yang digunakan dalam proses penjurian nanti. 

ID-EN Blog

Kata Sambutan Direktur Nasional

Kamis, 17 Maret 2023 lalu saya bersama tim berkunjung ke Cianjur untuk melakukan monitoring program pembangunan hunian sementara (huntara) bagi para penyintas gempa yang sudah dimulai sejak Januari 2023. Meski sudah lebih dari tiga bulan sejak terjadinya gempa, saya hampir tidak bisa berkata-kata saat melihat para penyintas masih tinggal di tenda-tenda darurat dengan kondisi tempat tidur yang sangat sempit, air bersih yang sangat terbatas, serta tempat memasak yang tidak memadai.

Setelah mendistribusikan ESK (Emergency Shelter Kits), WCK (Wash and Cleaning Kits), RRK (Rubber Removal Kits), dan toilet komunal bagi lebih dari 500 keluarga di awal terjadinya bencana, nyatanya kebutuhan para penyintas masih banyak. Mereka menginginkan kepulihan yang cepat, mereka membutuhkan hunian sementara. Bersyukurnya, mengawali tahun 2023, Habitat dapat mewujudkan program pembangunan hunian sementara yang akan berjumlah sekitar 128 unit dan 26 toilet individu hingga Juli 2023 mendatang.

Hunian sementara (huntara) ini diharapkan dapat membantu para penyintas dapat tinggal lebih nyaman sambil menanti program pembangunan hunian tetap dari pemerintah yang mungkin akan direalisasikan dalam 1-2 tahun ke depan. Hunian sementara sangat dibutuhkan saat ini mengingat cuaca ekstrim seperti hujan deras dan angin yang kencang yang terus-menerus menyebabkan kerusakan tenda darurat. Bahkan beberapa penyintas yang saya temui terpaksa mengungsi ke tenda darurat tetangga karena tenda yang ia tempati rusak akibat cuaca ekstrim.

Hunian sementara yang akan dibangun dinilai berkelanjutan karena sekalipun mereka telah mendapatkan hunian tetap nantinya dari pemerintah, hunian sementara dapat dijadikan sebagai gudang maupun warung.

Jika saudara-saudari berkenan membantu para penyintas di Cianjur mengingat kebutuhan mereka masih banyak, anda dapat menyalurkan donasi melalui: Habitat Kemanusiaan Ind. Yay BCA 210 3002958

Selain berkunjung ke Cianjur, esok harinya, Jumat 18 Maret 2023 saya mengikuti kegiatan Financial Institution Build di Babakan Madang, Bogor. Saya bersyukur dan terkesan melihat semangat lebih dari 30 orang pemimpin institusi keuangan maupun asuransi saat membangun rumah layak bagi keluarga yang membutuhkan disana. Saya berharap kegiatan yang sama dapat diadakan di tahun mendatang mengingat mereka diharapkan tidak hanya pemimpin di perusahaan tetapi juga mengambil peran sebagai agen perubahan bangsa.

Salam,

Susanto

ID-EN Blog

Pemimpin Institusi Keuangan Bangun Rumah Layak di Babakan Madang, Bogor

Hujan deras semalam-malaman tidak menyurutkan langkah para permimpin institusi keuangan untuk hadir pada Sabtu pagi itu, 18 Maret 2023 di Desa Karang Tengah, Babakan Madang. 30 orang relawan dari 11 institusi bank, perusahaan asuransi dan sekuritas, hari itu bersama-sama melakukan kebaikan, membangun rumah bagi warga berpenghasilan rendah dalam sebuah event yang diberi nama Financial Institution Build 2023. Para relawan bahu membahu membangun 3 rumah, dengan penuh semangat melakukan pembangunan pondasi dan memasang dinding batako.

