logotype
Donate
HU – Air Bersih Bogor
Kisah Perubahan

Mewariskan Harapan Lewat Akses Air Bersih

Habitat for Humanity Indonesia bersama PT Bumi Resources Tbk hadirkan akses air bersih bagi 200 keluarga dan delapan fasilitas umum, demi mendukung kehidupan yang lebih sehat dan bermartabat. 

Iah Muliati bersama putrinya sedang mencuci pakaian menggunakan fasilitas akses air bersih yang telah dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Kampung Wangun 2, Bogor (9/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Matahari pagi menyapa hangat Kampung Wangun 2, sebuah permukiman kecil di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Sinar lembutnya menembus sela-sela dedaunan, menari-nari di atas genting rumah-rumah warga, sebelum akhirnya jatuh perlahan ke wajah seorang ibu yang tengah menunduk mencuci pakaian bersama anak perempuannya.  

Iah Muliati namanya. Di bawah gemercik air yang mengalir dari kran rumahnya, senyum Muliati mengembang lebar. Hari itu terasa berbeda. Ada ketenangan yang sulit ia sembunyikan dan di balik matanya yang berbinar, tumbuh keyakinan bahwa masa depan anak-anaknya akan jauh lebih baik. 

Sudah lama sekali Muliati mendambakan momen seperti ini. Bertahun-tahun, air bersih menjadi kemewahan yang sulit dijangkau di kampungnya. Padahal, mereka tinggal di daerah yang tampaknya subur dan hijau, dikelilingi oleh perbukitan yang seharusnya menjadi sumber kehidupan. Namun nyatanya, untuk mendapatkan air bersih saja, warga harus berjibaku dengan sistem distribusi yang tidak menentu. Muliati tersenyum dan berkata, “Ibu bersyukur sekarang punya air bersih yang mengalir langsung ke kran rumah Ibu. Airnya kenceng, bening, engga keruh kayak sebelumnya.” 

Cerita tentang Muliati adalah satu dari sekian banyak kisah warga Kampung Wangun 2 yang selama ini bergelut dengan persoalan mendasar yaitu akses terhadap air bersih. Sumber mata air yang mereka miliki dikelola secara swadaya, dengan pipa-pipa plastik seadanya yang dipasang tanpa perencanaan matang. Sistemnya tidak terkoordinasi dengan baik. Aksesnya pun tidak merata. Ada yang mendapat limpahan air, tetapi tak sedikit pula yang harus sabar menunggu giliran atau bahkan tidak mendapat sama sekali. 

Aliran sungai kecil yang menjadi sumber mata air warga Kampung Wangun 2, Bogor (9/1). Sumber mata air ini dikelola secara mandiri tanpa perencanaan matang dengan menggunakan pipa-pipa plastik, sehingga distribusi air tidak merata ke seluruh warga. Foto: HFHI/Kevin Herbian

“Di sini untuk air itu sangat susah, Mas, apalagi ditambah musim kemarau,” cerita Muliati, mengenang masa-masa paling sulit yang harus dilalui. Ia lalu menambahkan, “Adanya air itu tidak merata. Jadi sebagian enggak dapat, yang sebagian lagi dapat tapi itu juga airnya sedikit banget.” 

Muliati tak akan pernah lupa bagaimana ia dan keluarganya pernah harus bertahan tanpa air selama empat hari. Dengan suara pelan, Muliati bercerita, “Ibu sekeluarga juga ngalamin enggak ada air selama empat hari. Terpaksa ibu harus ngeluarin uang untuk beli dua air galon, lima ribu per galonnya. Uang sepuluh ribu ini seharusnya bisa dipakai untuk beli beras, tapi karena enggak ada air jadi uang beli berasnya terpaksa dipotong.” 

Bagi keluarga seperti Muliati, situasi itu sangat memukul ekonomi rumah tangga. Air menjadi kebutuhan mahal. Ironisnya, sulit dijangkau meski tinggal dekat dengan alam. Mereka harus berhemat, menampung air jika tersedia, dan tetap memenuhi kebutuhan hidup dari minum hingga memasak dan mencuci. 

Tim Habitat for Humanity Indonesia melakukan pendataan dan mendengarkan aspirasi warga Kampung Wangun 2, Bogor, terkait keterbatasan akses air bersih (17/4). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Foto: Meningkatkan Kesehatan Komunitas melalui Pelatihan PHBS

Solusi Kolektif untuk Air Bersih 

Namun pada awal tahun 2025, angin perubahan mulai berembus ke Kampung Wangun 2. Habitat for Humanity Indonesia berkolaborasi dengan PT Bumi Resources Tbk berupaya menghadirkan program penyediaan akses air bersih.  

Ini bukan sekadar bantuan satu arah. Ratusan warga dilibatkan secara aktif, mulai dari tahap survei, pendataan kebutuhan, hingga proses pembangunan infrastruktur air bersih. 

Gotong royong menjadi semangat utama dalam program ini. Warga bersama-sama membangun empat bak utama yaitu bak intake, bak pengolahan, bak pemecah tekan, dan bak reservoir. Mereka juga menyambungkan jaringan pipa HDPE (High-Density Polyethylene) berukuran dua inci, satu inci, dan setengah inci sepanjang lebih dari delapan kilometer dari mata air hingga ke setiap rumah yang tersebar di empat RT. 

Gotong royong warga Kampung Wangun 2, Bogor, menyambungkan pipa HDPE dalam upaya penyediaan akses air bersih (2/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Kini, air bersih telah mengalir ke lebih dari 200 sambungan rumah dan 8 fasilitas umum seperti empat mushola, dua majelis, satu masjid, dan satu sekolah yang digunakan oleh ratusan siswa setiap hari. Setiap tetes air yang keluar dari meteran berwarna kuning menjadi bukti nyata kerja keras dan kebersamaan warga. 

Bagi PT Bumi Resources Tbk, keberhasilan ini bukan hanya soal angka atau jumlah sambungan yang tercapai. Lebih dari itu, ini adalah bentuk nyata dari komitmen perusahaan dalam mendukung kehidupan yang lebih layak dan berkelanjutan bagi masyarakat.  

“Kami percaya bahwa akses terhadap air bersih adalah hak dasar setiap manusia. Melalui kerja sama ini, kami ingin memastikan bahwa kontribusi perusahaan bisa memberi dampak langsung bagi kehidupan masyarakat, terutama di desa-desa yang sebelumnya menghadapi kesulitan akses air,” ujar Tofan Wibisono, Senior Manager Sustainability and CSR PT Bumi Resources Tbk saat memberikan sambutan acara penutupan Program Penyediaan Akses Air Bersih di Kampung Wangun 2, Bogor pada Kamis (17/7/2025). 

