logotype
Donate

Kategori: ID-EN Blog

TH – Kirana
ID-EN Blog

Habitat Young Star: Cerita Kirana Membawa Semangat Muda dalam Proyek Segar Hati

Liburan musim panas biasanya identik dengan bersantai dan menikmati waktu luang. Namun bagi Kirana Ratomo, seorang siswi kelas 11 di Jakarta Intercultural School, musim panas adalah awal dari perjalanan yang jauh lebih berarti. Melalui keikutsertaannya sebagai relawan di Habitat for Humanity Indonesia, Kirana memulai langkah inspirasional yang tidak hanya memberikan dampak positif bagi dirinya, tetapi juga bagi banyak anak-anak di komunitas sekitar. 

Pertemuan dengan Habitat for Humanity Indonesia 

Perjalanan Kirana dengan Habitat Indonesia dimulai saat ia ikut serta dalam program mission ship di gerejanya, IES Jakarta. Bersama ibu dan kakaknya, Kirana terlibat dalam kegiatan membangun rumah layak huni di Mauk, Tangerang. Meskipun tidak memiliki pengalaman di bidang konstruksi, ia merasa sangat dihargai oleh tim relawan yang sangat mendukung. 

“Tim sangat suportif, meskipun aku bukan yang terbaik dalam membangun fondasi atau memasang kawat, mereka tetap menghargai usahaku. Itu yang membuat pengalaman ini begitu berharga,” kenangnya dengan penuh syukur. 

Semangat Kirana pun semakin tumbuh, dan ia terus terlibat dalam berbagai kegiatan Habitat, termasuk program magang yang semakin membawanya dekat dengan komunitas yang dibantu oleh Habitat Indonesia. 

Lahirnya Proyek Segar Hati 

Kirana memiliki ketertarikan besar pada seni, dan di sinilah kreativitasnya membawa perubahan besar. Melihat bahwa banyak anak-anak di komunitas kurang mampu belum memiliki ruang untuk menyalurkan kreativitas mereka, ia terinspirasi untuk memulai proyek sosial yang menggabungkan seni dengan kegiatan sosial. Maka lahirlah Segar Hati, sebuah proyek non-profit yang berfokus pada mural dan pembangunan taman bermain dari bahan daur ulang untuk anak-anak TK di sekitar Jakarta. 

Proyek ini menjadi ajang untuk memperkenalkan seni sebagai media ekspresi bagi anak-anak. Setiap Sabtu, Kirana bersama relawan lainnya mengadakan sesi mural di berbagai lokasi seperti PAUD, rusun, dan desa. 

“Melukis adalah cara terbaik untuk bonding. Tidak ada gambar yang salah atau jelek, semua bisa berkreasi. Aku ingin anak-anak juga merasakan kebebasan dalam berekspresi melalui seni,” jelas Kirana dengan semangat. 

Kirana melukis mural dinding kelas PAUD saat kegiatan proyek sosial ‘Segar Hati’. Foto: Kirana Ratomo

Baca juga: Pojok Baca Digital: Memperkaya Kesempatan Belajar Bersama

Perjalanan yang Tak Selalu Mulus 

Meski proyek Segar Hati berjalan dengan banyak kebahagiaan, tantangan tentu tidak bisa dihindari. Salah satunya adalah kehabisan cat di tengah proses mural, sementara toko cat terdekat berada satu jam perjalanan dari lokasi. Selain itu, Kirana mengakui bahwa ia sempat mengalami kesulitan dalam membagi tugas kepada tim. 

“Awalnya, aku perfeksionis dan ingin semua dikerjakan sesuai visiku sendiri. Tapi aku belajar bahwa bekerja dalam tim itu penting. Sekarang, aku lebih bisa mendelegasikan tugas dan mempercayai anggota timku,” ujarnya, mengungkapkan pembelajaran berharga dalam perjalanan ini. 

Dampak Nyata Proyek Segar Hati 

Dampak positif dari proyek ini terasa nyata, terutama bagi anak-anak yang terlibat. Kirana menceritakan bagaimana anak-anak yang awalnya pemalu dan ragu-ragu, akhirnya menjadi lebih bersemangat dan bahkan mulai bermain dan bercanda. 

“Mereka awalnya takut untuk mengobrol denganku, tapi setelah kami melukis bersama, suasana jadi cair. Itu pengalaman yang sangat berharga,” kata Kirana, mengenang momen kebersamaan yang penuh tawa. 

Kirana dan timnya berencana untuk terus mengembangkan proyek Segar Hati. Selain melukis di PAUD dan rusun, mereka juga ingin memperluas proyek ini ke rumah sakit anak dan ruang publik lainnya. Kirana berharap lebih banyak anak muda yang terinspirasi untuk ikut serta dalam kegiatan sosial serupa. 

“Cobalah hal-hal baru. Aku memulai dari membangun rumah, sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Tapi dari sana, aku menemukan bahwa keluar dari zona nyaman bisa membawaku ke pengalaman yang luar biasa,” pesan Kirana untuk anak muda di luar sana. 

Potret Kirana disamping karya seni mural yang ia buat bersama ‘Segar Hati’. Foto: Kirana Ratomo

Habitat Young Star: Menjadi Agen Perubahan 

Kisah Kirana adalah bukti nyata bahwa satu langkah kecil bisa membawa perubahan besar. Dengan semangat dan dedikasinya, ia tidak hanya berkontribusi bagi komunitas, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk berani mencoba, berbagi, dan menciptakan dampak positif. 

Habitat Young Star adalah gerakan yang diinisiasi oleh Habitat for Humanity Indonesia untuk melibatkan anak-anak muda sebagai agen perubahan. Melalui aksi nyata, para Habitat Young Star berkontribusi langsung dalam kegiatan volunteering, mulai dari membangun rumah, mempercantik ruang publik, hingga mengedukasi masyarakat tentang kesehatan dan kebersihan. 