Di Kecamatan Babakan Madang, Bogor, seperti di beberapa daerah di sekitar Jabodetabek lainnya, masih terdapat ribuan keluarga yang tinggal di hunian yang tidak layak, seperti rumah dengan struktur bangunan yang tidak memadai, tidak memiliki toilet yang layak, dan akses air bersih yang buruk. “Kondisi rumah yang kami tempati selama ini secara fisik, tidak layak huni dan tidak sehat. Dinding rumah dari anyaman bilik, tiang-tiangnya dari kayu dan lantainya masih tanah”, kata Zainal Abidin, salah satu warga yang rumahnya hari itu dibangun oleh para relawan. Zainal bercerita, ia dan keluarganya jarang sekali bisa tidur nyenyak bila hujan deras apalagi bila disertai angin keras. “Lantai becek karena atap bocor disana-sini dan saya takut rumah saya roboh. Karena rumah saya berada di kaki gunung, jadi bila datang angin kencang, rumah mudah roboh”, tambah pria yang bekerja sehari-hari sebagai petani itu.

Kalau hujan, selain air masuk ke rumah, juga binatang-binatang seperti tikus, kecoa dan bahkan ular pernah masuk kedalam rumah. Jadi kalau hujan, sudah pasti anak2 tidak bisa belajar, dan kami semua takut atap ambruk karena sudah bocor disana-sini”, tutur Pak Adeng yang juga tinggal di Desa Karang Tengah, yang rumahnya juga dibangun pada hari itu.

Habitat Indonesia yang sudah hadir sejak 2010 di Kecamatan Babakan Madang, Bogor telah melakukan berbagai intervensi melalui pembangunan komunitas berupa penyediaan 970 rumah layak, 12 toilet umum, 309 toilet keluarga, 13 akses air bersih, 10 renovasi sekolah dan 28 warung usaha mikro, termasuk pemberian pelatihan manajemen keuangan dan manajemen usaha. Namun, meski sudah lebih dari 10 tahun melakukan berbagai program peningkatan kesejahteraan masyarakat, isu backlog (kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan rumah layak) masih terlihat nyata di Babakan Madang. “Pekerjaan masyarakat disini sebagian besar adalah buruh harian lepas, pekerja serabutan, maupun petani yang pendapatannya hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasti tidak cukup untuk membangun rumah layak”, tutur Susanto, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia.

Jangankan berharap bisa membangun rumah, mimpi memiliki rumah layak saja mereka tidak berani. Masyarakat yang hidup dalam keadaan ekonomi yang menyedihkan seperti ini, sungguh kontras dengan pembangunan rumah-rumah mewah dengan segala fasilitasnya yang mentereng di daerah Sentul, yang hanya berjarak beberapa kilometer dari Babakan Madang disini”, demikian disampaikan oleh Rene Indiarto Widjaja, Chairman Board of Trustee Habitat Indonesia dalam kata sambutannya. “Masakan kita hanya berdiam diri saja melihat keadaan sesama kita yang seperti ini?” tantangnya.

Kegiatan Financial Institution Build 2023 ini mengajak para pemimpin dari berbagai institusi keuangan baik bank, asuransi maupun perusahaan sekuritas, tidak hanya menjadi pemimpin perusahaan, tetapi juga memberikan pengaruh bagi pembangunan komunitas disekitar mereka.

Menurut saya kegiatan ini sangat bagus. Kami yang hidup di kota besar seperti Jakarta diberi kesempatan datang ke desa, melakukan kebaikan bagi masyarakat disini.  Sebagai seseorang yang hidup lebih beruntung, hari ini saya bisa give back to the society”, kata Martin, salah seorang relawan dari sebuah perusahaan asuransi yang ternama.

Menurut saya over all (secara keseluruhan) hari ini is a very good experience (merupakan pengalaman yang baik) buat saya dan teman-teman. Nyangkul, ngikat besi, adalah something new and it was very useful (sesuatu yang baru dan sangat berguna) yang baru sangat buat saya, dan untuk bangun Indonesia kita lakukan dengan bangun komunitasnya”, tambah Michael, saudara kembar Martin yang juga relawan dari perusahaan asuransi yang sama.

Martin dan Michael berharap keluarga yang mereka bantu memiliki hidup yang lebih baik di masa depan, “Hopefully (semoga) ke depannya mereka bisa punya karir dan path (jalur) yang bagus, dan anak-anak mereka bisa punya kehidupan yang lebih baik daripada kedua orang tua mereka”, tutup Michael.