Ia menambahkan, kolaborasi semacam ini bukan hanya tentang memberikan bantuan, tetapi tentang membangun kepercayaan dan kemandirian. “Kami sangat mengapresiasi semangat gotong royong yang ditunjukkan warga Kampung Wangun 2. Ini menunjukkan bahwa ketika komunitas dilibatkan sejak awal, hasilnya bisa jauh lebih berkelanjutan dan berdaya,” lanjutnya. 

Simbolis penyerahan fasilitas akses air bersih oleh PT Bumi Resources Tbk kepada Komite Air Sejahtera Bersama di Kampung Wangun 2, Bogor (17/7). Foto: HFHI/Edwyn Tarore

Baca juga: Berakhirnya Kelangkaan Air Bersih: Kampung Cicadas Sambut Hidup Baru

Pemberdayaan dan Kemandirian Warga 

Project Coordinator Habitat Indonesia, Haifa Nadira, menekankan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik. Ia mengatakan, “Sebagian besar infrastruktur dibangun sendiri oleh warga. Kami ingin memastikan bahwa mereka tak hanya menjadi penerima manfaat, tapi juga pengelola utama keberlanjutan sistem air ini.” 

Untuk mendukung keberlanjutan itu, dibentuklah Komite Air Sejahtera Bersama yang terdiri dari tiga belas warga terpilih. Mereka bekerja tanpa bayaran, menjaga sistem, mengelola tarif, dan memastikan distribusi air berjalan lancar setiap hari. Bagi komite, tanggung jawab ini bukan sekadar tugas teknis, tetapi juga bentuk komitmen terhadap masa depan desa. 

Eman, ketua komite, menuturkan, “Kami sadar, punya fasilitas bukan berarti selesai. Yang penting justru bagaimana kami menjaganya. Kami rutin mengecek pipa, memastikan tidak ada kebocoran, dan mengingatkan warga untuk menggunakan air dengan bijak. Harapan kami, fasilitas ini bisa tetap berfungsi puluhan tahun ke depan, asalkan dirawat bersama-sama.” 

Tim Komite Air Sejahtera Bersama melakukan pengecekan rutin fasilitas akses air bersih yang telah dibangun Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Kampung Wangun 2, Bogor (9/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Tak berhenti di sana, program ini juga menyentuh aspek edukasi dan perubahan perilaku. Habitat Indonesia mengadakan pelatihan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi dua ratus keluarga penerima manfaat. Dalam pelatihan ini, warga diajak bermain ular tangga bertema sanitasi, belajar enam langkah mencuci tangan, dan mengikuti kuis interaktif tentang mitos dan fakta kebersihan. Edukasi ini dirancang menyenangkan agar mudah diterima dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Tami, salah satu warga yang mengikuti pelatihan, merasakan sendiri manfaatnya. “Saya sekarang lebih paham tentang kebersihan keluarga. Ternyata hal-hal kecil yang selama ini saya anggap sepele berdampak besar. Misalnya, cara mencuci tangan yang benar atau cara menyimpan air minum yang higienis. Saya akan lebih berhati-hati menjaga kebersihan di rumah agar anak-anak tidak mudah sakit,” ujarnya. 

Program ini juga mengajarkan warga tentang konservasi lingkungan. Sebanyak 70 pohon ditanam di sekitar mata air, bak penampung, dan kawasan pemukiman. Langkah ini menjadi bentuk tanggung jawab ekologis untuk menjaga keberlangsungan mata air dan mencegah risiko erosi serta kekeringan di masa depan.  

Tak ketinggalan, Habitat Indonesia juga menerjunkan tim enumerator ke lapangan untuk melakukan survei sosial dan teknis secara langsung. Mereka memastikan bahwa semua intervensi yang dilakukan benar-benar menjawab kebutuhan warga dan mampu memberikan dampak yang berkelanjutan. 

Antusiasme warga Kampung Wangun 2, Bogor, saat mengikuti pelatihan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (2/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Habitat for Humanity Indonesia Bangun Akses Air Bersih di Gunung Kidul 

Apa yang terjadi di Kampung Wangun 2 merupakan kelanjutan dari keberhasilan program sebelumnya di Kampung Wangun Cileungsi. Sebanyak 152 rumah dan 7 fasilitas umum telah lebih dulu menerima akses air bersih.  

Kepala Desa Karang Tengah, Suhandi Widipranata, turut menyampaikan rasa terima kasihnya atas keberlanjutan program yang telah membawa perubahan nyata di desanya. “Ini sudah yang kedua kalinya Habitat dan Bumi Resources hadir menjawab persoalan air bersih di wilayah kami. Saya sangat bersyukur karena kehadiran program ini benar-benar berdampak besar bagi warga. Harapan saya, fasilitas yang sudah dibangun ini bisa terus dijaga bersama agar manfaatnya bisa dirasakan hingga generasi cucu-cucu kami nanti,” ujarnya penuh harap. 

Masa Depan Dimulai 

Bagi Muliati, perubahan yang terjadi hari ini sangatlah nyata. Ia menceritakan dengan antusias, “Yakan enak tuh kalau udah ada air seperti ini. Ibu pakai buat nyuci, buat mandi, buat direbus juga airnya bagus. Layak dikonsumsi, soalnya kata Pak RT airnya udah diuji lab.” tuturnya. “Sekarang ibu udah enggak perlu ngeluarin uang lagi. Ibu bisa pakai untuk keperluan lain, bahkan sedikit menabung.” 

Matanya menerawang jauh. Muliati membayangkan masa depan yang lebih ringan, di mana anak-anak dan cucunya tak lagi harus bersusah payah hanya untuk mendapatkan air bersih. “Ibu yakin air ini berkah. Untuk anak-anak Ibu nanti juga.” 

Apa yang dilakukan oleh Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Desa Karang Tengah bukan sekadar pembangunan infrastruktur. Ini adalah investasi jangka panjang bagi kehidupan. Setiap tetes air yang kini mengalir dari kran bukan hanya menjawab kebutuhan fisik, tetapi juga menyuburkan harapan, menyehatkan generasi, dan menumbuhkan semangat gotong royong sebagai fondasi sosial yang kokoh. 