Jadilah bagian dari Habitat Young Star dan salurkan energi serta ide kreatifmu untuk membawa perubahan nyata! Klik di sini untuk bergabung: www.habitatindonesia.org/become-volunteer 

(ss/kh)

TH Pendidikan
ID-EN Blog

Ketika Masa Depan Tumbuh di Ruang Kelas yang Baru

Pagi itu, semangat terlihat jelas di wajah para siswa SMP Pancar Bakti, Bogor. Satu per satu mereka memasuki ruang kelas dengan langkah percaya diri dan senyum yang lebar. Sebanyak 24 siswa kelas satu menyambut hari belajar mereka dengan antusias yang berbeda dari biasanya. Sebab untuk pertama kalinya, mereka bisa belajar di ruang kelas baru yang kokoh, aman, dan nyaman, sesuatu yang sebelumnya hanya ada dalam mimpi mereka. 

Sebelumnya, ruang kelas itu nyaris tak layak pakai. Dinding yang retak cukup besar hingga berlubang, lantai yang miring karena struktur yang melemah, dan atap yang nyaris runtuh membuat ruang belajar menjadi tempat yang penuh kecemasan. Setiap hari, para siswa belajar dalam bayang-bayang rasa takut akan bahaya yang bisa datang sewaktu-waktu. 

Mahra*, salah satu siswi, masih mengingat betapa khawatirnya ia setiap kali duduk di dalam kelas. “Ruang kelas yang dulu buat aku ketakutan terus, Kak. Aku enggak mau duduk di bangku paling belakang, takut roboh. Jadi enggak bisa fokus belajar, karena pikiranku ke mana-mana,” ujarnya. 

Kekhawatiran itu juga dirasakan sejumlah guru. Munawaroh, salah satu pengajar di sekolah tersebut, mengaku sering kehabisan solusi. Jumlah ruang kelas yang terbatas membuat mereka terpaksa menggunakan kelas itu meskipun kondisinya membahayakan. 

“Saya bingung harus bagaimana. Kalau hujan deras atau angin kencang, kami terpaksa memulangkan siswa lebih awal karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya. 

Kondisi ruang kelas yang seharusnya menjadi tempat aman untuk menimba ilmu justru menjadi beban mental bagi siswa dan guru. Jika terus dibiarkan, situasi ini bisa menghambat tumbuh kembang dan masa depan siswa-siswi sekolah. 

Suasana proses belajar mengajar di ruang kelas yang telah direnovasi Habitat for Humanity Indonesia di SMP Pancar Bakti – Bogor (17/4). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Suparlik dan Harapan yang Kembali Menyala dari Sebuah Dapur

Membangun Ruang Aman untuk Masa Depan 

Harapan mulai tumbuh ketika proses renovasi ruang kelas dimulai pada Februari 2025. Habitat for Humanity Indonesia, didukung para dermawan dan sukarelawan, memulai pembangunan dengan fokus pada keamanan dan kenyamanan siswa. Proyek ini mencakup penguatan struktur bangunan, penggantian atap dan plafon, pemasangan lantai keramik baru, perbaikan kusen pintu dan jendela, hingga pengecatan ulang ruang kelas agar lebih nyaman dan menyenangkan. 

Perubahan pun terasa nyata. Para guru kini dapat mengajar tanpa rasa khawatir, dan para siswa kembali belajar dengan hati yang tenang. “Sekarang saya lebih percaya diri masuk kelas. Enggak ada lagi rasa takut seperti dulu. Anak-anak pun semangatnya luar biasa,” ujar Bu Munawaroh. 

Begitu juga dengan Mahra, yang kini tak lagi takut duduk di bangku paling belakang. “Sekarang aku semangat berangkat ke sekolah. Cat dindingnya juga bagus banget, aku suka. Kelasnya sekarang terasa nyaman dan aman.” 

Ruang Belajar Sebagai Pondasi Generasi Emas 

Lebih dari sekadar renovasi bangunan fisik, pembangunan ruang kelas ini adalah bagian dari upaya menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak Indonesia. Ketika mereka memiliki ruang belajar yang layak, mereka memiliki lebih banyak peluang untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi lebih tinggi. 

Akses terhadap pendidikan yang aman, inklusif, dan berkualitas merupakan hak setiap anak, dan hal ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) Tujuan Nomor 4 yaitu, “Menjamin pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua.” Karena itu, investasi dalam fasilitas pendidikan bukan hanya soal hari ini, tetapi tentang membangun pondasi bagi generasi emas Indonesia di masa depan. 

Habitat for Humanity Indonesia percaya bahwa pendidikan adalah kunci perubahan, dan ruang kelas yang aman adalah langkah awal menuju perubahan itu. Mari ambil bagian dalam perjalanan ini. Dukung program pendidikan Habitat Indonesia untuk menciptakan lebih banyak ruang belajar yang layak bagi anak-anak di seluruh Indonesia. Kunjungi www.habitatindonesia.org/education-health dan ulurkan tanganmu hari ini. 

(kh/av)

TH – EME
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia Bangun Akses Air Bersih di Gunung Kidul 

Yogyakarta, 25 April 2025 – Setelah sukses membangun akses air bersih di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Gresik, Habitat for Humanity Indonesia kembali melanjutkan komitmennya untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan. Pertengahan tahun 2025 hingga 2026 mendatang, program ini akan menyentuh wilayah Desa Pengkol dan Desa Pilangrejo di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. 

Sebanyak 250 warga di desa ini akan segera merasakan  akses air bersih langsung ke keran rumah mereka. Selama ini, masyarakat di wilayah tersebut kesulitan mendapatkan air bersih, terlebih saat musim kemarau. Tantangan geografis berupa dataran tinggi yang banyak mengandung batuan karst membuat air tanah sulit didapat dan akses menjadi terbatas. Oleh karena itu, pembangunan dilakukan dengan metode pengeboran sumur dalam, yang disesuaikan dengan kondisi geologis wilayah karst di Gunung Kidul. Air dari sumur tersebut kemudian disalurkan langsung ke rumah-rumah warga melalui jaringan perpipaan. 