Di kegiatan Financial Institution Build ini saya melihat semangat para pemimpin yang sangat luar biasa. Saya berharap tahun depan Habitat dapat mengadakan kegiatan yang sama dengan jumlah relawan yang ikut lebih banyak sehingga dapat membantu lebih banyak masyarakat yang tidak mampu mendapatkan rumah layak.” tutup Susanto.

Bersama kita bangun Indonesia!

ID-EN Blog

Tidak Ada Kata untuk Menyerah

“Bersyukur kali lah bu, ibaratnya kayak ketiban rezeki nomplok dari langit”, ungkap Rika dengan penuh haru saat ditanya bagaimana perasaannya setelah menerima bantuan akses air bersih dari Habitat Indonesia.

Rika Susanti merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Sagulung Jaya, Batam. Kondisi keluarga Rika yang serba sulit membuatnya dan suami harus ikhlas meski hanya tinggal di sebuah rumah yang ukurannya hanya sepetak kecil. Rumah mereka tidak memiliki toilet, air bersih, dan bahkan tempat untuk memasak. Beruntungnya, rumah petak kecil tersebut berada di sebelah rumah mertua Rika sehingga ia dan suami memutuskan untuk menumpang ke rumah mertua saja untuk memperoleh air bersih, menggunakan toilet, maupun memasak. “Kendalanya ekonomi bu”, kata Rika.

Namun yang namanya hidup menumpang, kisah Rita tidak selalu mulus, suka dan duka harus dia tanggung demi bertahan hidup. “Iya biasalah bu ibarat kita numpang di rumah mertua, keluh kesah pasti ada, kekuarangan kelebihan pasti ada”, ungkap perempuan yang berusia 41 tahun tersebut. Masalah terbesar yang Rika dan mertuanya hadapai ialah saat saluran air mereka bocor. Hal itu menyebabkan pembengkakan biaya air per bulan. “Kami ada pembengkakan air, ATB nya bocor. Pembayarannya jadi terlalu mahal dan ada denda yang harus dibayar”, jelas Rika. Rika dan keluarga harus mengeluarkan Rp 200.000,- per bulan selama 6 bulan untuk menyicil denda ditambah lagi biaya airnya kepada mertua Rp 50.000,- per bulan sehingga  ia harus mengeluarkan Rp 250.000,- per bulan untuk kebutuhan air.

Hidup bersama suami yang bekerja sebagai buruh harian lepas membuat Rika terkadang tidak memiliki penghasilan yang stabil dan sampai di titik tidak sanggup membayar biaya air. “Mertua saya tidak kerja, suami kadang kerja kadang tidak. Kalo lagi musim hujan ga kerja, ga dapat duit”, ungkap Rika. Mau tidak mau, Rika dan suami harus mencari pekerjaan tambahan agar memperoleh uang. “Yang diandalkan saya sebagai istri, saya bantu dia sehari-hari bekerja mencabut bulu burung walet”, tambah Rika.

 “Namanya kita hidup harus kita jalani, salah satunya kita harus berusaha agar kehidupan kita bisa lebih baik lagi dari yang dulu dengan yang sekarang”, harapan yang selalu Rita pegang. Tidak pernah terbayangkan oleh Rika jika kesabarannya selama ini akhirnya berbuah manis. Habitat dan Caterpillar hadir untuk memberikan bantuan rumah, toilet, serta akses air bersih baginya dan keluarga. “Bersyukur kali lah bu, ibaratnya kayak ketiban rezeki nomplok dari langit”, ungkapnya dengan sangat gembira.Sejak memiliki meteran air sendiri, Rika dapat mengembangkan usahanya, “Usaha kami menjadi tambah berkah tambah lancar. Meteran airnya mempermudah kami berusaha untuk mengolah makanan yang akan dijual. Airnya higinis”, cerita Rika yang suaminya akhirnya bekerja sebagai penjual cilor keliling. Rita merasa leluasa untuk mandi dan buang air besar di rumah sendiri, “Ibaratnya kita nyaman, enak rasanya udah”, tambahnya.