Dari kaki perbukitan Kampung Wangun 2, kita belajar satu hal yang sederhana tapi mendalam. Bahwa perubahan besar bisa dimulai dari sesuatu yang paling mendasar yaitu air bersih. Dan dari air yang jernih itu, mengalir pula masa depan yang lebih sehat, lebih adil, dan lebih manusiawi. 

(kh/av)

HFHI – Job Fair – Header
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia Gelar Job Fair Konstruksi di Kabupaten Tangerang, Buka Peluang Kerja bagi Warga Lokal

Tangerang, 19 Juli 2025 – Setelah sukses digelar di Bale Kota Mall Tangerang pada 12 Juli 2025, Habitat for Humanity Indonesia kembali menyelenggarakan Job Fair Bidang Konstruksi pada Sabtu, 19 Juli 2025, kali ini bertempat di Aula Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tangerang.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program strategis yang didukung oleh Habitat for Humanity Germany dan Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ), dalam rangka memperluas akses ketenagakerjaan di sektor konstruksi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Belasan perusahaan konstruksi nasional dan lokal turut berpartisipasi, di antaranya PT Reka Mulia Konstruksi (Rekon), Pulau Intan, sejasa.com, CK Helmer, dan masih banyak lagi. Acara ini terbuka bagi pencari kerja di sektor konstruksi, terutama profesi tukang bangunan, serta mencakup posisi lain seperti teknisi listrik, drafter, site engineer, welder, tenaga administratif, dan HSE.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja konstruksi yang telah dilaksanakan Habitat for Humanity Indonesia sepanjang 2023–2024. Sebanyak 581 peserta telah berhasil mendapatkan sertifikasi keterampilan nasional dan siap memasuki dunia kerja.

Baca juga: Mengukir Jalan Sukses Tukang Bangunan dan Kesempatan Bersaing di Dunia Kerja

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang, Rudi Lesmana, turut hadir dalam acara ini dan menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif Habitat. “Terima kasih kepada Habitat, kami sangat mengapresiasi kolaborasi ini karena memberikan peluang nyata bagi masyarakat kami untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ini adalah langkah strategis dalam menekan angka pengangguran di Kabupaten Tangerang. Harapan kami, kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan menjadi solusi konkret dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja di daerah,” ujarnya.

Sementara itu, Rizal Zulkifli, BMZ Project Manager Strategic Alliance Habitat for Humanity Indonesia, menjelaskan bahwa job fair ini menjadi penghubung antara lulusan pelatihan dan kebutuhan industri. “Kami ingin memastikan bahwa para alumni pelatihan tidak hanya memiliki keterampilan, tetapi juga akses langsung ke peluang kerja. Harapan kami, sertifikat BNSP yang telah mereka peroleh dapat menjadi pintu masuk menuju pekerjaan yang lebih stabil, sehingga dapat memperkuat ekonomi keluarga mereka,” tuturnya.

Habitat for Humanity Indonesia percaya bahwa pembangunan yang inklusif dimulai dari pemberdayaan masyarakat. Melalui kolaborasi lintas sektor, Habitat terus menciptakan ruang bagi warga untuk tumbuh, bekerja, dan berkontribusi bagi masa depan yang lebih layak.

(ss/av)

HU – Arthawena
ID-EN Blog

Kini Tinggal di Rumah Layak Huni, Ratusan Keluarga di Gresik Siap Menata Masa Depan

Gresik, 5 Juli 2025 – Harapan untuk memiliki rumah yang aman dan layak kini bukan lagi impian bagi 100 keluarga di Kabupaten Gresik. Melalui kolaborasi antara Habitat for Humanity Indonesia dan PT Arthawenasakti Gemilang, sebanyak 100 unit rumah layak huni berhasil dibangun di dua wilayah, yakni Kecamatan Benjeng dan Wringinanom.

Capaian ini ditandai secara simbolis dalam acara penutupan program CSR tahun ketiga PT Arthawenasakti Gemilang, yang digelar di Kantor Desa Sooko, Kecamatan Wringinanom (5/7). Acara ini turut dihadiri oleh Arief Widyastono selaku Senior Kabag Produksi Plant A2 Malang PT Arthawenasakti Gemilang, Soetrisno selaku Kepala Desa Sooko, perwakilan dari Habitat for Humanity Indonesia, serta ratusan warga dan keluarga penerima manfaat.

Menurut data terbaru dari Dinas Cipta Karya, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Gresik (2023), tercatat ada 6.608 rumah tidak layak huni di wilayah Gresik. Sementara secara nasional, backlog kepemilikan rumah diperkirakan mencapai 15 juta unit pada tahun 2025, menurut pernyataan Wakil Menteri PKP , Fahri Hamzah, yang mengutip data BPS.

Melihat kondisi tersebut, Habitat Indonesia bersama PT Arthawenasakti Gemilang terus memperkuat sinergi dalam upaya mengatasi masalah perumahan tidak layak. Tahun ketiga program ini (2024–2025) membawa sejumlah intervensi penting, tidak hanya dari sisi pembangunan fisik tetapi juga aspek pelatihan dan penguatan masyarakat.

Berikut daftar program dan kegiatan intervensi yang telah dilaksanakan:

  1. Pembangunan 100 unit rumah layak huni baru di Kecamatan Benjeng dan Wringinanom.
  2. Pelatihan rumah sehat dan konstruksi dasar untuk 100 warga penerima manfaat.
  3. Pelatihan dan sertifikasi bagi 30 pekerja konstruksi lokal guna meningkatkan keterampilan dan peluang kerja.
  4. Pelatihan pengelolaan risiko bencana untuk membekali warga menghadapi potensi bencana alam.
  5. Lokakarya bersama Pemerintah Kabupaten Gresik untuk memperkuat koordinasi dan keberlanjutan program.
  6. Workshop pembelajaran bersama pemangku kepentingan sebagai wadah diskusi dampak dan strategi intervensi.
  7. Studi kasus dan pengukuran dampak program untuk evaluasi keberhasilan dan efektivitas.
  8. Studi kerentanan bencana di area sasaran guna merancang intervensi berbasis risiko.
  9. Kegiatan volunteering yang melibatkan 100 karyawan PT Arthawenasakti Gemilang yang turut serta membangun rumah bersama warga.

Intervensi ini dirancang agar pembangunan tidak hanya berfokus pada fisik rumah, tetapi juga mengarah pada kemandirian, stabilitas ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat.