Lebih dari sekadar penyediaan air bersih, program ini juga mencakup pembangunan infrastruktur pendukung lainnya. Sebanyak 10 unit toilet rumah tangga akan dibangun, 25 rumah akan direnovasi, serta 8 prasarana umum akan diperbaiki untuk menunjang kualitas hidup masyarakat. Untuk memastikan manfaat program dapat dirasakan secara berkelanjutan, Habitat Indonesia juga memfasilitasi berbagai pelatihan kepada warga. Pelatihan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan pelatihan Rumah Sehat serta Konstruksi Dasar akan diberikan kepada 250 warga. 

Tak hanya itu, sebanyak 30 orang akan dilatih sebagai Komite Pengelola Air, yang nantinya bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas air bersih di komunitas. Habitat Indonesia juga akan menggelar kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat yang melibatkan hingga 1.225 warga, guna memperluas dampak positif program ini di tingkat masyarakat secara keseluruhan. 

Jejak Program Air Bersih Habitat Indonesia 

Pada dua tahap sebelumnya, Habitat Indonesia telah mencatat berbagai pencapaian penting. Tahap pertama dilaksanakan pada 2023–2024 di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, dengan memanfaatkan sumber mata air pegunungan. Habitat Indonesia berhasil menyediakan akses air bersih ke lebih dari 500 rumah. Di samping itu, 30 unit toilet rumah tangga dibangun, 30 unit rumah direnovasi, dan 12 fasilitas umum termasuk posyandu diperbaiki di dua desa, yaitu Desa Karang Tengah dan Kadumanggu. 

Pada tahap kedua (2024–2025), program dilanjutkan ke Kabupaten Gresik, tepatnya di Kecamatan Wringinanom. Di sini, Habitat Indonesia membangun 75 sumur bor yang telah mengaliri air bersih ke lebih dari 1.500 rumah. Selain itu, 20 unit toilet rumah tangga, 20 unit renovasi rumah, dan 12 unit renovasi fasilitas umum turut diselesaikan demi mendukung kehidupan masyarakat yang lebih layak dan sehat. 

Di dua wilayah tersebut, lebih dari 2.000 warga telah mengikuti pelatihan PHBS serta pelatihan Rumah Sehat dan Konstruksi Dasar. Edukasi ini menjadi bagian penting dari program agar pembangunan fisik juga diiringi dengan perubahan perilaku hidup yang lebih bersih dan sehat. 

Kasemi mencuci pakaian menggunakan fasilitas air bersih yang telah dibangun Habitat for Humanity Indonesia di Wringinanom – Gresik (12/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Lanjutkan Kerja Sama, Habitat for Humanity Indonesia dan AWS Bangun Puskesmas Pembantu dan Ruang Kelas di Karawang

Air Bersih yang Mengubah Kehidupan 

Bagi warga seperti Sudarjat, dari Desa Karang Tengah, Babakan Madang, program ini membawa perubahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. “Alhamdulillah, sekarang air bersih sudah bisa dinikmati lebih dari 500 warga. Airnya langsung ke keran rumah, bisa digunakan untuk mandi, minum, dan kebutuhan lainnya,” ucapnya. 

“Adanya air bersih juga mengubah segalanya. Hidup kami jadi jauh lebih layak dan bersih. Sebelumnya kami hanya mengandalkan aliran air dari kali kecil yang tercemar, terutama saat musim kemarau.” tambah Sudarjat. 

Hal serupa dirasakan oleh Kasemi, warga Desa Sooko, Wringinanom. “Dua belas tahun saya menanti punya air bersih sendiri. Selama ini selalu numpang ke pemilik kontrakan, rasanya enggak enak, malu juga. Alhamdulillah sekarang saya bisa mandi, mencuci, dan memasak di rumah sendiri,” ceritanya dengan penuh syukur. 

Bersama Wujudkan Pemerataan Akses Air Bersih 

Akses terhadap air bersih dan sanitasi layak adalah hak dasar setiap manusia, sebagaimana tercantum dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Nomor 6 mengenai akses terhadap air bersih dan sanitasi. Habitat for Humanity Indonesia berkomitmen untuk terus mewujudkan hak dasar akan air bersih bagi masyarakat yang masih kesulitan mendapatkannya. 

Melalui program ini, Habitat Indonesia tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membangun harapan dan masa depan yang lebih sehat bagi ribuan keluarga. Kami mengajak seluruh #SahabatHabitat untuk terus mendukung dan mendoakan agar program penyediaan air bersih di Gunung Kidul ini dapat berjalan lancar dan membawa manfaat jangka panjang. #SahabatHabitat juga dapat ikut berkontribusi melalui uluran donasi di www.habitatindonesia.org/donations/membangun-air-bersih 

(kh/av)

TH – Suparlik
ID-EN Blog

Suparlik dan Harapan yang Kembali Menyala dari Sebuah Dapur

Di sudut sebuah desa di Kabupaten Gresik, hidup seorang ibu bernama Suparlik (52) bersama anak semata wayangnya. Sejak suaminya meninggal tiga tahun lalu, hidup seolah berjalan lambat. Setiap hari ia bergulat dengan kenyataan yang mengharuskan dirinya membanting tulang sebagai buruh tani, menjajakan getuk keliling, dan membuka warung kecil di halaman rumah tua peninggalan orang tuanya. 

Bagi Suparlik, setiap rupiah yang dikumpulkan bukan sekadar uang. Itu adalah bentuk cinta untuk anaknya, yang masih duduk di bangku SMA, dan impian sederhana agar kehidupan mereka bisa tetap berjalan. 

Namun di balik semangat itu, ada sisi lain yang tak banyak orang tahu. Rumahnya yang rapuh menyimpan ketidaknyamanan yang begitu dalam. Dapur yang berlubang dimakan rayap, toilet tanpa pintu, dan dinding bambu yang nyaris runtuh, semua itu membuat malam-malam Suparlik dipenuhi rasa takut. 

“Kalau malam saya itu paling takut, Mas. Takut ada yang intip. Saking enggak beraninya, saya tahan keperluan saya ke dapur dan kamar mandi sampai pagi hari. Nangis saya, Mas,” tuturnya lirih. 

