logotype
Donate
Thumbnail – Website Blog
ID-EN Blog

Bakti Ibu Juniati: Hadirkan Rumah Layak untuk Orang Tua 

Sejak kecil, Ibu Juniati (42) tumbuh bersama orang tuanya di rumah yang sederhana. Rumah yang sama yang kini menjadi tempat ia merawat orang tuanya di masa tua mereka. Meski penuh kenangan, rumah yang mereka huni sudah tidak lagi layak untuk ditinggali. Namun, tak pernah terbayang sebelumnya bahwa bantuan untuk memperbaiki kondisi rumah akan datang dari para dermawan dan relawan Habitat for Humanity Indonesia. 

Rumah yang ia tempati sejak lahir bersama orang tuanya kini tampak berbeda. Rumah yang dulunya hanya terbuat dari triplek dengan atap asbes dan kerangka baja ringan kini berdiri kokoh, memberikan rasa aman dan nyaman yang sebelumnya tidak pernah mereka rasakan.  

Sebelumnya, setiap kali hujan deras mengguyur, Ibu Juniati harus bersiap menadahi air yang merembes masuk ke dalam rumah, karena jika tidak, seluruh rumah akan terendam banjir. Begitu juga ketika angin kencang datang, seluruh keluarga terpaksa duduk cemas di depan rumah. 

“Enggak cuma hujan deras yang buat saya khawatir, Pak. Kalau ada angin kencang, kami sekeluarga duduk di depan rumah, takut rumahnya roboh. Abisnya udah bunyi kreot, kreoot … ” ungkap Juniati, mengenang masa-masa penuh ketegangan yang mereka alami. 

Keterbatasan ekonomi semakin menambah beban. Suaminya, Indra (42), seorang buruh bangunan, hanya memperoleh penghasilan kurang dari 130 ribu rupiah per hari. Dengan penghasilan tersebut, memperbaiki rumah yang sudah rusak bukanlah hal yang mungkin dilakukan. “Kalau punya duit mah pastinya pengen dibangun, tapi itu cuma kepengen doang. Ibu serba pas-pasan, terhimpit sama ekonomi,” ungkap Juniati. 

Juniati bersama orang tuanya berdiri di depan rumah miliknya yang telah dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia di Mauk – Kabupaten Tangerang (3/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Memulai Kembali dari Sebuah Kunci Rumah Layak

Namun, suatu hari, secercah harapan datang. Tim Habitat for Humanity Indonesia mengunjungi kediaman mereka, menawarkan bantuan untuk membangun kembali rumah yang sudah lama mereka impikan. Ibu Juniati pun tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. “Ya Allah, beneran ini rumah mau dibangun? Beneran Habitat mau bangun rumah?” ujarnya dengan penuh keharuan. 

Proses pembangunan rumah pun dimulai, dan tak butuh waktu lama untuk merasakan perubahannya. Kini, rumah mereka menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk tinggal. Juniati mengaku, suaminya, Indra, kini lebih semangat bekerja. “Bapak sekarang semangat banget buat kerja. Ditambah kerja merantau berbulan-bulan pun, bapak ngaku enggak pernah khawatir lagi sama keadaan rumah, beda sama yang dulu, selalu telepon terus soal kondisi rumah,” kata Juniati dengan senyuman. 

Ada juga cerita lucu yang tak terlupakan. “Pertama ditempatin rumah ini, saya bangunnya kesiangan mulu, saking nyamannya rumah ini sampe telat bangun,” kenangnya dengan tawa. Kehidupan mereka kini jauh lebih tenang, dan rumah baru ini menjadi tempat penuh kebahagiaan bagi keluarga mereka. 

Tak hanya itu, seminggu setelah rumah selesai dibangun, Indra pun dengan penuh semangat membangun dapur untuk istrinya. Bagi mereka, rumah kini bukan sekadar tempat tinggal, tetapi tempat untuk membangun mimpi bersama. “Rumah itu istananya Ibu. Punya uang, punya kendaraan, kalau enggak punya rumah, kan kita mau tidur dimana? Jadi rumah itu harus dijaga,” kata Juniati dengan penuh rasa tanggung jawab. 

Kini, Ibu Juniati dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk berbakti kepada orang tuanya, memberikan kenyamanan di masa tua yang sudah dia impikan. Rumah baru ini menjadi hadiah terindah bagi keluarga mereka, sebuah tempat untuk berbagi kasih, merawat orang tua, dan menikmati hari-hari penuh kebahagiaan. 

Perubahan yang dirasakan oleh Ibu Juniati dan keluarganya adalah bukti nyata dari dampak besar yang bisa diwujudkan ketika kita semua saling mendukung. Habitat for Humanity Indonesia terus berkomitmen untuk memberikan hunian layak bagi jutaan keluarga di Indonesia. Mari kita dukung upaya ini dan menjadi bagian dari perubahan. Kunjungi habitatindonesia.org/donate

(kh/av)

Header PKP
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Kementerian PKP Dukung Program 3 Juta Rumah

Jakarta, 28 Mei 2025 — Habitat for Humanity Indonesia resmi menjalin kerja sama strategis dengan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Republik Indonesia dalam rangka mendukung percepatan program nasional 3 Juta Rumah Layak Huni.

Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) oleh Dr. Drs. Imran, M.Si., MA.Cd., selaku Direktur Jenderal Perumahan Perdesaan Kementerian PKP, bersama Handoko Ngadiman, selaku Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia. Penandatanganan yang berlangsung di Jakarta ini turut disaksikan oleh Arwin Soelaksono, Program Director Habitat Indonesia, serta sejumlah pejabat dari lingkungan Kementerian PKP, menandai komitmen bersama dalam mengatasi permasalahan perumahan di Indonesia, khususnya di daerah perdesaan.

