Karawang, 24 Oktober 2024 – Amazon Web Services (AWS) bekerja sama dengan Habitat for Humanity Indonesia resmikan Think Big Space (TBS) di SMK Negeri 1 Karawang.
Seremoni peresmian ditandai dengan pemotongan pita oleh Pj Gubernur Jawa Barat, Bapak Bey Machmudin, Pjs Bupati Karawang, Bapak Teppy Wawan Dharmawan, Plh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Bapak Bambang Tirtoyuliono, Country Manager AWS Data Center Indonesia, Bapak Winu Adiarto, dan Chief Financial Officer Habitat for Humanity Indonesia, Bapak Christian Khorigin, pada Kamis, 26 Oktober 2024.
Menggandeng Habitat for Humanity Indonesia sebagai mitra nirlaba, AWS membangun ruang digital yang dilengkapi dengan beragam fasilitas modern, di antaranya perangkat STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Math), 18 komputer dengan akses gratis ke AWS Skill Builder sebagai pusat pembelajaran online, perangkat Amazon Echo, studio podcast, printer 3D, dan set Virtual Reality.
AWS Think Big Space dirancang untuk menciptakan ruang belajar yang melampaui kelas konvensional, di mana siswa dapat mengasah keterampilan STEAM dan mengembangkan inovasi melalui pendekatan langsung dalam menghadapi tantangan dunia nyata.
Dalam sambutannya, Bapak Winu Adiarto menyampaikan bahwa TBS di SMKN 1 Karawang merupakan yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara, diharapkan dapat memperluas wawasan siswa di bidang teknologi serta membekali mereka dengan keterampilan digital yang relevan. “TBS ini adalah ruang khusus bagi siswa, pendidik, dan komunitas untuk mengeksplorasi ide-ide terkait STEAM melalui pendidikan teknis dan pelatihan cloud computing yang interaktif,” ujar Winu Adiarto.
Think Big Space di SMKN 1 Karawang akan menyelenggarakan berbagai sesi pelatihan STEAM, seperti pemrograman, kecerdasan buatan (AI), robotika, dan otomatisasi, dengan sasaran siswa kelas 10 hingga 12. Selain itu, AWS akan menggunakan ruangan ini sebagai pusat pelatihan untuk program seperti Skilled in the Cloud, yang menawarkan pelatihan cloud, lokakarya digital, dan kelas coding.
Pj Gubernur Jawa Barat, Bapak Bey Machmudin, mengapresiasi inisiatif ini sebagai solusi bagi tantangan link and match antara pendidikan dan industri. “Kami percaya pada kekuatan pendidikan dan teknologi dalam membuka potensi sumber daya manusia. Dengan kehadiran TBS, kami semakin siap memberdayakan pelajar di Jawa Barat dan Indonesia untuk masa depan digital,” katanya.
Winu Adiarto kembali menyampaikan bahwa ke depannya TBS ini tidak hanya akan terbatas di lingkungan sekolah, namun juga akan diperluas ke sarana publik sesuai dengan kebutuhan komunitas sekitarnya. “Think Big Space ini diharapkan dapat membangun kapabilitas teknis generasi muda, khususnya mengingat 70 persen penduduk Indonesia berusia 14-47 tahun. Ini adalah potensi besar yang harus dimanfaatkan secara positif,” ujarnya.
Melalui peluncuran program ini, AWS dan Habitat for Humanity Indonesia berharap SMK di Jawa Barat dapat terus berinovasi, menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar global, serta menjadi penggerak dalam perkembangan industri dan ekonomi di Indonesia.
Habitat for Humanity Indonesia mengajak lebih dari 700 orang relawan untuk membangun 71 rumah baru bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menanam lebih dari 450 pohon di Tangerang, Gresik, dan Batam dalam aksi peduli lingkungan.
Jakarta, 26 Oktober 2024 – Menyambut Hari Sumpah Pemuda, Habitat for Humanity Indonesia kembali menggelar 28UILD 2024—sebuah kegiatan volunteer akbar yang yang melibatkan para generasi muda Indonesia untuk membangun rumah layak huni bagi keluarga yang membutuhkan.
Tahun ini, lebih dari 700 relawan beraksi serentak di tiga kota, yaitu Tangerang, Gresik, dan Batam pada 26 Oktober 2024, untuk membangun dan mengecat rumah layak huni bagi keluarga yang membutuhkan. Tak hanya itu, untuk pertama kalinya para relawan juga diajak menanam pohon, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan bumi kita. Sebanyak total 71 rumah baru dibangun dan lebih dari 450 pohon ditanam di ketiga kota tersebut.