Kondisi itu tidak hanya menyiksa secara fisik, tapi juga perlahan menggerus semangat. Aktivitas paginya sering tertunda karena ia menunggu cahaya matahari, baru berani bergerak. Sering kali ia terlambat berjualan, dan warungnya pun baru buka menjelang siang. 

Di tengah perjuangan itu, ada kekhawatiran yang lebih besar yaitu masa depan anaknya sendiri. “Anak saya itu pengennya sekolah, lanjut kuliah. Ya saya bingung, kalau kuliah itu pakai uang apa?” katanya pelan, dengan mata yang berkaca-kaca. 

Suparlik mencuci piring di dapur rumah miliknya yang telah dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia di Wringinanom – Gresik (13/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Dua Belas Tahun Menanti, Perjuangan Kasemi Untuk Dapatkan Akses Air Bersih

Hingga akhirnya, harapan itu datang. Pada pertengahan 2024, Habitat for Humanity Indonesia bersama para donatur dan sukarelawan hadir di Desa Sooko, Kecamatan Wringinanom. Mereka membangun kembali rumah-rumah warga yang tak layak huni, termasuk rumah Suparlik. Dapur dan toilet yang dulu menjadi sumber ketakutan, kini telah berubah menjadi ruang yang aman dan bersih. 

“Seneng, bahagia, enggak mungkin saya bisa buat dapur seperti ini, sebagus ini. Alhamdulillah, Ibu enggak mimpi. Saya bersyukur dan berterima kasih sekali sama Habitat dan donaturnya. Ibu enggak bisa balas apa-apa,” ucap Suparlik haru. 

Sejak itu, hari-hari Suparlik berubah. Ia bisa bangun lebih pagi tanpa rasa takut, mulai berjualan getuk pukul tiga dini hari, dan warung kecilnya kini buka lebih awal. Pendapatannya pun perlahan meningkat. 

“Alhamdulillah, saya jam delapan pagi dagangan sudah habis dan bisa buka warung lebih awal. Sedikit demi sedikit ini menambah penghasilan saya dibandingkan sebelumnya,” katanya. 

Dengan perubahan itu, Suparlik kini kembali menyalakan mimpi yang sempat padam, menabung demi pendidikan anaknya. Sebuah impian yang dulu hanya bisa ia simpan diam-diam, kini mulai tampak ujung jalannya. 

Kisah Suparlik adalah cerminan bahwa rumah yang layak bukan hanya tempat tinggal, ia adalah pondasi harapan, titik tolak perubahan, dan ruang untuk tumbuh lebih baik. Habitat for Humanity Indonesia percaya bahwa setiap keluarga layak memiliki rumah yang aman, sehat, dan bermartabat. 

Potret Suparlik berjualan makanan ringan di warung miliknya yang berada di halaman depan rumah di Wringinanom – Gresik (13/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Melalui rumah, hadir rasa tenang. Dari rasa tenang, tumbuh keberanian. Dan dari keberanian itulah, masa depan bisa dibangun kembali. Mari bantu kami membuka jalan bagi lebih banyak keluarga seperti Suparlik. Wujudkan rumah layak, bangun harapan melalui www.habitatindonesia.org/donate 

(kh/av) 

Cover SWA
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia dan Sinarmas World Academy Serahkan Rumah Layak Huni di Tangerang 

Kabupaten Tangerang, 18 Maret 2025 – Habitat for Humanity Indonesia bersama Sinarmas World Academy (SWA) kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi masyarakat. Melalui program Build a Brighter Tomorrow, sebanyak 10 keluarga di Kampung Cinamprak, Desa Mauk Barat, Kabupaten Tangerang, kini memiliki rumah layak huni yang aman dan nyaman. 

Seremoni penyerahan kunci rumah dilakukan secara simbolis oleh Ketua Yayasan SWA, Deddy Djaja Ria, Program Director Habitat for Humanity Indonesia, Arwin Soelaksono, serta perwakilan pemerintah setempat, termasuk Sekretaris Camat Mauk, Ahmad Saepul Anwar, Kepala Seksi Kelembagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tangerang, Nanang Chaeroni, dan Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Tangerang untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Ahmad Suaheri. 

Dalam kesempatan tersebut, Nanang Chaeroni menyampaikan apresiasi mendalam atas kerja sama yang telah terjalin. “Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang mendalam atas upaya Habitat dan SWA dalam membangun rumah layak huni di Kampung Cinamprak ini. Inisiatif ini benar-benar membawa dampak positif bagi masyarakat,” ujarnya. 

Hal senada juga diungkapkan Ahmad Saepul Anwar. “Selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya mewakili pemerintah setempat, saya juga berharap apa yang telah diberikan oleh Habitat dan SWA di kampung ini dapat membawa manfaat jangka panjang bagi keluarga yang menerimanya,” tambahnya. 

Sementara itu, Deddy Djaja Ria menekankan bahwa program ini bukan sekadar membangun rumah, tetapi juga membangun masa depan. “Melalui kolaborasi ini, kami tidak hanya membangun rumah, tetapi juga membangun harapan dan masa depan yang lebih baik bagi para penerima manfaat. Komitmen dan dedikasi komunitas SWA dalam proyek ini mencerminkan nilai-nilai kepedulian sosial yang kami tanamkan sejak dini,” ujarnya. 

Salah satu relawan Sinarmas World Academy (SWA) mengecat rumah layak huni dalam kegiatan volunteering bertajuk Build a Brighter Tomorrow di Mauk – Kabupaten Tangerang (18/3). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Rumah Biru dan Harapan Baru untuk Keluarga Amalia

Selain penyerahan kunci rumah, acara ini juga diwarnai dengan kegiatan pengguntingan pita serta aksi sukarela dari 17 relawan SWA yang terdiri dari guru, wali murid, dan siswa. Mereka berpartisipasi dalam pengecatan dinding lima unit rumah sebagai sentuhan akhir pembangunan. 