Kerja sama ini menjadi langkah konkret dalam memperkuat kolaborasi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, dengan fokus utama pada percepatan penyediaan akses rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Melalui sinergi antara pemerintah dan sektor lembaga swadaya seperti Habitat for Humanity Indonesia, diharapkan hambatan-hambatan struktural dan pembiayaan dalam penyediaan hunian dapat diatasi dengan pendekatan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

“Penandatanganan PKS ini menjadi tonggak penting dalam upaya bersama menyediakan rumah baru maupun meningkatkan kualitas hunian yang ada. Kolaborasi ini merupakan solusi untuk mengatasi backlog perumahan yang masih terjadi. Kami sangat mengapresiasi dukungan dari Habitat for Humanity Indonesia dalam program 3 Juta Rumah ini,” ujar Imran. Ia juga menekankan pentingnya kemitraan lintas sektor untuk menjangkau masyarakat di wilayah-wilayah terpencil dan perdesaan yang selama ini masih memiliki keterbatasan akses terhadap hunian yang layak.

Baca juga: Mengatasi Backlog Perumahan: Sinergi Pemerintah, Komunitas, dan Lembaga Swadaya

Sementara itu, Handoko Ngadiman menyampaikan bahwa kerja sama ini akan menjadi dorongan signifikan bagi Habitat for Humanity Indonesia dalam memperluas dampak program-programnya. “Dukungan dari Kementerian PKP sangat berarti dan memberi dasar kuat bagi kami untuk menjalankan inisiatif yang selaras dengan program nasional. Kami menargetkan pembangunan 1.000 rumah layak huni hingga pertengahan tahun 2026, dengan fokus pada masyarakat yang tidak memiliki akses perbankan seperti yang ada di desil satu dan dua, perempuan kepala rumah tangga, dan penyandang disabilitas” jelasnya.

Lebih lanjut, Kementerian PKP bersama Habitat Indonesia juga merencanakan pelaksanaan proyek percontohan (pilot project) di masa mendatang. Proyek ini akan berfokus pada penyediaan rumah layak berbasis kawasan permukiman, yang tidak hanya menyediakan bangunan fisik, tetapi juga memperhatikan aspek infrastruktur lingkungan, sanitasi, kesehatan, dan ketahanan terhadap risiko bencana. Pendekatan berbasis kawasan ini diyakini dapat menciptakan dampak yang lebih luas, berkelanjutan, dan mendukung pengembangan komunitas yang tangguh.

Kerja sama ini juga diharapkan tidak hanya mempercepat pencapaian target nasional, tetapi juga mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap upaya Habitat for Humanity Indonesia dalam menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat Indonesia. Ke depan, sinergi seperti ini diharapkan membuka lebih banyak peluang dan menjangkau lebih banyak keluarga yang membutuhkan rumah yang layak, aman, dan sehat.

(kh/av)

Header Tinah
ID-EN Blog

Memulai Kembali dari Sebuah Kunci Rumah Layak

Tinah menyiram tanaman yang berada di depan rumah miliknya yang telah dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia di Mauk – Kabupaten Tangerang (3/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Siang itu, di sebuah desa di pesisir utara Tangerang, Tinah (45) terlihat sibuk menyirami tanaman yang menghiasi rumah biru miliknya. Wajahnya memancarkan senyum yang tak pernah terlihat sebelumnya, sebuah senyum yang penuh harapan dan kebahagiaan. Mimpi yang selama ini ia jaga dalam doa dan harapan, akhirnya terwujud. Sebuah rumah layak yang ia impikan untuk menikmati masa tuanya dan mengurus cucu kesayangannya, kini berdiri kokoh di hadapannya. 

Sebelum rumah baru ini hadir, kehidupan Tinah penuh dengan perjuangan. Rumah warisan orang tuanya yang hanya berdinding bambu dan atap yang berlubang terasa sangat terbatas dan penuh ketidakpastian. “Dulu, saya tidur di ruang tengah, Bapak di depan teras, di atas kursi bambu. Kalau hujan, air masuk dari atap yang bolong. Kami berusaha bertahan, tapi rasanya susah sekali,” kenang Tinah, matanya berkaca-kaca mengingat kembali masa-masa sulit itu. 

Tak hanya hujan yang mengancam, rumah itu juga penuh dengan rasa takut. Dinding keropos membuat rumah tak hanya bocor, tapi juga mudah dimasuki binatang. “Pernah suatu malam, Pak. Ada ular masuk ke dalam, anak saya yang lagi hamil ketakutan banget. Kami semua panik,” ucap Tinah, suaranya bergetar. Rasa takut itu tak berhenti sampai di situ. Rumah itu juga menjadi sasaran kejahatan, dengan lebih dari dua kali percobaan pencurian. “Lebih dari dua kali rumah ini mau dibobol maling, Pak. Saya ketakutan banget waktu itu, lagi enggak ada siapa-siapa di rumah,” tambahnya, matanya menerawang jauh, seolah merasakan kembali ketakutan yang mencekam itu. 

Bukan hal yang mudah bagi Tinah dan keluarga untuk memiliki rumah yang layak. Sarnadi (45), suami Tinah, seorang buruh nelayan kepiting dan rumput laut, hanya bisa membawa pulang Rp100.000,- per hari. Tinah pun bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan tambahan sebesar Rp50.000,- per hari. Dengan penghasilan terbatas itu, mereka hanya bisa mencukupi kebutuhan makan, dan masih harus menambal dinding rumah yang rusak.  “Boro-boro mau bangun rumah baru, Pak. Ini buat makan aja sudah sulit. Sisa uang hanya cukup untuk menambal dinding yang bolong,” ujar Tinah dengan ekspresi lelah namun tegar.  