Sejak dimulai pada tahun 2012, 28UILD telah terlaksana sebanyak 11 kali dan berhasil menggerakkan lebih dari 5.700 relawan dari berbagai kota di Indonesia. Tahun ini, kegiatan 28UILD semakin istimewa dengan dukungan dari figur publik yang menginspirasi seperti Daniel Mananta, Joanna Alexandra, Nadia Tjoa, Han Chandra, Nathan Khubani, dan Kurnia Hidayat, yang turut membangun rumah dan menyuarakan pentingnya aksi peduli lingkungan.
“Kami berharap dapat memperlihatkan bahwa pemuda punya peran besar dalam membangun Indonesia, baik secara sosial maupun lingkungan,” ujar Handoko Ngadiman, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia. “Melalui 28UILD, kita bersama-sama menciptakan perubahan positif—tidak hanya dengan membangun rumah, tapi juga dengan menjaga lingkungan. Generasi muda adalah pilar penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik.”
Daniel Mananta, aktor serta pembawa acara ternama Indonesia yang telah mendukung gerakan ini selama bertahun-tahun juga menceritakan pengalamannya, “Gue bersyukur banget bisa diundang setiap tahunnya oleh Habitat untuk berpartisipasi di acara 28UILD ini. Setiap tahun gue ketemu dengan keluarga-keluarga baru yang rumahnya itu kita renovasikan buat mereka. Gue juga merasa sangat termotivasi melihat perubahan besar yang terjadi pada semua keluarga yang kita bantu. Dari rumah yang sebelumnya tidak layak huni, sekarang mereka punya tempat tinggal yang lebih nyaman dan sehat.”
Bukan hanya membangun rumah, Daniel juga mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan upaya kita bersama untuk membangun harapan baru. “Dari mereka yang tadinya mungkin mempunyai cita-cita sama seperti orang tuanya, tapi dengan rumah yang lebih layak lagi mereka bisa mempunyai cita-cita dan impian yang jauh lebih tinggi lagi daripada orang tuanya,” ungkap Daniel.
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir ini, semakin banyak anak muda Indonesia yang terjun dalam kegiatan sosial. Habitat for Humanity Indonesia menyediakan wadah inspiratif bagi mereka melalui Habitat Young Star—program yang memungkinkan para pemuda berkreasi dan berinovasi dalam proyek-proyek yang memberikan dampak positif bagi komunitas. Tahun ini, dua pemuda, Denzel Setiawan dan Kirana Ratomo, turut mewujudkan proyek mereka dalam membangun taman bermain untuk anak-anak setempat.
Kirana Ratomo berbagi kisah mengenai inspirasinya dalam memanfaatkan limbah ban bekas untuk membangun fasilitas bermain dan menggambar mural berwarna cerah di dinding taman. “Saya ingin menciptakan ruang yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak, sambil menunjukkan bahwa dengan sedikit kreativitas, kita bisa mengubah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan indah,” ujar Kirana.
Tak lupa, Denzel Setiawan, juga berhasil mengolah limbah kerang di sekitar Mauk, Kab. Tangerang menjadi mortar dengan proyek uji coba berupa renovasi lapangan bulu tangkis di Desa Marga Mulya yang akan digunakan oleh warga setempat. “Saya senang sekali bisa berkontribusi dalam 28UILD dengan memanfaatkan limbah kerang menjadi sesuatu yang berguna, yaitu campuran bahan bangunan mortar. Ini menunjukkan bahwa banyak hal di sekitar kita, yang tadinya hanya dianggap sampah, bisa diolah menjadi solusi,” kata Denzel Setiawan.
Habitat for Humanity Indonesia berharap kegiatan 28UILD dapat terus menjadi momentum untuk menyatukan semangat pemuda Indonesia dalam membantu sesama. Ke depan, diharapkan semakin banyak pemuda yang tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial semacam ini. Dengan gotong royong dan aksi nyata, Habitat for Humanity Indonesia percaya bahwa bersama-sama, generasi muda dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan.
Habitat for Humanity Indonesia bersama Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Republik Federal Jerman (BMZ), menginisiasi Pelatihan Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK), dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi 600 tenaga konstruksi di wilayah Provinsi Banten.