Foto bersama keluarga penerima manfaat bantuan rumah layak huni dalam acara penutupan program CSR tahun ketiga PT Arthawenasakti Gemilang bersama Habitat for Humanity Indonesia di Desa Sooko, Wringinanom – Gresik (5/7). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Aksi Gotong Royong Relawan Arthawena Membangun Rumah Layak Huni

Kolaborasi antara PT Arthawenasakti Gemilang dan Habitat for Humanity Indonesia telah berlangsung sejak tahun 2017. Pada fase awal program yang berjalan dari tahun 2017 hingga 2020, kerja sama ini berhasil menghadirkan 90 unit rumah layak huni, menyediakan 30 fasilitas akses air bersih, serta pembangunan 225 unit toilet rumah tangga bagi masyarakat yang membutuhkan.

Komitmen tersebut kemudian berlanjut ke tahun kedua, yakni pada periode 2023 hingga 2024. Di tahap ini, kolaborasi kembali berhasil membangun 80 unit rumah tambahan dan menambah enam fasilitas akses air bersih di Desa Kesambenkulon dan Sooko, Kabupaten Gresik.

Total hingga tahun ketiga, perusahaan ini telah berkontribusi terhadap pembangunan 270 rumah layak dan 36 fasilitas air bersih, menjadikan kolaborasi ini sebagai salah satu praktik CSR berkelanjutan yang memberikan dampak nyata.

Arief Widyastono, perwakilan PT Arthawenasakti Gemilang, menyampaikan rasa syukurnya, “Kami hadir di sini sebagai bagian dari komitmen CSR perusahaan kami. Kami percaya, kebaikan sekecil apa pun jika dilakukan bersama-sama akan membawa dampak besar. Semoga keluarga yang menerima rumah ini dapat menjalani kehidupan yang lebih baik, dan kami berharap sinergi kami dengan Habitat Indonesia dapat terus berlanjut ke masa depan.”

Sementara itu, Soetrisno selaku Kepala Desa Sooko menyampaikan ungkapan tulus dari warganya. “Saya mewakili keluarga-keluarga di desa ini mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada PT Arthawenasakti Gemilang. Dukungan ini telah mengantarkan warga kami menuju kehidupan yang lebih layak.”

Tak kalah menyentuh, Sumarni, salah satu penerima manfaat, menceritakan bagaimana hidupnya berubah. “Ibu bersyukur sekali. Sekarang Ibu punya rumah yang bagus dan layak. Tak ada lagi cerita tentang bocor, becek, atau harus malu numpang ke rumah saudara kalau mau buang air karena enggak punya toilet. Rumah ini benar-benar mengangkat martabat keluarga Ibu.”

Program ini menjadi bukti nyata bahwa kerja sama antara sektor swasta dan lembaga sosial mampu memberikan solusi berkelanjutan bagi persoalan dasar masyarakat. Rumah bukan hanya soal bangunan, tapi tentang memulihkan harapan, membangun martabat, dan menciptakan masa depan yang lebih pasti untuk keluarga-keluarga Indonesia.

Melalui komitmen jangka panjang dan kerja kolaboratif, diharapkan lebih banyak keluarga Indonesia dapat menikmati hak dasar mereka yaitu, tinggal di rumah yang layak dan aman.

Lihat video berikut untuk mengetahui bagaimana program ini memberikan dampak nyata yang berkelanjutan.

Video: HFHI/Budi Ariyanto

(kh/av)

HU – Prudential Tanjung Kait
ID-EN Blog

Revitalisasi Kampung Tanjung Kait: Sinergi Habitat for Humanity Indonesia, Pemerintah Kabupaten Tangerang dan Prudential Pemenuhan Rumah Layak Huni

Tangerang, 12 Juli 2025 – Habitat for Humanity Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Tangerang dan PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) resmi memulai pembangunan 51 unit rumah dari total 110 rumah layak huni dalam program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait.

Simbolisasi dimulainya program ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Bupati Tangerang, Maesyal Rasyid, Program Director Habitat for Humanity Indonesia, Arwin Soelaksono, dan Chief Customer and Marketing Officer Prudential Indonesia, Karin Zulkarnaen, yang berlangsung di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten pada 12 Juli 2025 lalu.

Kampung Tanjung Kait yang terletak di Desa Tanjung Anom, sebuah wilayah pesisir di utara Banten, merupakan tempat tinggal bagi ratusan keluarga berpenghasilan terendah pada desil 1 dan 2, yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Wilayah ini sudah dihuni lintas generasi dan berdampingan dengan situs bersejarah Klenteng Tjo Soe Kong.

Meski demikian, kondisi sosial dan infrastruktur di kampung ini selama puluhan tahun tertinggal jauh seperti, keberadaan rumah-rumah tidak layak huni, sanitasi minim, air bersih terbatas, dan tingginya kerentanan terhadap bencana.

Melalui program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait ini, masyarakat tak hanya mendapatkan rumah baru, tapi juga lingkungan yang lebih sehat dan tertata. Program ini secara holistik merancang penataan kawasan pesisir. Mulai dari pembangunan rumah layak huni, penyediaan infrastruktur dasar seperti akses air bersih, penerangan, jalan lingkungan, hingga fasilitas pendidikan, kesehatan, dan sentra ekonomi berbasis potensi hasil laut lokal.

Salah satu komponen penting dari program ini adalah jaminan kepemilikan tanah melalui sertifikasi legal untuk seluruh keluarga penerima manfaat. Hal ini memberi kepastian hukum dan rasa aman bagi warga untuk menetap dan membangun masa depan tanpa rasa khawatir digusur.

Baca juga: Sejarah Baru Dimulai: Revitalisasi Kampung Tanjung Kait Demi 110 Keluarga Dapatkan Kepemilikan Tanah dan Rumah Layak Huni

Bupati Maesyal Rasyid menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mewujudkan keadilan sosial. “Terima kasih kepada relawan Habitat Indonesia dan Prudential atas kepeduliannya membangun langsung rumah-rumah untuk keluarga di sini. Ini bukan hanya soal membangun rumah, melainkan soal membangun kehidupan yang lebih layak,” ujar Maesyal dalam sambutannya. Ia juga menambahkan bahwa kehadiran berbagai pihak di program ini membuka jalan bagi masyarakat pesisir untuk lebih mandiri.

Karin Zulkarnaen, menyoroti pentingnya keberlanjutan dalam pembangunan sosial. “Kami tidak hanya membangun rumah, tapi juga harapan dan masa depan. Kami ingin masyarakat hidup lebih sehat dan sejahtera dalam jangka panjang,” ungkapnya.