Janice, salah satu relawan SWA, berbagi pengalamannya. “Ini adalah pengalaman ketiga saya terlibat dalam pembangunan rumah bersama Habitat. Kali ini, saya ikut dalam pengecatan rumah, dan saya merasa senang sekali karena bisa melukis atau mewarnai memberi saya kedamaian. Saya berharap apa yang saya lakukan hari ini dapat membantu keluarga di sini, dan saya akan merekomendasikan kegiatan ini kepada teman-teman sekolah saya,” katanya. 

Sebelumnya, SWA juga telah melaksanakan aksi sukarela serupa dengan melibatkan lebih dari 30 relawan yang membantu membangun pondasi serta memasang dinding rumah layak huni. Inisiatif ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan dalam mewujudkan tempat tinggal yang aman bagi masyarakat yang membutuhkan. 

Habitat for Humanity Indonesia terus mengajak komunitas muda, sekolah, dan institusi pendidikan lainnya untuk berpartisipasi dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah melalui pembangunan rumah layak huni. Setiap aksi kecil yang dilakukan bersama mampu menciptakan perubahan besar, mewujudkan harapan, dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia. 

(kh/av)

Thumbnail AWS
ID-EN Blog

Lanjutkan Kerja Sama, Habitat for Humanity Indonesia dan AWS Bangun Puskesmas Pembantu dan Ruang Kelas di Karawang

Cikarang Pusat, 13 Maret 2025 – Habitat for Humanity Indonesia kembali memperkuat kolaborasi dengan Amazon Web Services (AWS) untuk menghadirkan perubahan nyata bagi masyarakat. Tahun 2025 ini, kerja sama tersebut diwujudkan melalui pembangunan Puskesmas Pembantu di Desa Margamulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Simbolisasi kerja sama ini dilakukan dengan penyerahan secara simbolis oleh Sergio Loureiro, Vice President of Global Data Centers Operations AWS, kepada Veronica Mualana, Wakil Puskesmas Telukjambe Barat dalam acara tahunan AWS Community Collaboration Day di Cikarang Pusat – Bekasi (13/2). Acara ini turut dihadiri oleh para petinggi AWS, seperti Saji PK, Simon Tan, Winu Adiarto, Gayathri Prabhu, Jay Brennan, serta Hidayah Lubis. Selain itu, hadir pula Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman, serta perwakilan organisasi kemanusiaan lainnya, termasuk Tomy Hendrajati (Presiden Human Initiative), Romi Ardiansyah (Wakil Presiden Operasional Human Initiative), dan Sumanda Tondang (Direktur Eksekutif Rumah Energi). 

Tak hanya pembangunan Puskesmas Pembantu, kolaborasi antara AWS dan Habitat Indonesia di tahun ini juga meliputi pembangunan ruang kelas baru bagi SDN Margamulya II di desa yang sama. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan yang lebih layak bagi masyarakat setempat. 

“Kami percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan yang memadai. Dengan kerja sama AWS dan Habitat ini, kami berharap dapat membawa perubahan nyata bagi masyarakat Desa Margamulya. Ini adalah bagian dari komitmen AWS untuk terus berkontribusi dalam membangun komunitas yang lebih kuat dan berdaya,” ujar Sergio Loureiro, Vice President of Global Data Centers Operations AWS. 

Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman (kedua kiri), menjelaskan program kolaborasi bersama Amazon Web Services di acara AWS Community Collaboration Day di Cikarang Pusat – Bekasi (13/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Mengalirkan Harapan: Solusi Air Bersih untuk Masa Depan Karawang

Komitmen AWS dan Habitat Indonesia dalam mendukung sektor kesehatan dan pendidikan telah berjalan selama bertahun-tahun. Sejak 2022, AWS telah bekerja sama dengan Habitat Indonesia dalam program AWS Water Positive, yang berfokus pada penyediaan akses air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Karawang. Melalui inisiatif ini, sembilan fasilitas air bersih telah dibangun di empat desa. Di Desa Baturaden, empat titik penyaringan air kini memanfaatkan aliran irigasi Sungai Citarum, sementara di Desa Wanajaya telah dibangun satu titik penyaringan air dari irigasi Sungai Cibeet. Sedangkan, Desa Cicinde dan Desa Lemahmukti kini memiliki empat sumur bor yang menjamin pasokan air bersih bagi warga. 

Dalam bidang pendidikan, AWS dan Habitat Indonesia juga telah menghadirkan inovasi melalui program AWS Think Big Space di SMKN 1 Karawang. Program ini membuka akses bagi siswa dan guru untuk menggunakan ruang digital modern yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas teknologi canggih, seperti perangkat STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Math), 18 komputer dengan akses ke AWS Skill Builder, perangkat Amazon Echo, studio podcast, printer 3D, serta perangkat Virtual Reality (VR). 

Kemitraan antara Habitat Indonesia dan AWS telah berlangsung sejak tahun 2018, dimulai dengan respons terhadap bencana gempa dan tsunami di Palu. Seiring berjalannya waktu, kerja sama ini semakin berkembang dengan fokus utama pada peningkatan akses air bersih, sanitasi, pendidikan, serta penguatan ketahanan komunitas. 

“Kami sangat bersyukur atas kepercayaan dan dukungan dari AWS. Setiap tantangan yang diberikan justru menjadi kesempatan bagi kami untuk menciptakan solusi yang lebih baik bagi masyarakat. Dengan kemitraan ini, kami telah memberikan dampak positif bagi ribuan orang, termasuk di Kabupaten Karawang. Kami berharap kolaborasi ini terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat,” ungkap Handoko Ngadiman, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia. 

Dengan berbagai inisiatif yang telah berjalan dan yang akan datang, kolaborasi antara Habitat for Humanity Indonesia dan AWS diharapkan dapat terus membawa perubahan positif bagi masyarakat, khususnya dalam hal akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, serta infrastruktur dasar yang lebih baik. 

(kh/av)

Header_02
ID-EN Blog

Dua Belas Tahun Menanti, Perjuangan Kasemi Untuk Dapatkan Akses Air Bersih

Setiap pagi, Kasemi (56), menghela napas panjang sebelum mengangkat ember berisi air. Tangannya yang mulai renta tetap berusaha kuat, melangkah perlahan menuju rumah tetangganya. Sudah lebih dari 12 tahun ia menjalani rutinitas ini, mengambil air dari rumah pemilik kontrakan karena rumahnya sendiri tak memiliki akses air bersih.

