Sejak kecil, Ibu Juniati (42) tumbuh bersama orang tuanya di rumah yang sederhana. Rumah yang sama yang kini menjadi tempat ia merawat orang tuanya di masa tua mereka. Meski penuh kenangan, rumah yang mereka huni sudah tidak lagi layak untuk ditinggali. Namun, tak pernah terbayang sebelumnya bahwa bantuan untuk memperbaiki kondisi rumah akan datang dari para dermawan dan relawan Habitat for Humanity Indonesia.
Rumah yang ia tempati sejak lahir bersama orang tuanya kini tampak berbeda. Rumah yang dulunya hanya terbuat dari triplek dengan atap asbes dan kerangka baja ringan kini berdiri kokoh, memberikan rasa aman dan nyaman yang sebelumnya tidak pernah mereka rasakan.
Sebelumnya, setiap kali hujan deras mengguyur, Ibu Juniati harus bersiap menadahi air yang merembes masuk ke dalam rumah, karena jika tidak, seluruh rumah akan terendam banjir. Begitu juga ketika angin kencang datang, seluruh keluarga terpaksa duduk cemas di depan rumah.
“Enggak cuma hujan deras yang buat saya khawatir, Pak. Kalau ada angin kencang, kami sekeluarga duduk di depan rumah, takut rumahnya roboh. Abisnya udah bunyi kreot, kreoot … ” ungkap Juniati, mengenang masa-masa penuh ketegangan yang mereka alami.
Keterbatasan ekonomi semakin menambah beban. Suaminya, Indra (42), seorang buruh bangunan, hanya memperoleh penghasilan kurang dari 130 ribu rupiah per hari. Dengan penghasilan tersebut, memperbaiki rumah yang sudah rusak bukanlah hal yang mungkin dilakukan. “Kalau punya duit mah pastinya pengen dibangun, tapi itu cuma kepengen doang. Ibu serba pas-pasan, terhimpit sama ekonomi,” ungkap Juniati.

Baca juga: Memulai Kembali dari Sebuah Kunci Rumah Layak
Namun, suatu hari, secercah harapan datang. Tim Habitat for Humanity Indonesia mengunjungi kediaman mereka, menawarkan bantuan untuk membangun kembali rumah yang sudah lama mereka impikan. Ibu Juniati pun tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. “Ya Allah, beneran ini rumah mau dibangun? Beneran Habitat mau bangun rumah?” ujarnya dengan penuh keharuan.
Proses pembangunan rumah pun dimulai, dan tak butuh waktu lama untuk merasakan perubahannya. Kini, rumah mereka menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk tinggal. Juniati mengaku, suaminya, Indra, kini lebih semangat bekerja. “Bapak sekarang semangat banget buat kerja. Ditambah kerja merantau berbulan-bulan pun, bapak ngaku enggak pernah khawatir lagi sama keadaan rumah, beda sama yang dulu, selalu telepon terus soal kondisi rumah,” kata Juniati dengan senyuman.
Ada juga cerita lucu yang tak terlupakan. “Pertama ditempatin rumah ini, saya bangunnya kesiangan mulu, saking nyamannya rumah ini sampe telat bangun,” kenangnya dengan tawa. Kehidupan mereka kini jauh lebih tenang, dan rumah baru ini menjadi tempat penuh kebahagiaan bagi keluarga mereka.
Tak hanya itu, seminggu setelah rumah selesai dibangun, Indra pun dengan penuh semangat membangun dapur untuk istrinya. Bagi mereka, rumah kini bukan sekadar tempat tinggal, tetapi tempat untuk membangun mimpi bersama. “Rumah itu istananya Ibu. Punya uang, punya kendaraan, kalau enggak punya rumah, kan kita mau tidur dimana? Jadi rumah itu harus dijaga,” kata Juniati dengan penuh rasa tanggung jawab.
Kini, Ibu Juniati dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk berbakti kepada orang tuanya, memberikan kenyamanan di masa tua yang sudah dia impikan. Rumah baru ini menjadi hadiah terindah bagi keluarga mereka, sebuah tempat untuk berbagi kasih, merawat orang tua, dan menikmati hari-hari penuh kebahagiaan.
Perubahan yang dirasakan oleh Ibu Juniati dan keluarganya adalah bukti nyata dari dampak besar yang bisa diwujudkan ketika kita semua saling mendukung. Habitat for Humanity Indonesia terus berkomitmen untuk memberikan hunian layak bagi jutaan keluarga di Indonesia. Mari kita dukung upaya ini dan menjadi bagian dari perubahan. Kunjungi habitatindonesia.org/donate
(kh/av)