Sementara itu, Arwin Soelaksono menambahkan bahwa rumah-rumah yang dibangun mengedepankan pendekatan swadaya berbasis komunitas. “Setiap unit berukuran 30 meter persegi, terdiri dari dua kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur. Pembangunan dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif warga agar tumbuh rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama terhadap rumah yang dibangun,” jelas Arwin.

Habitat for Humanity Indonesia sendiri telah berhasil membangun lebih dari 1.300 unit rumah di Kecamatan Mauk. Rekam jejak ini menunjukkan komitmen jangka panjang Habitat Indonesia dalam mendampingi masyarakat menghadirkan hunian layak yang aman dan bermartabat.

Kini, program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait menjadi simbol nyata bahwa transformasi sosial bisa tercapai melalui kolaborasi yang kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan kerja sama yang berkelanjutan, masa depan yang lebih baik untuk warga pesisir bukan sekadar harapan, melainkan kenyataan yang sedang dibangun bersama.

Foto: HFHI/Budi Ariyanto

(kh/av)

HU – Job Fair BMZ – 01
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia Gelar Job Fair Bidang Konstruksi, Buka Peluang Kerja untuk Masyarakat Tangerang

Tangerang, 12 Juli 2025 – Dalam upaya menciptakan peluang kerja dan meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal, Habitat for Humanity Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam memberdayakan masyarakat melalui sektor konstruksi. Habitat For Humanity Indonesia dan Habitat for Humanity Germany didukung oleh Federal Ministry for Economic Cooperation and Development menyelenggarakan Job Fair Bidang Konstruksi yang berlangsung pada Sabtu, 12 Juli 2025, di Bale Kota Mall Tangerang dan juga akan dilaksanakan pada Sabtu, 19 Juli 2025, di Kantor Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tangerang. 

Acara ini terbuka untuk umum, serta bagi para pekerja konstruksi dari berbagai bidang seperti tukang bangunan, teknisi listrik, drafter, site engineer, welder, hingga admin, HSE, dan lainnya. Lebih dari belasan perusahaan nasional dan lokal di bidang konstruksi turut berpartisipasi, seperti Pulauintan, Modernland, sejasa.com, CK Helmer, GunasLand dan masih banyak lagi. 

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program pelatihan dan sertifikasi yang telah dilakukan Habitat for Humanity Indonesia selama 2023-2024, di mana sebanyak 581 pekerja dari kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang berhasil tersertifikasi secara nasional di berbagai bidang keterampilan konstruksi. 

Baca juga: Mengukir Jalan Sukses Tukang Bangunan dan Kesempatan Bersaing di Dunia Kerja

H. Maryono Hasan, AP., M.Si selaku Wakil Walikota Tangerang, secara resmi membuka kegiatan ini dan menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. “Sektor konstruksi adalah penggerak pembangunan dan pencipta lapangan kerja. Kami berharap job fair ini dapat mempertemukan kebutuhan industri dengan potensi SDM lokal, sehingga mampu menekan tingkat pengangguran terbuka di Kota Tangerang,” ujarnya. 

Sementara itu, Rizal Zulkifli, selaku BMZ Project Manager Strategic Alliance Habitat for Humanity Indonesia, menegaskan pentingnya kesinambungan antara pelatihan dan penyerapan tenaga kerja. “Job fair ini kami laksanakan sebagai bentuk dukungan nyata agar para alumni pelatihan konstruksi tidak hanya memiliki keterampilan yang tersertifikasi, tetapi juga mendapatkan akses langsung ke peluang kerja. Harapan kami, kegiatan ini dapat menjadi jembatan antara keterampilan yang dimiliki masyarakat dan kebutuhan dunia industri, sehingga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.” 

Habitat for Humanity Indonesia berkomitmen untuk terus menjadi bagian dari solusi berkelanjutan dalam pembangunan kota dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui sinergi dengan pemerintah daerah dan sektor swasta, Habitat akan terus membangun — bukan hanya rumah, tetapi juga masa depan.

(ss/av)

HU – Air Bersih Cicadas
ID-EN Blog

Berakhirnya Kelangkaan Air Bersih: Kampung Cicadas Sambut Hidup Baru

Musim kemarau selalu membawa kecemasan bagi warga Kampung Cicadas, Desa Kadumanggu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Bagi mereka, bukan hanya matahari yang terik, tetapi juga masa ketika air menjadi barang langka. Namun, tahun ini suasana di kampung itu berbeda. Ratusan keluarga menyambut musim kering dengan perasaan yang tidak biasa, perasaan bahagia.

Sejumlah anak-anak bermain air di sekitar menara air bersih yang dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia di Babakan Madang – Bogor (25/6). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Sroottt!!!

Suara air bersih yang menyembur dari selang terdengar nyaring di tengah tawa anak-anak yang bermain di bawah sinar matahari. Mereka bermain di sekitar menara air baru yang berdiri kokoh, dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia bersama para dermawan dan relawan. Airnya jernih, tidak berbau, dan mengalir deras tanpa hambatan. Pemandangan ini menjadi penanda bahwa kehidupan di Kampung Cicadas telah berubah.

Tepat di belakang anak-anak itu, Ibu Teti, seorang ibu rumah tangga sekaligus anggota komite pengelola air, sedang mencuci piring dengan tenang. Tangan-tangannya cekatan, namun wajahnya menyiratkan kelegaan yang dalam. “Puluhan tahun saya tinggal di sini, baru kali ini saya merasakan air yang benar-benar bersih dan bisa digunakan kapan pun,” ujar Teti saat ditemui pada 25 Juni 2025 lalu.

Ibu Teti bersama ratusan keluarga lainnya telah lama mendambakan akses air bersih yang layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Selama ini mereka hanya bisa mengandalkan aliran sungai yang tercemar untuk mandi, mencuci pakaian dan piring, hingga memasak. Bahkan tak jarang mereka menggunakan air yang berasal dari saluran sawah yang tidak layak konsumsi.

Foto udara aliran sungai di Kampung Cicadas, Babakan Madang – Bogor, yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama puluhan tahun (25/6). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Kondisi semakin memprihatinkan saat musim kemarau tiba. Warga harus berjalan jauh membawa ember untuk mendapatkan air. Aktivitas ini tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga menyita waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk bekerja atau mengurus keluarga. Sering kali, air yang berhasil dikumpulkan pun dalam kondisi keruh dan tercemar.