Sejumlah peserta Pelatihan SKK & K3 yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia bersama Pemerintah Jerman menerima sertifikat kompetensi kerja di Mauk, Kabupaten Tangerang (11/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian
Lebih dari tiga dekade bekerja sebagai tukang bangunan, Sugiyono, pria asal Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, tak pernah membayangkan akan memiliki sertifikat resmi yang mengakui keahliannya.
Tangannya yang selama ini menyusun batu bata dan semen, kini menggenggam selembar sertifikat, simbol pengakuan resmi atas keterampilan yang telah ia asah puluhan tahun.
“Tiga puluh tahun saya bekerja sebagai tukang, baru kali ini keahlian saya diakui dan mendapat sertifikat,” ujar Sugiyono saat ditemui setelah mengikuti pelatihan Unit Kompetensi Pasang Dinding.
Sementara itu, Muflikan, tukang asal Desa Marga Mulya yang juga mengikuti pelatihan, mengungkapkan kegembiraan serupa.
“Akhirnya saya punya legalitas yang sah, saya menunggu momen ini setelah dua puluh lima tahun bekerja di bangunan. Beda dengan dulu, sekarang ini agak sulit bagi saya mencari pekerjaan. Setiap kali melamar ke mandor, kontraktor, atau bahkan langsung ke pemilik rumah, selalu saja ditanya, punya sertifikat atau enggak,” ujarnya.
Kondisi ini tak hanya dirasakan oleh Sugiyono dan Muflikan. Di dunia konstruksi yang semakin berkembang, tuntutan untuk memiliki sertifikat kompetensi kerja semakin tinggi. Dari 8,3 juta tenaga kerja konstruksi di Indonesia, hanya 7,4% atau sekitar 616.000 yang memiliki sertifikat (BPS, 2018). Angka yang jauh dari cukup untuk memenuhi standar industri yang semakin menuntut legalitas formal di tengah persaingan yang ketat.
600 Tenaga Konstruksi Tersertifikasi
Melihat kesenjangan ini, Habitat for Humanity Indonesia bersama Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Republik Federal Jerman (BMZ), menggagas program pelatihan Sertifikasi Kompetensi Kerja (SKK) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Kegiatan Pelatihan SKK & K3 untuk 600 tenaga konstruksi yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah Jerman di Kosambi, Kabupaten Tangerang (3/10). Foto: HFHI/Radhitya Yoga
Pelatihan ini bertujuan untuk membantu para pekerja bangunan seperti Sugiyono dan Muflikan mendapatkan sertifikat resmi yang diakui secara nasional. Pelatihan ini diadakan di Balai Latihan Kerja Cipondoh, Kota Tangerang, dan Balai Latihan Kerja Kosambi, Kabupaten Tangerang, yang menyasar lebih dari 600 tenaga kerja konstruksi.
Program ini dibagi menjadi tiga tahap pelatihan. Tahap pertama diikuti oleh 210 tukang yang telah diselenggarakan pada 20-30 September 2023, disusul oleh 240 tukang pada tahap kedua yang digelar pada 20-30 Maret 2024, dan 150 tukang pada tahap ketiga yang baru saja dilakukan pada 3-12 Oktober 2024 lalu.
Selama 10 hari, para peserta dibekali dengan pengetahuan praktis dan teknis sesuai dengan unit kompetensi yang berbeda-beda. Mulai dari Unit Kompetensi Pipa, Atap Baja Ringan, Cat, Pasang Ubin, Keramik, Marmer dan Teraso, hingga Pasang Dinding, semua pelatihan disesuaikan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Konstruksi.
Sejumlah peserta mengikuti kelas unit kompetensi pasang dinding dalam Pelatihan SKK & K3 yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah Jerman di Kosambi, Kabupaten Tangerang (4/10). Foto: HFHI/Radhitya Yoga
Bagi Abdul Aziz, tukang yang mengikuti Unit Kompetensi Cat, pengalaman ini membawa angin segar. “Banyak ilmu baru yang saya dapatkan. Saya diajari praktik yang lebih baik dan efisien. Tak hanya itu, pada akhirnya saya bisa mendapatkan sertifikat yang dapat saya bawa saat melamar pekerjaan nanti,” kata Abdul.
Selama pelatihan, peserta tak hanya mendapatkan pelatihan teknis, tetapi juga diuji oleh asesor dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) di hari terakhir. Para asesor ini menilai kelayakan peserta untuk mendapatkan sertifikat berdasarkan standar yang berlaku.
Salah satu asesor, Bambang, mengatakan bahwa program ini memberikan pengaruh signifikan bagi para tukang. “Sertifikasi ini sangat penting karena tukang juga harus memiliki bukti resmi yang mengakui keahlian mereka. Dari pengamatan saya, para peserta terlihat lebih percaya diri setelah mengikuti program ini,” ujar Bambang.