Tinah bersama keluarganya berfoto di halaman rumah miliknya yang telah dibangun Habitat for Humanity Indonesia di Mauk – Kabupaten Tangerang (3/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: CEO Build 2025: Kolaborasi 58 CEO Bangun Rumah Layak Huni untuk Keluarga Berpenghasilan Rendah di Bogor

Semua itu berubah ketika Habitat for Humanity Indonesia bersama IES Jakarta hadir untuk membantu, membangun rumah baru yang layak huni bagi Tinah dan 49 keluarga lainnya di Desa Marga Mulya, Mauk, Tangerang. “Ibu banyak-banyak terima kasih sama Habitat dan IES yang sudah bangunin rumah bagus seperti ini,” ujar Tinah penuh rasa syukur. 

Kini, Tinah merasa hidupnya berubah. “Ibu punya semangat baru. Pikiran jadi lebih tenang, enggak khawatir lagi soal kebocoran dan binatang masuk. Sekarang, tinggal mikirin buat makan aja sama momong cucu,” katanya dengan senyum yang merekah. Rumah ini memberi lebih dari sekadar tempat berteduh, memberi rasa aman, ketenangan, dan harapan baru bagi Tinah dan keluarganya. 

Sanardi kini bisa bekerja dengan lebih giat tanpa harus khawatir dengan kondisi rumah, mulai menyisihkan sedikit demi sedikit untuk tabungan masa depan. “Kami punya mimpi, nanti uang ini terkumpul untuk bangun dapur di belakang rumah dan teras permanen di depan rumah,” ujar Tinah dengan penuh harapan. 

Bagi Tinah, rumah ini lebih dari sekadar tempat tinggal. Ini adalah simbol kebebasan, tempat di mana keluarga bisa tumbuh dengan rasa aman dan nyaman. Rumah ini menjadi dasar bagi masa depan yang lebih baik, di mana harapan dan impian bisa terwujud. 

Hadirnya rumah layak huni bukan hanya memberi kenyamanan fisik, tetapi juga stabilitas dan kemandirian. Ini adalah perubahan besar yang memberikan dampak jangka panjang bagi keluarga-keluarga yang terbantu, memberikan mereka kesempatan untuk hidup lebih baik. 

Habitat for Humanity Indonesia mengundang #SahabatHabitat untuk bergabung dalam perjalanan ini. Bantu kami mewujudkan lebih banyak rumah layak huni untuk jutaan keluarga di seluruh Indonesia. Kunjungi segera:  www.habitatindonesia.org/donate

(kh/av)

Header CEO Build
ID-EN Blog

CEO Build 2025: Kolaborasi 58 CEO Bangun Rumah Layak Huni untuk Keluarga Berpenghasilan Rendah di Bogor

Bogor, 31 Mei 2025 – Habitat for Humanity Indonesia kembali menggelar kegiatan amal dan sukarela tahunan CEO Build dengan mengusung tema “Board Room Leaders, Community Builders”. Tahun ini, kegiatan dipimpin oleh Edwin Soeryadjaya dan melibatkan 58 Chief Executive Officer (CEO) dan pimpinan dari berbagai perusahaan dan institusi pendidikan terkemuka di Indonesia. Bersama, mereka membangun lima rumah dari 38 rumah layak huni yang terkumpul dari penggalangan dana oleh perusahaan dan individu yang terlibat untuk keluarga berpenghasilan rendah di Desa Kadumanggu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Habitat Indonesia dalam mengatasi backlog rumah nasional yang saat ini mencapai 9,9 juta unit. Di Desa Kadumanggu, Kecamatan Babakan Madang sendiri, masih terdapat setidaknya 82 keluarga yang tinggal di rumah tidak layak huni. Sejak memulai program di Desa Kadumanggu, Habitat Indonesia telah membangun 1.061 rumah melalui pembangunan baru maupun peningkatan kualitas hunian. Inisiatif ini sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 11, yakni menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Sebagian besar penerima manfaat yang mendapat dukungan pembangunan rumah layak huni merupakan wanita kepala rumah tangga, penyandang disabilitas, buruh harian lepas yang menghadapi keterbatasan ekonomi sehingga kesulitan memperbaiki tempat tinggal mereka.  CEO Build hadir sebagai wadah partisipasi aktif para pemimpin korporasi untuk memberikan dampak nyata bagi masyarakat. 

Baca juga: Mengatasi Backlog Perumahan: Sinergi Pemerintah, Komunitas, dan Lembaga Swadaya

Sejak pertama kali diselenggarakan pada 2015, program ini telah membangun 82 rumah layak huni, yaitu 4 unit di Kabupaten Bogor pada 2015, 11 unit di Kabupaten Gresik pada 2019, 29 unit di Kabupaten Banyuwangi pada 2022, dan pada 2025 ini sebanyak 38 unit rumah layak huni di Kabupaten Bogor. 

Antusiasme peserta tahun ini turut memperkuat semangat kolaborasi lintas sektor. Gita Tiffani Boer, Direktur PT Astra International Tbk menyampaikan, “Saya sangat antusias dapat terlibat langsung dalam kegiatan ini bersama tim ASTRA. Ini bukan hanya tentang membangun rumah, tetapi juga tentang menghadirkan harapan baru bagi keluarga penerima manfaat.” Sementara itu, Sandiaga Uno, Co-Founder PT Saratoga Investama Sedaya Tbk menambahkan, “Setelah lima tahun, saya senang bisa kembali berpartisipasi. Saya percaya, membangun rumah layak huni adalah bagian dari tanggung jawab kolektif kita sebagai warga negara untuk meningkatkan kesejahteraan saudara-saudara kita.” 

Edwin Soeryadjaya, sebagai pemimpin CEO Build 2025 dan Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk ikut ambil bagian. “Saya senang melihat semangat dan komitmen para CEO dalam mendukung visi Habitat Indonesia. Kita hidup berdampingan di dunia ini, dan sudah seharusnya saling membantu,” ungkapnya. Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman, menegaskan pentingnya sinergi multipihak dalam mengatasi kesenjangan perumahan di Indonesia. “Target 3 juta rumah layak huni tidak bisa dicapai oleh pemerintah saja. Dibutuhkan kolaborasi antara masyarakat, sektor swasta, dan lembaga non-profit. Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik bagi keluarga-keluarga di Indonesia.” 