“Setiap hari seperti ini… rasanya capek, malu juga, harus bergantung sama orang lain,” ucapnya lirih. Ia sering membayangkan bagaimana hidupnya akan lebih mudah jika memiliki air sendiri—bisa mencuci, memasak, dan bahkan sekadar mandi tanpa perlu merasa sungkan.

Kasemi dan suaminya, Sumari (65), telah menetap di Desa Sooko, Kecamatan Wringanom, Kabupaten Gresik, selama belasan tahun. Hidup mereka penuh dengan perjuangan. Sumari bekerja kuli bangunan dan buruh tani dengan penghasilan yang tak menentu. Sementara itu, Kasemi mengurus rumah tangga di tengah keterbatasan yang ada, termasuk kesulitan terbesar mereka, yaitu air bersih.

Setiap bulan, mereka harus membayar 40 ribu Rupiah untuk menggunakan air dari rumah tetangga. Namun, sumber air itu pun tak selalu bisa diandalkan. Suatu waktu, mesin pompa rusak dan mereka harus mencari air ke tempat lain. Ketika musim kemarau tiba, air semakin langka. “Banyune enggak ono (airnya tidak ada), pakainya sedikit-sedikit aja,” ratap Sumari ke Kasemi.

Kehidupan yang sudah sulit semakin terasa berat dengan beban ini. Tidak hanya merepotkan, tetapi juga mengkhawatirkan saat ada kebutuhan mendesak seperti buang air atau memasak.

Kasemi memanfaatkan akses air bersih yang telah dibangun Habitat for Humanity Indonesia di Wringinanom, Gresik (11/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Setetes Air, Sejuta Harapan: Upaya Membangun Akses Air Bersih untuk Ratusan Warga

Harapan datang saat Habitat for Humanity Indonesia membangun akses air bersih untuk lebih dari 1.500 rumah di Kecamatan Wringanom, termasuk rumah Kasemi. Kini, air bersih mengalir langsung ke rumahnya. Tidak ada lagi perjalanan bolak-balik dengan ember di tangan, tidak ada lagi rasa malu karena harus meminta air kepada orang lain.

“Sekarang saya bisa masak, mandi, dan mencuci tanpa repot. Enggak perlu takut kehabisan air atau harus ngirit-ngirit lagi,” ujar Kasemi dengan wajah lega.

Perubahan ini lebih dari sekadar mendapatkan air. Ini adalah perubahan hidup. Kini, Kasemi bahkan bisa menyiram tanaman di halaman rumahnya tanpa harus khawatir dibebankan biaya lebih untuk membayar air.

“Dulu saya harus berhitung setiap tetes air yang dipakai. Sekarang, airnya bersih dan banyak, enggak takut bengkak bayarnya karena semua gratis.” tambah Kasemi.

Akses air bersih bukan sekadar kebutuhan, tetapi hak yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Kini, Kasemi dan keluarganya bisa menjalani hidup dengan lebih nyaman, tanpa harus menanggung beban berat hanya untuk mendapatkan sesuatu yang seharusnya mudah didapatkan. Sebuah kehidupan yang lebih layak akhirnya mereka rasakan, sesuatu yang selama ini hanya bisa mereka impikan.

Masih banyak keluarga seperti Kasemi yang berjuang untuk mendapatkan akses air bersih. Anda bisa ikut membantu mewujudkan perubahan ini dengan berdonasi melalui Habitat for Humanity Indonesia. Kunjungi www.habitatindonesia.org/donate dan jadilah bagian dari solusi untuk kehidupan yang lebih layak bagi mereka yang membutuhkan.

(kh/av)

Header_01
ID-EN Blog

Rumah Biru dan Harapan Baru untuk Keluarga Amalia

Amalia menyapu halaman depan rumahnya di Mauk, Kabupaten Tangerang (21/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Sore itu, Amalia (25) menyapu halaman depan rumahnya yang kini berdiri kokoh dengan cat biru seraya membawa perasaan yang menenangkan. Sesekali ia berhenti, memandang rumah barunya dengan senyum yang tak bisa ia tahan. Hatinya masih sulit percaya—tempat yang dulu hanya ada dalam doa, kini benar-benar menjadi miliknya.

Bertahun-tahun ia menunggu momen ini. Lebih dari lima tahun ia dan keluarga kecilnya tinggal dalam rumah yang penuh sesak, berbagi ruang dengan orang tua dan kakaknya. Tidak ada privasi, tidak ada ruang yang cukup untuk sang buah hati bermain atau sekadar beristirahat dengan nyaman.

Namun, yang paling menyakitkan bukanlah soal sempitnya rumah, melainkan kondisinya yang semakin rapuh. Dinding bambu mulai keropos, atap bocor di sana-sini, dan setiap kali hujan deras datang, ia harus bersiap menghadapi genangan air di dalam rumah.

“Itu atap sudah ditambal pakai plastik sama suami saya. Lumayan sih, ada yang enggak bocor. Tapi kalau hujan deras atau angin kencang, ya was-was, Pak. Takut roboh.” kenang Amalia.

Sebagai seorang ibu, hatinya selalu dipenuhi kecemasan. Bukan hanya tentang rumah, tetapi juga tentang masa depan anaknya yang masih kecil. “Jujur saya sedih, Pak. Saya kepikiran terus, gimana nanti anak saya? Masa depan dia? Saya ingin dia tumbuh di tempat yang lebih baik, tapi rasanya sulit sekali buat kami.” tambah Amalia.

Amalia (kiri) bersama suaminya, Darul (kanan), dan putranya (tengah) berkumpul dan bermain di halaman depan rumahnya di Mauk, Kabupaten Tangerang (21/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Kado Terindah di Tahun Baru: Rumah Layak Penuh Harapan

Titik terang akhirnya datang. Habitat for Humanity Indonesia membangun sebuah rumah baru tepat di sebelah rumah lama mereka. Kini, Amalia dan keluarganya bisa memiliki rumah sendiri—tempat yang benar-benar mereka sebut sebagai ‘rumah’.