Sejumlah peserta mengikuti kelas unit kompetensi pasang ubin, keramik, marmer & teraso dalam Pelatihan SKK & K3 yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah Jerman di Cipondoh, Kota Tangerang (4/10). Foto: HFHI/Budi Aryanto
Tirta Mustika Ratih, Ketua Tim Kegiatan Pembinaan Jasa Konstruksi Bidang Kawasan Permukiman Dinas Perumahan, Pemukiman, dan Pertanahan Kota Tangerang, turut menggarisbawahi pentingnya sertifikat ini. “Sertifikat ini adalah amanat undang-undang. Pemerintah memiliki kewajiban memastikan semua tenaga konstruksi memiliki sertifikat. Sertifikat ini memberikan mereka izin untuk bekerja dan berlaku hingga lima tahun ke depan,” jelas Tirta.
Dengan sertifikat di tangan, banyak peserta merasa lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan di dunia kerja. Ali Anwar, seorang tukang yang mengikuti Unit Kompetensi Atap Baja Ringan, mengaku bahwa sertifikasi ini memberinya harapan baru. “Sekarang saya merasa lebih percaya diri dan siap mencari pekerjaan yang lebih baik. Sertifikat ini menjadi modal besar untuk meyakinkan calon pemberi kerja,” ungkap Ali.
Salah satu peserta berfoto bersama sertifikat miliknya setelah mengikut Pelatihan SKK & K3 yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah Jerman di Mauk, Kabupaten Tangerang (11/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian
Dukungan Multipihak
Program ini tentunya tidak terlepas dari dukungan sejumlah pihak seperti PT Mowilex Indonesia, PT Wavin Indonesia, PT Tata Metal Lestari, PT Tatalogam Lestari, PT Mortar Utama (Saint-Gobain), dan PT Etex Building Performance Indonesia. Dukungan mereka dalam bentuk bantuan finansial, material, dan tenaga pelatih memungkinkan terlaksananya program ini dengan baik.
Dengan dukungan dari Pemerintah Jerman, Habitat for Humanity Jerman, Habitat for Humanity Indonesia, dan perusahaan-perusahaan ini tidak hanya mengupayakan mengembangkan kapasitas tenaga kerja, tetapi juga merupakan bagian dari komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Habitat for Humanity Indonesia, yang selama ini dikenal lewat program pembangunan rumah layak huni, kini memperluas dampaknya dengan membantu para pekerja bangunan mendapatkan pengakuan yang layak.
Melalui program ini, Sugiyono, Muflikan, dan ratusan tukang lainnya sekarang memiliki peluang yang lebih baik untuk bersaing di dunia kerja, mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. “Ini bukan sekadar tentang mendapatkan sertifikat, tapi tentang masa depan yang lebih cerah bagi kami semua,” tutup Sugiyono.
Tepat pukul 5 sore, sinar matahari mulai memudar ketika Unang (47) kembali ke rumahnya setelah seharian bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu tempat rekreasi di Babakan Madang, Kabupaten Bogor.
Namun, kepulangannya ini terasa berbeda jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Ada kehangatan yang menyelimuti dirinya, sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Potret Unang berdiri di depan pintu rumahnya yang telah layak huni di Babakan Madang, Kabupaten Bogor (4/10). Foto: HFHI/ Kevin Herbian
Kala itu, Unang bersama istrinya, Aros (47), dan ketiga anaknya, hidup dalam kepungan dinding bambu yang telah lapuk dimakan usia. Setiap sudut rumahnya menyimpan pilu; atap yang bocor dan lantai yang becek setiap kali hujan deras mengguyur.
Tak jarang mereka juga sering berbagi tempat dengan rayap, tikus, hingga ular yang menerobos masuk ke dalam rumah.
“Penghasilan saya selalu habis buat memperbaiki rumah. Menambal genteng, mengganti bilik, semua itu selalu jadi pengeluaran rutin setiap bulannya.” kenang Unang.
Kondisi rumah tak layak huni milik Unang saat sebelum direnovasi oleh Habitat for Humanity Indonesia di Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Foto: HFHI/ Muhammad Farhan
“Ibu selalu bilang, ‘Duh, gimana ya caranya bisa bangun rumah yang bagus?’, Bapak bingung ditanya begitu, enggak bisa berbuat apa-apa. Gaji saya cuma cukup buat makan sehari-hari.” tambah Unang.