Habitat for Humanity Indonesia menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh CEO, donatur, dan sponsor atas dukungan yang telah diberikan. Program CEO Build menjadi bukti nyata bahwa kepemimpinan dapat melampaui ruang rapat dan memberikan dampak positif langsung bagi kehidupan masyarakat. Ke depan, Habitat Indonesia akan terus membuka peluang kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk terus memperluas jangkauan program dan mendorong terciptanya hunian yang layak, aman, dan bermartabat bagi jutaan keluarga di Indonesia.  

(kh/av)

Header Pemkab Gresik
ID-EN Blog

Mengatasi Backlog Perumahan: Sinergi Pemerintah, Komunitas, dan Lembaga Swadaya

Gresik, 21 Mei 2025 – Pemerintah daerah perlu menemukan cara-cara inovatif untuk memaksimalkan pemanfaatan anggaran daerah guna mendukung keluarga berpenghasilan rendah dalam memiliki atau merenovasi rumah mereka. Pemerintah daerah dituntut untuk lebih kreatif dalam mengalokasikan dana guna mengatasi backlog perumahan dan kondisi rumah yang tidak layak huni. Inisiatif ini dibutuhkan untuk membantu keluarga berpenghasilan rendah dalam pembiayaan pembangunan maupun renovasi rumah. 

Menentukan besaran dukungan pembiayaan perumahan memang menjadi dilema. Jika jumlahnya terlalu kecil, dana tersebut tidak akan cukup untuk merenovasi atau membangun rumah, dan justru akan dialihkan untuk kebutuhan konsumsi harian. Namun jika jumlahnya terlalu besar, yang menjadi pertanyaan kemudian, rumah seperti apa yang akan dibangun? Siapa pun pasti tergoda untuk membangun rumah yang besar, namun akhirnya menyadari bahwa dananya tidak mencukupi. Sementara itu, dukungan dari pemerintah juga terbatas karena banyaknya keluarga berpenghasilan rendah yang membutuhkan bantuan. Lalu apa solusinya? Kita perlu mempertimbangkan keterbatasan anggaran, namun tetap mendukung sebanyak mungkin keluarga agar memiliki rumah yang layak huni. 

Hal-hal tersebut dibahas dalam lokakarya di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Wakil Bupati Gresik menyampaikan bahwa terdapat lebih dari 6.900 unit rumah tidak layak huni di wilayah tersebut. Pemanfaatan dana desa juga menjadi salah satu topik dalam lokakarya advokasi penyediaan rumah layak melalui anggaran pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu menemukan cara-cara inovatif untuk menambah porsi pembiayaan dari anggaran desa yang terbatas. Seperti yang disampaikan dalam lokakarya, perlu adanya kebijakan berupa pedoman teknis sebagai acuan pelaksanaan yang hati-hati dan tepat sasaran. 

Kegiatan lokakarya advokasi penggunaan APBDes untuk penyediaan rumah layak huni dan akses layanan dasar bagi warga di Gresik, Jawa Timur (21/5). Foto: Dok. Istimewa

Baca juga: 28 Tahun Habitat for Humanity Indonesia: Membangun Rumah, Membangun Masa Depan

Mendukung inisiatif ini, Habitat for Humanity Indonesia berbagi pengalaman dalam merumuskan Keputusan Bupati tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Layak Huni di Kabupaten Tangerang. Kebijakan ini terbukti efektif, karena Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Tangerang telah membangun lebih dari 3.100 unit rumah layak untuk keluarga berpenghasilan rendah. 

Selain itu, dengan dukungan dermawan dari PT Arthawenasakti Gemilang, Habitat Indonesia juga telah mendampingi keluarga-keluarga di Kecamatan Wringinanom melalui pendekatan Community-Based Disaster Risk Management (CBDRM). Pendekatan pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat ini melibatkan komunitas untuk secara aktif mengidentifikasi, menganalisis, menangani, memantau, dan mengevaluasi risiko bencana guna mengurangi kerentanan mereka serta meningkatkan kapasitas untuk mencegah dan menghadapi dampak bencana. 

Dengan pemahaman akan risiko, masyarakat secara proaktif menambahkan fitur-fitur mitigasi seperti meninggikan lantai rumah karena banjir tahunan. Melalui pendekatan ini pula, keluarga turut berkontribusi dalam biaya pembangunan rumah, seperti membayar sebagian upah tukang dan menyediakan makanan ringan harian, serta menambahkan elemen khas seperti teras rumah dan upacara adat sebagai praktik umum di desa mereka. Pendekatan ini mendorong rasa tanggung jawab dan kepemilikan, karena keluarga ikut terlibat langsung dalam prosesnya, sehingga rumah yang dibangun pun akan dirawat dengan baik. 

Kombinasi antara advokasi dan bukti nyata rumah-rumah yang kokoh akan memberikan pesan kuat mengenai keberhasilan kolaborasi antara pemerintah daerah, pemilik rumah, dan Habitat for Humanity Indonesia, dengan dukungan para donatur yang dermawan. Keberhasilan ini akan mendorong replikasi di berbagai daerah, dan pendekatan serupa dapat diadopsi secara nasional. 

Penulis: Arwin Soelaksono/Program Director Habitat for Humanity Indonesia 

(as/kh)

Cover Herbalife
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia dan Herbalife Perangi Stunting di Indonesia dengan Program Sukses di Gunungkidul

Gunungkidul, 15 Mei 2025 – Habitat for Humanity Indonesia, bekerja sama dengan Herbalife Family Foundation, hari ini mengumumkan keberhasilan program berbasis komunitas yang berfokus pada pencegahan stunting di Desa Kedungkeris, Kecamatan Ngilipar, Kabupaten Gunungkidul. Program yang bertajuk, “Membangun Masa Depan yang Lebih Cerah untuk Generasi Mendatang: Pendekatan Pencegahan Stunting Berpusat pada Rumah Tangga melalui Pembangunan Perumahan dan Permukiman Terpadu, Akses WASH, dan Peningkatan Kesadaran,” telah mencapai kemajuan signifikan dalam menurunkan stunting dan meningkatkan kesehatan masyarakat sejalan dengan tujuan kesehatan nasional Indonesia.