“Alhamdulillah, saya enggak bisa berkata-kata, Pak. Rumah ini lebih dari sekadar layak. Jauh lebih nyaman, enggak ada lagi bocor, anak saya juga tidurnya nyenyak banget,” ucap Amalia penuh rasa syukur.

Kini, ia merasa beban berat di pundaknya perlahan menghilang. Tak ada lagi rasa khawatir saat hujan turun, tak ada lagi ketakutan akan atap yang roboh. “Sekarang saya lebih tenang momong anak. Saya bisa ajari dia banyak hal tanpa kepikiran keadaan rumah. Saya lebih percaya diri, Pak,” tambahnya.

Seminggu setelah rumah baru mereka berdiri, Darul membangunkan sebuah dapur kecil untuk Amalia. Ia ingin sang istri bisa memasak dengan nyaman, menyiapkan hidangan penuh kasih untuk keluarga kecil mereka.

Darul yang bekerja sebagai kuli bangunan pun semakin giat mencari pekerjaan tambahan dengan membagi waktunya sebagai buruh tani, demi mempunyai tabungan untuk sang buah hati bisa sekolah dengan layak di masa mendatang.

“Rumah buat saya bukan cuma tempat berteduh, tapi tempat saya menemukan jati diri sebagai seorang ibu, tempat saya membangun kehidupan keluarga yang lebih baik.” tutup Amalia dengan senyum penuh harapan.

Mari bersama-sama wujudkan hunian layak bagi jutaan keluarga di Indonesia yang masih berjuang untuk tempat tinggal yang aman dan nyaman. Setiap langkah kecil dari #SahabatHabitat adalah harapan besar bagi mereka, memberikan kesempatan untuk hidup lebih baik dan bermartabat. Donasi sekarang dan jadi bagian dari perubahan: www.habitatindonesia.org/donate

(kh/av)

Cover 01-03
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia dan Bupati Kabupaten Tangerang Meletakkan Batu Pertama Revitalisasi Kampung Tanjung Kait

Babak baru warga Tanjung Kait berdaya, Habitat for Humanity Indonesia bersama berbagai pihak mendorong kepemilikan tanah dan rumah aman untuk 110 keluarga.

Bupati Tangerang, Moch Maesyal Rasyid, meletakkan batu pertama program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Desa Tanjung Anom – Tangerang (5/3). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Tanjung Anom, Kabupaten Tangerang (5/3)– Babak baru harapan dan transformasi dimulai hari ini di Kampung Tanjung Kait, sebuah wilayah pesisir di Desa Tanjung Anom, saat Habitat for Humanity Indonesia, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang, mengadakan seremoni peletakan batu pertama untuk revitalisasi kampung tersebut. Acara yang dihadiri oleh Bupati Tangerang ini menandai tonggak penting dalam upaya meningkatkan kondisi kehidupan 110 keluarga nelayan berpenghasilan rendah.

Kampung Tanjung Kait, yang terletak di sepanjang garis pantai yang indah, telah lama menjadi rumah bagi beberapa generasi nelayan dan keluarga mereka. Namun, masyarakat Kampung Tanjung Kait menghadapi berbagai tantangan, termasuk rumah tidak layak huni, sanitasi buruk, akses terhadap air bersih, ketidaksetaraan sosial ekonomi, dan ancaman bencana alam yang terus-menerus. Mayoritas penduduk, yang bergantung pada perikanan dan pekerjaan sektor informal, berjuang dengan keterbatasan keuangan dan ketidakpastian kepemilikan tanah.

Menyadari kebutuhan mendesak untuk intervensi, Habitat for Humanity Indonesia memulai diskusi PASSA (Pendekatan Partisipatif untuk Kesadaran Tempat Tinggal Aman) sejak Agustus 2023. Proses kolaboratif ini, yang melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya, berfokus pada penguatan kapasitas, mempromosikan kemandirian, meningkatkan perlindungan, dan menangani permasalahan sosial ekonomi di masyarakat. Setelah melalui proses panjang, Habitat for Humanity Indoensia menghasilkan rencana yang nyata, meliputi: 

  • Pembuatan Rencana Tapak Partisipatif: Upaya kolaboratif yang melibatkan semua pemangku kepentingan untuk mendukung pengembangan kawasan pesisir dan program pariwisata lokal. 
  • Akses Kepemilikan Tanah: Memfasilitasi skema keuangan yang lebih mudah bagi keluarga nelayan berpenghasilan rendah untuk mengamankan kepemilikan tanah, bekerja sama dengan Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA), yang menyediakan akses pinjaman kepada 110 keluarga pada Agustus 2024. Upacara Serah Terima Akta Jual Beli dilaksanakan pada Desember 2024. 
  • Pembangunan 110 Unit Perumahan Layak Huni: Merancang dan membangun rumah yang sehat dan tahan bencana untuk menyediakan ruang hidup yang aman dan terjamin. 
Seorang warga melintasi deretan rumah yang telah dirobohkan untuk penataan kawasan dalam program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Desa Tanjung Anom, Kabupaten Tangerang (5/3). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Sejarah Baru Dimulai: Revitalisasi Kampung Tanjung Kait Demi 110 Keluarga Dapatkan Kepemilikan Tanah dan Rumah Layak Huni

“Kegiatan hari ini menandakan lebih dari sekadar peletakan batu; ini mewakili fondasi untuk masa depan yang lebih cerah bagi warga Kampung Tanjung Kait,” kata Arwin Soelaksono, Program Director Habitat for Humanity Indonesia. “Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan berdampak.” 

Untuk memastikan transparansi dan partisipasi aktif, Habitat for Humanity Indonesia memfasilitasi diskusi ekstensif dengan warga mengenai proyek revitalisasi, yang mencakup prosedur pembongkaran, tahap konstruksi, dan alokasi rumah. Pendekatan kolaboratif ini memastikan bahwa setiap warga memiliki pemahaman yang jelas tentang proses dan rasa kepemilikan di komunitas baru mereka. 