“Waktu itu musim kemarau selama empat bulan, kita semua kerepotan, Pak,” kenang Teti. “Kita bawa-bawa ember besar sampai ke sumber air di sungai yang gede, pakai kendaraan. Capeknya bukan main.” tambahnya.

Teti juga menceritakan bahwa akibat penggunaan air yang tidak bersih, anak-anak di kampungnya kerap mengalami gangguan kulit. Penyakit gatal-gatal dan infeksi menjadi keluhan yang umum terjadi. Semua ini berlangsung bertahun-tahun tanpa adanya solusi yang nyata.

Foto udara menara air bersih yang dibangun Habitat for Humanity Indonesia di Kampung Cicadas, Babakan Madang – Bogor (25/6). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Habitat for Humanity Indonesia Bangun Akses Air Bersih di Gunung Kidul

Titik terang muncul ketika Habitat for Humanity Indonesia hadir dengan menawarkan bantuan penyediaan akses air bersih. Dengan menggandeng para mitra, dua menara air dibangun untuk memenuhi kebutuhan dasar ratusan warga dan siswa SDN 06 Babakan Madang. Air dari sungai di sekitar kampung disaring melalui sistem filtrasi sehingga dinyatakan layak konsumsi oleh Dinas Kesehatan setempat.

Teti mengatakan bahwa kini warga tidak perlu lagi bersusah payah mencari air, dan semakin banyak yang mulai menggunakan fasilitas air bersih tersebut. “Sekarang kan kita udah enggak capek-capek lagi mencari air. Sudah banyak juga warga di sini yang berbondong-bondong menggunakan air bersih ini,” kata Teti.

Akses terhadap air bersih menjadi fondasi bagi lahirnya komunitas yang lebih sehat, produktif, dan berdaya. Di Kampung Cicadas, waktu yang dulunya habis untuk mencari air kini digunakan untuk bekerja, bersekolah, dan merawat keluarga. Teti menyebutkan bahwa anak-anak kini jarang mengalami keluhan kulit, para orang tua terlihat lebih fokus pada penghidupan, dan interaksi antarwarga pun menjadi lebih erat berkat adanya fasilitas bersama yang dikelola kolektif. Akses air bersih telah memperkuat semangat gotong royong dan kepedulian sosial dalam komunitas.

Selvi, salah satu warga Kampung Cicadas, Babakan Madang – Bogor, tengah mencuci piring menggunakan fasilitas menara air bersih yang dibangun Habitat for Humanity Indonesia (25/6). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Program ini merupakan bagian dari komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin keenam, yang menegaskan bahwa akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan hak dasar setiap manusia. Melalui pembangunan infrastruktur air bersih, Habitat for Humanity Indonesia memulihkan martabat dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih layak bagi keluarga-keluarga Indonesia.

Bagi siapa pun yang ingin turut menghadirkan perubahan nyata, program ini terbuka untuk didukung. Setiap dukungan, sekecil apa pun, akan berkontribusi pada kehidupan yang lebih sehat dan bermartabat bagi banyak keluarga di seluruh pelosok negeri.

Kunjungi: habitatindonesia.org/donations/membangun-air-bersih

(kh/av)

HU – Sabu
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia Hadir di Sabu Raijua, NTT: Upaya Menjawab Tantangan Hunian Layak di Selatan Indonesia

Sabu Raijua, 20 Juni 2025 – Untuk pertama kalinya sejak berdiri 28 tahun lalu, Habitat for Humanity Indonesia memperluas jangkauan pelayanannya ke Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kehadiran ini menjadi tonggak penting dalam upaya peningkatan kualitas perumahan, sanitasi, dan air bersih, sekaligus mendorong pemberdayaan masyarakat di wilayah yang masih menghadapi tantangan serius dalam hal infrastruktur dasar.

Program ini secara resmi dimulai melalui kegiatan Inaugurasi (Kick Off) Program Pengembangan Desa Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2025–2026, yang digelar di Aula Kantor Bupati Sabu Raijua, Jumat (20/6). Acara tersebut turut dihadiri oleh Bupati Sabu Raijua, Krisman B. Riwu Kore, SE., MM., Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman, yang hadir secara daring, serta jajaran pemerintah daerah, perwakilan Habitat Indonesia, dan sejumlah pemangku kepentingan lainnya.

Tingginya Backlog dan Rumah Tidak Layak di NTT

Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 2024, Indonesia masih menghadapi backlog kepemilikan rumah sebanyak 9,9 juta unit. Sementara itu, Provinsi Nusa Tenggara Timur menduduki peringkat kedua nasional dalam hal jumlah rumah tidak layak huni, lebih dari 340.000 unit tercatat masih dalam kondisi tak memenuhi standar. Adapun 90.535 keluarga di NTT belum memiliki rumah sendiri.

Seperti dilansir dari laman Kompas, daya beli masyarakat yang rendah menjadi penyebab utama dari persoalan ini. Mayoritas keluarga yang terdampak berada dalam golongan desil 1 dan desil 2, yakni kelompok dengan pendapatan terendah. Rumah-rumah di kawasan ini banyak yang masih berlantai tanah, berdinding bambu atau pelepah lontar, beratap alang-alang, tanpa listrik, tanpa akses air bersih, dan tanpa fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) yang layak.

Kolaborasi Multipihak

Melihat kondisi ini, Habitat for Humanity Indonesia menggandeng Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua, para donatur, dan para sukarelawan untuk menjalankan program intervensi awal di Kecamatan Liae, salah satu wilayah yang tergolong memiliki kondisi sosial-ekonomi yang sangat menantang.

Adapun target yang diharapkan pada tahun 2025, yaitu:

  • Pembangunan 5 unit rumah layak huni baru
  • Pembangunan 6 unit toilet rumah tangga
  • Pembangunan 2 unit toilet untuk sekolah dasar
  • Pembangunan 8 unit sumur gali untuk air bersih
  • Renovasi atau perbaikan 2 embung desa
  • Pelatihan untuk 20 pekerja konstruksi lokal
  • Edukasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) bagi 190 warga
  • Pelatihan komite pengelolaan air untuk 10 warga desa

Langkah ini tidak hanya menyasar pembangunan fisik semata, tetapi juga menitikberatkan pada penguatan kapasitas pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat lokal agar keberlanjutan program dapat terjaga dalam jangka panjang.

“Program ini bukan sekadar pembangunan fisik, namun merupakan komitmen bersama untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih layak, manusiawi, dan bermartabat bagi masyarakat Sabu Raijua,” tegas Bupati Krisman dalam sambutannya.