Setiap kali malam tiba, kecemasan selalu menyelimuti pikiran Unang. Rumah yang seharusnya menjadi tempat istirahat setelah lelah bekerja, justru menjadi sumber kegelisahan. Beban ini terus menumpuk, seolah tak ada ujungnya. Hingga akhirnya, datanglah harapan yang tak pernah diduga sebelumnya.
Bersama para sponsor, mitra, dan relawan, Habitat for Humanity Indonesia hadir membawa perubahan besar bagi hidup Unang dan keluarganya. Sebuah inisiatif penuh kasih yang tidak hanya membangun rumah, tetapi juga membangun kembali harapan.
“Bapak sempat terdiam waktu pertama kali lihat rumah ini. Enggak bisa berkata apa-apa, Bapak cuma bisa bersyukur.” tutur Unang.
Kini, Unang tidak lagi harus khawatir tentang atap yang bocor atau dinding yang usang. Penghasilannya bisa ia sisihkan untuk hal-hal lain yang lebih penting—membangun dapur, menabung untuk masa depan anak-anaknya, bahkan memikirkan pendidikan mereka hingga perguruan tinggi.
“Rumah itu kehidupan bagi saya, tempat di mana segalanya dimulai.” tutup Unang.
Unang saat berada di dalam rumah layak huni miliknya yang telah di renovasi oleh Habitat for Humanity Indonesia di Babakan Madang, Kabupaten Bogor (4/10). Foto: HFHI/Kevin Herbian
Anda dapat turut serta dalam menghadirkan perubahan bagi keluarga-keluarga seperti Unang. Melalui kepedulian Anda, lebih banyak rumah yang dapat dibangun untuk memberikan tempat berlindung yang aman dan layak bagi keluarga yang membutuhkan.
Kunjungi www.habitatindonesia.org/donate untuk berdonasi dan menjadi bagian dari misi perubahan kami menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Yogyakarta, 12 Oktober 2024 – Habitat for Humanity Indonesia diakui atas kontribusi luar biasa dalam pembangunan perumahan di Indonesia, menerima penghargaan bergengsi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) selama perayaan Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Bapak Iwan Suprijanto, kepada Project Coordinator Habitat for Humanity Indonesia, Bapak Herawan Surandriyo, dan disaksikan oleh Menteri PUPR, Bapak Basuki Hadimuljono.
Pengakuan ini merupakan penghargaan atas peran penting Habitat for Humanity Indonesia sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan perumahan. Dedikasi dan komitmen organisasi untuk menyediakan perumahan yang layak dan terjangkau telah berdampak positif pada kehidupan ratusan ribu keluarga di seluruh negeri.
“Pada kesempatan ini, KemenPUPR memberikan apresiasi kepada mitra-mitra kami yang telah membantu mewujudkan hunian yang layak dan berkelanjutan. Saya sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, dan kiranya kedepan kolaborasi ini dapat terus berlanjut lebih masif lagi, lebih baik lagi,” ujar Iwan Suprijanto.
Habitat for Humanity Indonesia terima penghargaan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam acara puncak Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (12/10). Foto: KemenPUPR
Selama lebih dari 27 tahun, Habitat for Humanity Indonesia telah berperan aktif dalam membantu pemerintah mengurangi jumlah keluarga yang tinggal di rumah tidak layak huni.
Dengan membangun lebih dari 39.000 rumah layak huni di seluruh Indonesia, Habitat Indonesia telah berkontribusi besar dalam meningkatkan kualitas hidup lebih dari 206.000 orang.
Habitat for Humanity Indonesia juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada para donatur, sukarelawan, dan mitra yang selama ini mendukung visi-misi organisasi. Habitat Indonesia akan terus berkomitmen mewujudkan dunia dimana setiap keluarga berhak memiliki hunian yang layak.
Gunungkidul, 23 September 2024 – Habitat for Humanity Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya melaksanakan kegiatan kick-off kolaborasi dengan tema “GUMREGAH TENAN (Gerakan Untuk Membangun Rumah Sehat, Berdaya Guna Secara Terintegrasi dan Kolaboratif Melalui Aksi Nyata)” di Kabupaten Gunungkidul pada Senin, 23 September 2024.
Hal ini didorong dalam upaya mewujudkan komitmen pemerintah Indonesia untuk mengatasi kemiskinan ekstrem dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di bidang perumahan dan kawasan permukiman. Kegiatan kick-off pun dilaksanakan sebagai langkah awal dalam mewujudkan sinergi antar lembaga untuk membangun kawasan permukiman yang layak huni, tangguh dan berkelanjutan.