Stunting, masalah kesehatan utama yang memengaruhi anak-anak di Indonesia, berdampak pada sekitar 21,6% anak di bawah usia lima tahun secara nasional, dengan Kabupaten Gunungkidul mengalami prevalensi 23,5%. Program ini bertujuan untuk memerangi stunting di Indonesia dengan mengatasi akar penyebabnya melalui pendekatan holistik yang berdampak langsung pada keluarga.

“Kami bangga dengan dampak positif yang dihasilkan oleh program pencegahan stunting ini pada masyarakat Kedungkeris,” kata Abraham Tulung, General Manager Resource Development Habitat for Humanity Indonesia. “Dengan menyediakan akses ke perumahan yang aman dan sehat, air bersih dan sanitasi, serta pendidikan kesehatan yang penting, kami memberdayakan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak-anak mereka. Pendekatan komprehensif ini sangat penting untuk penurunan stunting jangka panjang di Indonesia.”

Pencapaian utama program dalam pencegahan stunting meliputi:

  • Pembangunan 5 rumah baru, menciptakan ruang hidup yang lebih sehat.
  • Pembangunan 30 toilet pribadi, meningkatkan sanitasi dan kebersihan.
  • Pembangunan gedung Posyandu (pos pelayanan terpadu), sumber daya penting untuk kesehatan masyarakat.
  • Program pelatihan tentang rumah sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempromosikan perawatan preventif.
  • Pelatihan untuk kader Posyandu, memperkuat sistem dukungan kesehatan masyarakat.
  • Pemberian makanan tambahan, memenuhi kebutuhan nutrisi secara langsung.

Arif Mustolih, Director Public Affairs Herbalife Indonesia, mengatakan program ini merupakan hasil kolaborasi mencari solusi dan menjawab tantangan malnutrisi ini, termasuk tingginya angka stunting pada anak di Indonesia.

“Kolaborasi bersama Habitat for Humanity ini merupakan bagian dari program Casa Herbalife, sebuah inisiatif global dari Herbalife Family Foundation yang berkolaborasi dengan organisasi komunitas untuk menyediakan makanan bergizi, sumber daya pendidikan, serta lingkungan yang aman bagi anak-anak dan masyarakat yang kurang beruntung,” ungkap Arif.

Secara global, Herbalife Family Foundation telah menyalurkan hibah senilai 5 juta dolar AS kepada 164 organisasi nirlaba di 59 negara dan wilayah untuk periode 2024–2025.

Acara penutupan program diadakan pada 15 Mei 2025 pukul 09.00 di Posyandu Sendowo Kidul, Desa Kedungkeris, Kecamatan Ngilipar. Acara tersebut dihadiri oleh pejabat pemerintah daerah, perwakilan dari Puskesmas Nglipar, kader Posyandu, keluarga penerima manfaat, tokoh masyarakat, dan staf dari Habitat for Humanity Indonesia dan Herbalife Nutrition Foundation.

(av/kh)

28 Tahun In
ID-EN Blog

28 Tahun Habitat for Humanity Indonesia: Membangun Rumah, Membangun Masa Depan

Tepat pada tanggal 1 Mei 2025, Habitat for Humanity Indonesia merayakan pelayanannya yang telah menginjak usia ke-28 tahun. Sebuah perjalanan yang dipenuhi dengan harapan, kerja keras, dan kolaborasi dalam menghadirkan kehidupan yang lebih layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah di berbagai penjuru Indonesia. 

Selama hampir tiga dekade, Habitat Indonesia telah memberikan dampak yang signifikan, menjangkau lebih dari 215.000 keluarga melalui berbagai program yang menyentuh aspek fundamental kehidupan mereka. Program-program seperti rumah layak huni, akses air bersih dan sanitasi, tanggap bencana, pemberdayaan ekonomi, pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta kemitraan untuk meningkatkan akses hunian, semua dirancang untuk membantu masyarakat mencapai kualitas hidup yang lebih baik. 

Di tahun fiskal 2025, Habitat Indonesia telah berhasil membangun 39.478 rumah layak huni, meningkat dari 38.869 rumah pada tahun sebelumnya. Sebanyak 31.375 keluarga kini memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak, sebuah peningkatan signifikan dari 27.009 keluarga pada tahun 2024. Selain itu, sebanyak 71.504 keluarga telah menerima dukungan pendanaan renovasi rumah, menunjukkan komitmen untuk menciptakan hunian yang lebih aman dan nyaman. 

Angka-angka tersebut merupakan hasil kerja keras seluruh staf Habitat Indonesia dan semua pihak yang telah bekerja tanpa lelah di berbagai wilayah, di antaranya Jakarta, Tangerang, Bogor, Karawang, Cilegon, Yogyakarta, Gresik, Kupang, dan Batam, serta 2,399 orang relawan dari berbagai latar belakang.  

Pencapaian program unggulan Habitat for Humanity Indonesia selama 28 Tahun. Desain: HFHI/Syefira Salsabilla

Baca juga: Ketika Masa Depan Tumbuh di Ruang Kelas yang Baru

Keberhasilan ini tidak akan tercapai tanpa dedikasi, semangat, dan kerja sama tim yang solid, serta dukungan dari berbagai pihak, termasuk mitra, donatur, dan sukarelawan yang selalu setia bersama kami. Habitat Indonesia berdiri tegak berkat kolaborasi ini, yang memungkinkan kami untuk terus menjalankan misi mulia membantu jutaan keluarga memiliki tempat tinggal yang layak. Tanpa mereka, pencapaian ini tentu sulit terwujud. 