Meteran air yang sudah dimiliki oleh Rita membuatnya tidak harus mengeluarkan biaya besar tiap bulan untuk membayar air. Akhirnya ia bisa menyisihkan penghasilannya per bulan untuk ia tabung. “Semenjak dibantu ni selagi masih berusaha kayak jualan pedagang kecil-kecilan, bisa ngumpul dikit-dikit. Setelah ada air bersih, pekerjaan saat ini sebagai IRT yang bantu suami bekerja penjual cilor keliling. Kepada Habitat dan Caterpillar, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Tanpa Habitat kami ga bisa apa-apa. Harapan saya ke depan mudah-mudahan usaha kami sama suami ini bisa berjalan dengan lancar dan bisa kalau ada rezeki bisa menambah rumah dan menjaga saluran air yang sudah diberikan Habitat”, tutupnya.

ID-EN Blog

Keluargaku adalah Rumahku

“Kalau alat itu tadinya ga ada mungkin kesulitan. Kita ga ada alat-alat. Mungkin alat seadanya, ya bisa lah cangkul, tapi kan orang lain juga pasti pada make”, ungkap Asep Tajudin, salah satu penyintas gempa Cianjur yang berasal dari Kampung Cipakucau, Desa  Suka Jaya saat ditanya pendapatnya tentang RRK (Rubber Removal Kits) yang diberikan oleh Habitat Indonesia.

Sebagai salah satu karyawan di perusahaan besi baja, tidak asing jika siang itu Asep berada di pabrik dan sedang bekerja. Tiba-tiba ia dan rekan-rekannya merasakan  mesin yang berat dan getaran di atap pabrik. “Langsung syok, getarannya besar, dan konstruksi besi goyangannya dahsyat”, ungkap Asep.

Masih dalam keadaan syok, ia menerima telepon dari istrinya. “Saat itu istri saya nelpon, divideon rumah udah ambruk, istri bilang ada gempa”. Mendengar kabar tersebut, Asep segera pulang, “Saya langsung minta izin pulang kepada atasan, langsung kesini”.

Asep berkata bahwa ia bersyukur saat kejadian istri dan kedua anak Asep masih sempat berlari keluar dari rumah sehingga tidak tertimbun puing-puing. “Kejadiannya sih begitu cepatlah gitu, istri saya pun sebenarnya baru mendengar suaranya dulu ga tau itu mau gempa, untungnya anak-anak ada di pinggir, langsung di ambil, baru langsung ambruk”, ungkap Asep.

Sudah sejak kecil Asep tinggal di Desa Suka Jaya, namun belum pernah ia merasakan gempa seperti yang terjadi 21 November 2022 lalu. “Kalau untuk sebesar ini belum pernah, kalaupun ada gempa biasa”, disampaikannya.

Setelah bertahan 1-2 hari di jalanan, Asep dan warga lainnya mulai memasang tenda darurat, “Pas 1-2 hari kita bangun sendiri. Makanan 1-2 hari kita agak kesulitan karena stok makanan di rumah sudah lenyap di telan gempa. Hari ke 2-3 bantuan masuk dari para donatur”, ungkapnya.

Rumah Asep hancur berkeping-keping. “Hancur semua, puing-puing aja semuanya”. Asep berharap segera dapat membangun kembali rumahnya. Beruntungnya, ia mendapatkan paket ESK (Emergency Shelter Kits) dari Habitat Indonesia dan CRS berupa cangkul, sekop, roda dorong, dan lainnya. Istri Asep mulai membersihkan sisa reruntuhan. “Kalau alat itu tadinya ga ada mungkin kesulitan. Kita ga ada alat-alat. Mungkin alat seadanya, ya bisa lah cangkul, tapi kan orang lain juga pasti pada make”, ungkapnya.

Asep merasa sangat terbantu, “Alhamdulillah kepake semua alatnya”. Kedepan, alat-alat itu akan Asep gunakan sebagai inventaris. Semangat Asep tidak padam, “Yang membuat saya tetap semangat, pas lihat anak dan istri udah selamat. Rumah hancur gapapa yang penting keluarga ada”, katanya.