“Revitalisasi Kampung Tanjung Kait adalah bukti komitmen kami untuk meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh warga Kabupaten Tangerang,” kata Bupati Tangerang, Moch Maesyal Rasyid. “Kami berterima kasih atas kemitraan dengan Habitat for Humanity Indonesia dan menantikan dampak positif yang akan diberikan proyek ini kepada masyarakat.” 

Tahun 2025 menandai awal yang baru penuh harapan bagi ratusan keluarga di Tanjung Kait. Lebih dari sekadar rumah, mereka kini memiliki tempat yang layak dan aman untuk disebut rumah—tempat yang menawarkan kehangatan, keamanan, dan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Ini bukan hanya tentang struktur fisik; ini tentang memulihkan martabat, menghidupkan kembali impian, dan mewujudkan harapan. 

(av/kh)

Cover 04-02
ID-EN Blog

Sejarah Baru Dimulai: Revitalisasi Kampung Tanjung Kait Demi 110 Keluarga Dapatkan Kepemilikan Tanah dan Rumah Layak Huni

Sejumlah warga terlibat dalam kegiatan gotong-royong meratakan hunian mereka untuk dibangun rumah layak huni baru dalam program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Mauk, Kabupaten Tangerang (27/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Kamis, 27 Februari 2025, mentari pagi menyapa Kampung Tanjung Kait dengan sinar yang berbeda. Hari itu, suasana di Desa Tanjung Anom, Mauk, Kabupaten Tangerang, terasa lebih hidup. Bukan karena hiruk-pikuk tempat pelelangan ikan atau suara kapal nelayan yang biasa terdengar, melainkan karena ada semangat baru yang mengalir di setiap sudut kampung.

Sejak pagi, puluhan warga berkumpul, bukan untuk sekadar berbincang atau menjalani rutinitas biasa, tetapi untuk bergotong-royong. Mereka menurunkan genteng, merobohkan dinding, dan merapikan puing-puing rumah yang telah bertahun-tahun mereka huni. Tak ada wajah muram atau kesedihan di sana, hanya ada antusiasme dan kebersamaan. Rumah-rumah lama itu memang akan dirobohkan, tapi di tempat yang sama akan berdiri hunian baru—lebih layak, lebih nyaman, dan lebih bermartabat. 

“Ya, Ibu mah engga ada perasaan sedih sama sekali, Pak. Ibu malah seneng banget bisa terlibat dalam kegiatan gotong-royong ini. Ibu enggak sabar nanti rumah barunya bisa cepet jadi, Ibu kepengen punya kehidupan yang lebih layak,” ujar Komariyah sambil sibuk menyiapkan gorengan untuk para warga yang bekerja. 

“Rasanya seperti mimpi, Pak! Tapi ternyata ini benar-benar terjadi—Habitat membangun rumah yang layak untuk kami,” ujar Amah dengan wajah penuh syukur sambil sibuk memindahkan perabotan. “Akhirnya, Ibu punya tempat tinggal yang nyaman dan aman untuk anak-anak tumbuh besar nanti.” tambahnya. 

Selama puluhan tahun lamanya, lebih dari seratus warga Kampung Tanjung Kait hidup dalam ketidakpastian. Mereka tidak hanya berjuang dengan kondisi rumah yang tidak layak huni, tetapi juga menghadapi permasalahan hak kepemilikan tanah. Status mereka selalu menggantung, membuat mereka hidup dalam bayang-bayang kekhawatiran. 

Sejumlah warga melihat denah rumah dan desain program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Mauk, Kabupaten Tangerang (22/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Foto: Membangun Pemukiman yang Sehat dan Inklusif

Namun, melalui program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait, Habitat for Humanity Indonesia bersama berbagai pihak melangkah untuk membawa perubahan nyata. Tidak hanya sekadar membangun rumah, program ini juga menghadirkan kepastian bagi para warga. Sejak akhir tahun 2024, ratusan warga telah menerima sertifikat tanah yang sah, berkat kerja sama dengan Koperasi Mitra Dhuafa (Komida). Kini, mereka tidak hanya memiliki rumah, tetapi juga hak yang jelas atas tanah yang mereka tinggali. 

Tidak berhenti di situ, ratusan warga juga mendapatkan bantuan uang sewa kontrakan untuk tempat tinggal sementara selama proses pembangunan berlangsung. Pemerintah Kabupaten Tangerang turut berperan dengan menyediakan kendaraan alat berat untuk mempercepat pembongkaran serta pembangunan fasilitas umum yang mendukung kehidupan warga. Infrastruktur pendukung bagi para nelayan serta turab untuk mencegah abrasi juga masuk dalam rencana besar revitalisasi ini. 

Sebagai bagian dari transparansi dan keterlibatan warga, Habitat for Humanity Indonesia juga memfasilitasi diskusi bersama seluruh warga mengenai proyek revitalisasi ini. Diskusi tersebut mencakup prosedur pembongkaran, tahapan pembangunan, hingga penempatan penduduk dalam bentuk denah yang telah didesain sesuai dengan keputusan bersama berbagai pihak. Dengan demikian, setiap warga memiliki pemahaman yang jelas mengenai proses yang akan dijalani serta mendapatkan berpartisipasi secara langsung pada pembangunan tempat tinggal mereka di masa depan. 

Tahun 2025 menjadi awal yang penuh harapan bagi ratusan keluarga di Tanjung Kait. Lebih dari sekadar rumah, mereka kini memiliki tempat yang layak untuk kembali, tempat yang memberi kehangatan, keamanan, dan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Ini bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi juga tentang martabat yang dipulihkan, mimpi yang kembali hidup, dan harapan yang kini nyata di depan mata. 

Sejumlah warga terlibat dalam kegiatan gotong-royong merobohkan rumah lama mereka untuk dibangun rumah layak huni baru dalam program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Mauk, Kabupaten Tangerang (27/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Mari bersama kita doakan agar program ini berjalan dengan lancar dan segera memberikan manfaat nyata bagi seratus keluarga yang tinggal di Kampung Tanjung Kait. 

(kh/av)