“Kami percaya bahwa setiap individu berhak atas tempat tinggal yang layak. Atas nama seluruh keluarga yang telah terbantu, kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini,” ungkap Handoko Ngadiman, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia.

Dengan semangat yang terus menyala, Habitat Indonesia berkomitmen untuk melanjutkan langkahnya. Program-program yang dijalankan tidak hanya memberikan bantuan jangka pendek, tetapi juga dampak jangka panjang yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh. Kami percaya bahwa perubahan sejati dimulai dari pemberian kesempatan, dan kami bertekad untuk terus membuka kesempatan tersebut bagi lebih banyak keluarga. 

“Kami yakin, melalui kerja bersama, kita bisa menciptakan perubahan nyata yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga membuka jalan menuju kesejahteraan bagi lebih banyak orang.”  tambah Handoko.

Perjalanan Habitat Indonesia masih jauh dari selesai. Masih ada banyak keluarga yang membutuhkan bantuan. Namun, kami akan terus berdiri di samping mereka, memberikan akses ke hunian yang layak, serta membuka peluang bagi masa depan yang lebih baik bagi jutaan keluarga di Indonesia. 

Mari bersama-sama menggenggam tangan dan menjadi bagian dari perubahan yang nyata. Untuk masa depan yang lebih baik, untuk setiap keluarga, untuk Indonesia yang lebih baik. 

(kh/av)

TH – Denzel
ID-EN Blog

Habitat Young Star: Denzel, Anak Muda di Balik Proyek Mortar Ramah Lingkungan

Bagi sebagian besar remaja, kegiatan sukarela mungkin bukan pilihan utama untuk menghabiskan waktu luang. Namun bagi Denzel Setiawan, seorang siswa SMA berusia 17 tahun, pengalaman sebagai relawan justru menjadi titik balik yang membuka jalan menuju proyek inovatif berkelanjutan. 

Semua bermula ketika Denzel ikut proyek pembangunan rumah layak huni bersama ibunya, yang tergabung dalam komunitas Thunderbird Alumni. Saat itu, ia terlibat dalam kegiatan volunteering Habitat for Humanity Indonesia di wilayah Mauk, Kabupaten Tangerang. Melihat secara langsung dampak dari rumah layak bagi keluarga kurang mampu yang membuat Denzel mulai memikirkan bagaimana ia bisa berbuat lebih. 

Dari pengalaman tersebut, Denzel bergabung sebagai bagian dari Habitat Young Star, sebuah gerakan yang mendorong anak muda untuk aktif dalam kegiatan sosial. Di sinilah ia menemukan ruang untuk menyalurkan kepeduliannya, tidak hanya dalam bentuk tenaga, tetapi juga melalui ide dan inovasi. 

Langkah Pertama Danzel 

Ketertarikan Denzel pada isu lingkungan dan teknologi membawanya pada ide yang tidak biasa yaitu, membuat bahan bangunan dari limbah kerang. Ide ini muncul ketika ia menulis makalah tentang konversi karbon dioksida menjadi energi terbarukan sewaktu duduk di bangku sekolah kelas 11. Terinspirasi oleh banyaknya limbah cangkang kerang di wilayah pesisir, khususnya di Mauk, Denzel mulai merancang proyek mortar yang ramah lingkungan. 

Mewujudkan ide tersebut tentu bukan hal yang mudah. Ia harus meluangkan waktu di sela kegiatan sekolah untuk berdiskusi dengan akademisi dari Universitas Indonesia, melakukan pengujian, dan memformulasikan campuran bahan yang tepat. Tantangan terbesar datang dari kurangnya referensi dan metodologi yang bisa dijadikan acuan. 

Saat ini, proyek mortar dari limbah kerang masih dalam tahap pengembangan. Meski belum siap untuk digunakan secara luas, Denzel optimis bahwa dengan perbaikan berkelanjutan, hasilnya kelak bisa menjadi alternatif material bangunan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

Pelajaran dari Dunia Sukarela 

Bagi Denzel, menjadi relawan bukan hanya soal memberi bantuan, tetapi juga tentang belajar dan bertumbuh. Lewat keterlibatannya di Habitat Indonesia, ia mendapat banyak pengalaman baru—mulai dari memimpin tim, berinteraksi dengan komunitas, hingga merancang solusi berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. 

Menurutnya, hal terpenting dalam kegiatan sosial adalah komitmen. Ia menyadari bahwa kontribusi yang bermakna hanya bisa dilakukan ketika seseorang benar-benar siap untuk hadir dan menjalani prosesnya dengan sungguh-sungguh. 

“Kalau sudah siap dan punya waktu, lakukan dengan sepenuh hati. Tapi kalau belum bisa berkomitmen, sebaiknya jangan dulu. Karena ketika kita terlibat, kita membawa harapan bagi orang lain,” ungkapnya. 

Denzel (tengah) bersama temannya saat mengikuti kegiatan volunteering 28uild Habitat for Humanity Indonesia di Mauk – Tangerang (26/8). Foto: Denzel Setiawan

Baca juga: Habitat Young Star: Cerita Kirana Membawa Semangat Muda dalam Proyek Segar Hati

Langkah Kecil, Dampak Besar 

Melalui proyeknya, Denzel ingin mengajak anak-anak muda untuk mulai dari hal yang sederhana. Ia percaya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Menurutnya, setiap orang bisa berkontribusi sesuai dengan minat dan keahliannya masing-masing. 

Denzel sendiri memilih jalur yang dekat dengan kecintaannya pada lingkungan. Ia berharap, semakin banyak anak muda yang melihat potensi dari hal-hal yang sering diabaikan dan menjadikannya solusi yang bermanfaat bagi masyarakat. 

Kisah Denzel menjadi contoh bahwa usia muda bukanlah penghalang untuk menciptakan perubahan. Dengan ide yang kuat, semangat belajar, dan kepedulian terhadap sesama, generasi muda bisa berperan aktif dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi komunitas dan lingkungan. 