Baca juga: Bangun NTT Melalui Musik, Habitat for Humanity Indonesia Sukses Gelar Habitat Charity Concert 2024 “Songs for NTT”

Harapan untuk Ekspansi dan Kolaborasi Lebih Luas

Meski implementasi awal baru menjangkau sebagian kecil dari wilayah Kecamatan Liae, Habitat for Humanity Indonesia menyatakan komitmen terbuka untuk memperluas jangkauan program ke wilayah-wilayah lain di Kabupaten Sabu Raijua yang termasuk dalam skala prioritas.

Melalui koordinasi berkelanjutan dengan pemerintah daerah serta kerja sama lintas sektor, Habitat Indonesia mendorong partisipasi aktif dari berbagai pihak, baik individu, komunitas, perusahaan, maupun lembaga filantropi, untuk turut serta dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah terluar ini.

Karena pada akhirnya, hak atas rumah layak bukanlah sekadar kebutuhan dasar, tetapi fondasi penting bagi kehidupan yang sehat, produktif, dan bermartabat. Dan untuk mewujudkannya, dibutuhkan kerja bersama, solidaritas, serta langkah nyata dari seluruh lapisan masyarakat.

(kh/av)

Thumbnail – TMK
ID-EN Blog

Tim Mackay 16th Golf Invitational Powered by Conwood: Harmoni Olahraga dan Aksi Sosial

Jakarta, 25 Juni 2025 – Turnamen Tim Mackay 16th Golf Invitational powered by Conwood telah sukses diselenggarakan pada Kamis, 19 Juni 2025 di Damai Indah Golf – BSD Course. Acara tahunan ini kembali menjadi ajang bergengsi yang mempertemukan para profesional industri properti dan konstruksi, sekaligus menjadi wadah nyata untuk berbagi kepada sesama.

Diselenggarakan oleh Propcon Golf Club dan didukung penuh oleh Conwood serta lebih dari 40 perusahaan sponsor, turnamen ini diikuti oleh 138 peserta yang seluruhnya merupakan undangan eksklusif dari mitra sponsor.

Dengan mengusung semangat “Giving Back to Humanity”, turnamen tahun ini bekerja sama dengan Habitat for Humanity Indonesia dan berhasil menggalang donasi sebesar Rp390.000.000,-. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung proyek pembangunan kembali dua sekolah dasar di wilayah Gresik dan Teluk Jambe, memberikan akses pendidikan yang lebih layak bagi anak-anak di daerah tersebut.

“Kami sangat bersyukur atas partisipasi dan dukungan dari seluruh sponsor serta peserta. Ini bukan sekadar turnamen golf, tapi langkah bersama untuk masa depan pendidikan anak-anak Indonesia,” ujar Bapak Desmond Kandiawan, Ketua Propcon Golf Club.

“Sebagai charity partner pada Tim Mackay 16th Golf Invitational, Habitat for Humanity Indonesia sangat mengapresiasi tiap dukungan yang diberikan oleh Propcon Golf Club untuk kedua sekolah yang akan kita bangun. Melalui olahraga golf, bersama kita bangun generasi Indonesia cemerlang,” tegas Abraham Tulung, Resource Development General Manager Habitat for Humanity Indonesia.

Turnamen berlangsung penuh semangat, kompetitif, dan bersahabat. Gelar Best Nett Overall berhasil diraih oleh Surya King, sementara Simon Renolds dinobatkan sebagai Best Gross Overall.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi momentum jejaring profesional, tetapi juga menegaskan komitmen komunitas industri untuk berkontribusi nyata terhadap pembangunan sosial melalui olahraga golf.

Tentang Propcon Golf Club

Propcon Golf Club merupakan komunitas golf yang terdiri dari profesional dan pelaku industri properti dan konstruksi di Indonesia yang berdiri sejak tahun 2008. Klub ini terdiri dari 80 anggota tetap, yang secara rutin mengadakan turnamen golf bulanan dan dua turnamen besar. Dibentuknya Propcon bertujuan untuk menjalin relasi diantara para anggotanya untuk memajukan industri properti dan konstruksi dan turut berkontribusi pada kegiatan sosial dengan semangat “Giving Back to Community“.

(ss/av)

Baca juga: Habitat Charity Golf Tournament 2024 Membuka Harapan Bagi Keluarga MBR Memiliki Rumah Layak

Thumbnail – MedcoEnergi
ID-EN Blog

Lanjutkan Kerja Sama, Habitat for Humanity Indonesia dan MedcoEnergi Bangun 15 Rumah Layak Huni di Tangerang

Tangerang, 21 Juni 2025 – Habitat for Humanity Indonesia kembali bekerja sama dengan MedcoEnergi dan Medco Foundation dalam upaya membangun komunitas tangguh melalui penyediaan hunian layak bagi keluarga berpenghasilan rendah. Kerja sama ini diwujudkan dalam pembangunan 15 rumah layak huni di Desa Sukamanah, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang.

Sebanyak ratusan relawan dari MedcoEnergi turut ambil bagian dalam kegiatan pembangunan rumah yang dilaksanakan untuk 10 keluarga penerima manfaat. Aksi gotong royong ini sekaligus menjadi bagian dari perayaan hari ulang tahun ke-45 MedcoEnergi bertajuk “We Repair Houses for Better Living!“.

Komitmen ini merupakan kelanjutan dari kerja sama strategis antara Habitat for Humanity Indonesia dan Medco sejak tahun 2023. Dalam dua tahun sebelumnya, program serupa berhasil membangun 39 rumah layak huni di Desa Marga Mulya, Kecamatan Mauk, di antaranya 10 unit di tahun pertama dan 29 unit di tahun kedua yang seluruhnya ditujukan bagi keluarga dengan kondisi kemiskinan ekstrem atau termasuk dalam golongan keluarga desil 2.

Komisaris Utama MedcoEnergi, Yani Panigoro, yang turut hadir dalam kegiatan relawan, menyampaikan bahwa nilai kepedulian telah menjadi bagian dari identitas perusahaan sejak awal berdiri. “Energi sesungguhnya bukan hanya dihasilkan, tetapi juga dibagikan. Ketika satu keluarga memiliki rumah yang layak, itu bukan hanya soal tempat tinggal, tetapi tentang memberi ruang bagi anak-anak di dalamnya untuk belajar, bagi orang tua untuk bekerja, dan bagi masa depan untuk tumbuh dengan penuh harapan,” ujarnya.