Tentang Habitat Young Star 

Habitat Young Star adalah gerakan yang diinisiasi oleh Habitat for Humanity Indonesia untuk mengajak generasi muda menjadi agen perubahan, bukan hanya dalam membangun rumah dan mempercantik ruang publik, tetapi juga dalam menciptakan solusi yang berdampak bagi lingkungan.  

Lewat aksi nyata seperti pembangunan rumah layak huni, edukasi tentang pentingnya hidup sehat dan bersih, hingga inovasi berbasis keberlanjutan seperti pengelolaan limbah menjadi material ramah lingkungan, para relawan muda menunjukkan bahwa kepedulian terhadap komunitas dan bumi bisa berjalan beriringan. Ingin jadi bagian dari gerakan positif ini? Kunjungi: www.habitatindonesia.org/become-volunteer 

(ss/kh)

TH – Kirana
ID-EN Blog

Habitat Young Star: Cerita Kirana Membawa Semangat Muda dalam Proyek Segar Hati

Liburan musim panas biasanya identik dengan bersantai dan menikmati waktu luang. Namun bagi Kirana Ratomo, seorang siswi kelas 11 di Jakarta Intercultural School, musim panas adalah awal dari perjalanan yang jauh lebih berarti. Melalui keikutsertaannya sebagai relawan di Habitat for Humanity Indonesia, Kirana memulai langkah inspirasional yang tidak hanya memberikan dampak positif bagi dirinya, tetapi juga bagi banyak anak-anak di komunitas sekitar. 

Pertemuan dengan Habitat for Humanity Indonesia 

Perjalanan Kirana dengan Habitat Indonesia dimulai saat ia ikut serta dalam program mission ship di gerejanya, IES Jakarta. Bersama ibu dan kakaknya, Kirana terlibat dalam kegiatan membangun rumah layak huni di Mauk, Tangerang. Meskipun tidak memiliki pengalaman di bidang konstruksi, ia merasa sangat dihargai oleh tim relawan yang sangat mendukung. 

“Tim sangat suportif, meskipun aku bukan yang terbaik dalam membangun fondasi atau memasang kawat, mereka tetap menghargai usahaku. Itu yang membuat pengalaman ini begitu berharga,” kenangnya dengan penuh syukur. 

Semangat Kirana pun semakin tumbuh, dan ia terus terlibat dalam berbagai kegiatan Habitat, termasuk program magang yang semakin membawanya dekat dengan komunitas yang dibantu oleh Habitat Indonesia. 

Lahirnya Proyek Segar Hati 

Kirana memiliki ketertarikan besar pada seni, dan di sinilah kreativitasnya membawa perubahan besar. Melihat bahwa banyak anak-anak di komunitas kurang mampu belum memiliki ruang untuk menyalurkan kreativitas mereka, ia terinspirasi untuk memulai proyek sosial yang menggabungkan seni dengan kegiatan sosial. Maka lahirlah Segar Hati, sebuah proyek non-profit yang berfokus pada mural dan pembangunan taman bermain dari bahan daur ulang untuk anak-anak TK di sekitar Jakarta. 

Proyek ini menjadi ajang untuk memperkenalkan seni sebagai media ekspresi bagi anak-anak. Setiap Sabtu, Kirana bersama relawan lainnya mengadakan sesi mural di berbagai lokasi seperti PAUD, rusun, dan desa. 

“Melukis adalah cara terbaik untuk bonding. Tidak ada gambar yang salah atau jelek, semua bisa berkreasi. Aku ingin anak-anak juga merasakan kebebasan dalam berekspresi melalui seni,” jelas Kirana dengan semangat. 

Kirana melukis mural dinding kelas PAUD saat kegiatan proyek sosial ‘Segar Hati’. Foto: Kirana Ratomo

Baca juga: Pojok Baca Digital: Memperkaya Kesempatan Belajar Bersama

Perjalanan yang Tak Selalu Mulus 

Meski proyek Segar Hati berjalan dengan banyak kebahagiaan, tantangan tentu tidak bisa dihindari. Salah satunya adalah kehabisan cat di tengah proses mural, sementara toko cat terdekat berada satu jam perjalanan dari lokasi. Selain itu, Kirana mengakui bahwa ia sempat mengalami kesulitan dalam membagi tugas kepada tim. 

“Awalnya, aku perfeksionis dan ingin semua dikerjakan sesuai visiku sendiri. Tapi aku belajar bahwa bekerja dalam tim itu penting. Sekarang, aku lebih bisa mendelegasikan tugas dan mempercayai anggota timku,” ujarnya, mengungkapkan pembelajaran berharga dalam perjalanan ini. 

Dampak Nyata Proyek Segar Hati 

Dampak positif dari proyek ini terasa nyata, terutama bagi anak-anak yang terlibat. Kirana menceritakan bagaimana anak-anak yang awalnya pemalu dan ragu-ragu, akhirnya menjadi lebih bersemangat dan bahkan mulai bermain dan bercanda. 

“Mereka awalnya takut untuk mengobrol denganku, tapi setelah kami melukis bersama, suasana jadi cair. Itu pengalaman yang sangat berharga,” kata Kirana, mengenang momen kebersamaan yang penuh tawa. 

Kirana dan timnya berencana untuk terus mengembangkan proyek Segar Hati. Selain melukis di PAUD dan rusun, mereka juga ingin memperluas proyek ini ke rumah sakit anak dan ruang publik lainnya. Kirana berharap lebih banyak anak muda yang terinspirasi untuk ikut serta dalam kegiatan sosial serupa. 

“Cobalah hal-hal baru. Aku memulai dari membangun rumah, sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Tapi dari sana, aku menemukan bahwa keluar dari zona nyaman bisa membawaku ke pengalaman yang luar biasa,” pesan Kirana untuk anak muda di luar sana. 

Potret Kirana disamping karya seni mural yang ia buat bersama ‘Segar Hati’. Foto: Kirana Ratomo

Habitat Young Star: Menjadi Agen Perubahan 

Kisah Kirana adalah bukti nyata bahwa satu langkah kecil bisa membawa perubahan besar. Dengan semangat dan dedikasinya, ia tidak hanya berkontribusi bagi komunitas, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk berani mencoba, berbagi, dan menciptakan dampak positif. 

Habitat Young Star adalah gerakan yang diinisiasi oleh Habitat for Humanity Indonesia untuk melibatkan anak-anak muda sebagai agen perubahan. Melalui aksi nyata, para Habitat Young Star berkontribusi langsung dalam kegiatan volunteering, mulai dari membangun rumah, mempercantik ruang publik, hingga mengedukasi masyarakat tentang kesehatan dan kebersihan. 

Jadilah bagian dari Habitat Young Star dan salurkan energi serta ide kreatifmu untuk membawa perubahan nyata! Klik di sini untuk bergabung: www.habitatindonesia.org/become-volunteer 

(ss/kh)

TH Pendidikan
ID-EN Blog

Ketika Masa Depan Tumbuh di Ruang Kelas yang Baru

Pagi itu, semangat terlihat jelas di wajah para siswa SMP Pancar Bakti, Bogor. Satu per satu mereka memasuki ruang kelas dengan langkah percaya diri dan senyum yang lebar. Sebanyak 24 siswa kelas satu menyambut hari belajar mereka dengan antusias yang berbeda dari biasanya. Sebab untuk pertama kalinya, mereka bisa belajar di ruang kelas baru yang kokoh, aman, dan nyaman, sesuatu yang sebelumnya hanya ada dalam mimpi mereka. 

Sebelumnya, ruang kelas itu nyaris tak layak pakai. Dinding yang retak cukup besar hingga berlubang, lantai yang miring karena struktur yang melemah, dan atap yang nyaris runtuh membuat ruang belajar menjadi tempat yang penuh kecemasan. Setiap hari, para siswa belajar dalam bayang-bayang rasa takut akan bahaya yang bisa datang sewaktu-waktu. 

Mahra*, salah satu siswi, masih mengingat betapa khawatirnya ia setiap kali duduk di dalam kelas. “Ruang kelas yang dulu buat aku ketakutan terus, Kak. Aku enggak mau duduk di bangku paling belakang, takut roboh. Jadi enggak bisa fokus belajar, karena pikiranku ke mana-mana,” ujarnya. 

Kekhawatiran itu juga dirasakan sejumlah guru. Munawaroh, salah satu pengajar di sekolah tersebut, mengaku sering kehabisan solusi. Jumlah ruang kelas yang terbatas membuat mereka terpaksa menggunakan kelas itu meskipun kondisinya membahayakan. 

“Saya bingung harus bagaimana. Kalau hujan deras atau angin kencang, kami terpaksa memulangkan siswa lebih awal karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya. 

Kondisi ruang kelas yang seharusnya menjadi tempat aman untuk menimba ilmu justru menjadi beban mental bagi siswa dan guru. Jika terus dibiarkan, situasi ini bisa menghambat tumbuh kembang dan masa depan siswa-siswi sekolah. 

Suasana proses belajar mengajar di ruang kelas yang telah direnovasi Habitat for Humanity Indonesia di SMP Pancar Bakti – Bogor (17/4). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Suparlik dan Harapan yang Kembali Menyala dari Sebuah Dapur

Membangun Ruang Aman untuk Masa Depan 

Harapan mulai tumbuh ketika proses renovasi ruang kelas dimulai pada Februari 2025. Habitat for Humanity Indonesia, didukung para dermawan dan sukarelawan, memulai pembangunan dengan fokus pada keamanan dan kenyamanan siswa. Proyek ini mencakup penguatan struktur bangunan, penggantian atap dan plafon, pemasangan lantai keramik baru, perbaikan kusen pintu dan jendela, hingga pengecatan ulang ruang kelas agar lebih nyaman dan menyenangkan. 

Perubahan pun terasa nyata. Para guru kini dapat mengajar tanpa rasa khawatir, dan para siswa kembali belajar dengan hati yang tenang. “Sekarang saya lebih percaya diri masuk kelas. Enggak ada lagi rasa takut seperti dulu. Anak-anak pun semangatnya luar biasa,” ujar Bu Munawaroh. 

Begitu juga dengan Mahra, yang kini tak lagi takut duduk di bangku paling belakang. “Sekarang aku semangat berangkat ke sekolah. Cat dindingnya juga bagus banget, aku suka. Kelasnya sekarang terasa nyaman dan aman.” 

Ruang Belajar Sebagai Pondasi Generasi Emas 

Lebih dari sekadar renovasi bangunan fisik, pembangunan ruang kelas ini adalah bagian dari upaya menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak Indonesia. Ketika mereka memiliki ruang belajar yang layak, mereka memiliki lebih banyak peluang untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi lebih tinggi. 

Akses terhadap pendidikan yang aman, inklusif, dan berkualitas merupakan hak setiap anak, dan hal ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) Tujuan Nomor 4 yaitu, “Menjamin pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua.” Karena itu, investasi dalam fasilitas pendidikan bukan hanya soal hari ini, tetapi tentang membangun pondasi bagi generasi emas Indonesia di masa depan. 

Habitat for Humanity Indonesia percaya bahwa pendidikan adalah kunci perubahan, dan ruang kelas yang aman adalah langkah awal menuju perubahan itu. Mari ambil bagian dalam perjalanan ini. Dukung program pendidikan Habitat Indonesia untuk menciptakan lebih banyak ruang belajar yang layak bagi anak-anak di seluruh Indonesia. Kunjungi www.habitatindonesia.org/education-health dan ulurkan tanganmu hari ini. 

(kh/av)