Baca juga: Jari Pegal, Hati Lega: Cerita Relawan Trisula Membangun Rumah Layak Huni

Pentingnya penyediaan rumah layak huni juga diperkuat oleh data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yang mencatat bahwa hingga tahun 2023 terdapat backlog kepemilikan rumah sebesar 12,71 juta unit. Selain itu, lebih dari 2,6 juta rumah tangga masih hidup dalam kondisi tidak layak huni.

Hal ini menjadi latar belakang kuat bagi keterlibatan sektor swasta dalam mendorong percepatan penyediaan hunian yang layak. Camat Rajeg, Oman Apriaman, menyampaikan apresiasi atas kontribusi MedcoEnergi di wilayahnya. Menurutnya, Desa Sukamanah termasuk dalam kategori kemiskinan ekstrem dan banyak warganya yang berasal dari golongan ekonomi paling bawah. “Alhamdulillah MedcoEnergi mau turun tangan di wilayah kami. Kami berharap program ini bisa berlanjut serta dapat menjangkau lebih banyak keluarga lainnya,” kata Oman.

Selain membangun rumah, kegiatan volunteering juga mencakup layanan pemeriksaan kesehatan gratis serta edukasi kesehatan masyarakat bagi warga sekitar. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari pendekatan holistik dalam membangun komunitas, bahwa ketangguhan tidak hanya ditentukan oleh fisik bangunan, tetapi juga oleh kesehatan dan daya tahan sosial masyarakatnya.

Melalui inisiatif ini, Habitat for Humanity Indonesia bersama MedcoEnergi dan Medco Foundation menunjukkan bahwa perubahan tidak lahir dari upaya tunggal. Perubahan lahir dari kerja bersama, dari semangat berbagi, dan dari kesadaran bahwa rumah yang layak adalah hak dasar yang membuka banyak kemungkinan untuk masa depan yang lebih baik.

(kh/av)

Thumbnail – Trisula
ID-EN Blog

Jari Pegal, Hati Lega: Cerita Relawan Trisula Membangun Rumah Layak Huni 

Sejumlah relawan Trisula Corporation mengikuti kegiatan volunteering membangun rumah layak huni bersama Habitat for Humanity Indonesia di Desa Karang Tengah, Bogor (14/6). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Pagi itu, matahari menyelinap perlahan di balik pepohonan Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Sinar hangatnya menari di antara butiran embun yang belum sempat menguap, menyapa wajah-wajah para relawan penuh semangat yang mulai berkumpul. Di antara mereka, berdiri Siti, karyawati Trisula Corporation, yang tidak duduk di depan komputer, melainkan menggenggam tang dan kawat besi.

Tangannya sibuk merakit besi untuk pondasi rumah. Ini adalah kali pertama Siti bergabung dalam aksi membangun rumah bersama Habitat for Humanity Indonesia. Wajahnya memerah karena matahari dan kerja fisik, tapi senyumnya tak hilang. “Wah, seru banget dan lumayan capek ini mas. Terasa kaku jari saya. Biasanya saya ngetik, sekarang jadi tukang. Tapi seru banget,” ujarnya sambil tertawa.

Tak jauh darinya, Lili, rekan kerjanya, juga merasakan hal yang sama. “Hari ini seru banget, bisa ikut terlibat langsung membangun rumah untuk keluarga di sini. Pengalaman ini bikin saya lebih banyak bersyukur,” katanya dengan mata berbinar.

Hari itu bukan sekadar kerja lapangan. Lebih dari itu, hari itu adalah hari gotong-royong, hari di mana perusahaan, masyarakat, dan relawan bergandeng tangan untuk mewujudkan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Melalui kerja sama antara Habitat for Humanity Indonesia dan Trisula Corporation, tujuh keluarga berpenghasilan rendah di Desa Karang Tengah akan memiliki rumah yang lebih layak, aman, dan bermartabat.

Prosesnya dimulai pada 14 Juni 2025, saat lebih dari 80 karyawan Trisula membangun pondasi rumah. Seminggu kemudian, pada 21 Juni, lebih dari 60 karyawan lainnya kembali turun tangan untuk memasang dinding-dinding rumah. Dari tiang ke tiang, bata ke bata, mereka membangun bukan hanya struktur fisik, tapi juga semangat dan harapan.

Baca juga: Dukung Program Tiga Juta Rumah untuk Indonesia: Habitat for Humanity Indonesia Prioritaskan Golongan Ekonomi Paling Rendah dan Menengah-Bawah

Julifer, Direktur PT Mido Indonesia (anak perusahaan Trisula), hadir langsung di lokasi dan menyampaikan, “Melalui kegiatan ini, kami ingin menunjukkan kontribusi nyata dalam membantu sesama. Kami berharap rumah yang dibangun ini dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman, sekaligus membuka peluang lebih besar bagi keluarga penerima untuk mencari nafkah dan membangun masa depan yang lebih baik.”

Mengusung semangat “Let’s Create a Better Life for All”, kolaborasi ini bukan hanya sekadar CSR perusahaan. Kegiatan ini menjadi ruang pertemuan antara dunia kerja dan realitas masyarakat. Yang menarik, para penerima manfaat pun tidak hanya menunggu rumah mereka selesai dibangun. Mereka ikut bekerja, ikut menyatu dalam ritme pembangunan, ikut menyumbang tenaga dan semangat.

Sepanjang hari itu, suara palu bersahut-sahutan dengan canda dan tawa. Relawan dan warga saling berbagi cerita, berbagi makanan, bahkan berbagi peluh. Mereka membentuk barisan, mengangkat batu bata, mencampur semen, semua dilakukan dengan hati yang sama yaitu, hati yang peduli.

Kegiatan seperti ini bukan hanya meninggalkan rumah layak huni untuk keluarga di Desa Karang Tengah, tapi juga kenangan yang mendalam bagi karyawan Trisula Corporation. Bagi para karyawan, pengalaman ini membuka mata dan hati mereka terhadap kenyataan yang sering luput dari pandangan sehari-hari. Bagi keluarga penerima, ini adalah awal dari kehidupan yang baru yakni, lebih aman, lebih bermartabat nan penuh harapan.

Habitat for Humanity Indonesia menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh relawan Trisula. Bagi kami, setiap dinding yang dibangun adalah simbol kepedulian. Setiap pondasi yang diletakkan adalah langkah kecil menuju masa depan yang lebih pasti. Karena rumah bukan sekadar tempat tinggal, melainkan rumah adalah tempat harapan bermula, dan kehidupan yang bermakna tumbuh dari sana.

(kh/av)