Masih adanya tantangan dalam penanganan perumahan dan kawasan permukiman yang bersifat sektoral dan sporadis menjadi latar belakang inisiasi program “GUMREGAH TENAN”. Dilihat dari pendekatan holistik, permasalahan perumahan merupakan isu kompleks yang membutuhkan integrasi dan kolaborasi.
Melalui program ini, diharapkan dapat tercipta kawasan permukiman yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga mampu meningkatkan kualitas hidup dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, termasuk di dalamnya:
Perumahan, pembangunan rumah yang layak huni dan terjangkau;
Sanitasi, penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai;
Air Bersih, peningkatan akses terhadap air bersih;
Kesehatan, penyediaan pendukung fasilitas kesehatan yang memadai.
Sebagai organisasi non-profit yang berfokus pada pembangunan rumah layak huni untuk masyarakat berpenghasilan rendah, Habitat for Humanity Indonesia menyadari kerja sama multipihak berperan sangat signifikan.
Kolaborasi “GUMREGAH TENAN” yang bertujuan untuk penanganan permukiman ini pun melibatkan unsur pemerintah pusat diwakili dari Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Jawa III Kementerian PUPR, unsur pemerintah D.I. Yogyakarta (Paniradya Kaistimewaan, DPUPESDM DIY), unsur pemerintah kabupaten (Bappeda, DPUPRKP, DINSOS, DPMKP2KB), unsur akademisi (Universitas Widya Mataram, Universitas Gajah Mada, Universitas Teknologi Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Gunungkidul), dan Habitat for Humanity Indonesia mewakili unsur lembaga non-pemerintah atau NGO.
Kick-off kolaborasi multipihak “GUMREGAH TENAN” (Gerakan Untuk Membangun Rumah Sehat, Berdaya Guna Secara Terintegrasi dan Kolaboratif Melalui Aksi Nyata) di Kabupaten Gunungkidul (23/9). Foto: Dok Istimewa
Dalam program ini, Habitat for Humanity Indonesia berperan aktif merancang dan melaksanakan berbagai program pembangunan yang menyeluruh dan berkelanjutan melalui kerja sama dengan multi pihak. Adapun rancangan pembangunan yang dimaksud, di antaranya:
Merealisasikan pembangunan 5 unit rumah layak huni, 30 unit toilet keluarga, 1 buah posyandu di wilayah Kalurahan Kedungkeris, Nglipar. Selain itu, juga ada program pelatihan Membangun Kembali Rumah yang Aman dan Pola Hidup Bersih dan Sehat dan Penguatan kader Pos Yandu serta pengetahuan bagi masyarakat.
Membangun 4 unit rumah percontohan yang beradaptasi iklim dan pembangunan fasilitas air bersih bagi 200 Sambungan Rumah (SR) di Kalurahan Wunung Kapanewon Wonosari serta pelatihan pengelolaan air dan pelatihan “Membangun Kembali Rumah yang Aman”.
Mengalokasikan dukungan dana komplementer dengan dana Program BSPS untuk pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) sebanyak 109 unit rumah yang tersebar di tiga Kapanewon yaitu Nglipar, Playen dan Patuk di Kabupaten Gunungkidul.
Rancangan pembangunan ini dirancang dengan cermat untuk berkontribusi aktif dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Secara khusus, inisiatif ini menyasar beberapa poin krusial, yakni pengentasan kemiskinan, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan, penyediaan akses air bersih dan sanitasi yang layak, pengurangan kesenjangan sosial, serta penguatan kemitraan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan fokus pada aspek-aspek tersebut, diharapkan rancangan ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi keluarga-keluarga di Indonesia.
Pemenuhan SDGs akan membantu meningkatkan kualitas hidup keluarga, mengurangi beban pengeluaran untuk kebutuhan dasar, serta menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan produktif.
Handoko Ngadiman, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, menyatakan, “Dengan semangat gotong royong, kita memulai babak baru dalam pembangunan permukiman di Gunungkidul. Kolaborasi “GUMREGAH TENAN” adalah bukti nyata bahwa dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan perubahan yang signifikan bagi masyarakat. Ini bukan hanya tentang membangun rumah, tetapi juga tentang menguatkan keluarga dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.”
Dengan dimulainya program “GUMREGAH TENAN” siap memberikan dampak signifikan pada kehidupan masyarakat Gunungkidul. Melalui upaya kolaboratif ini, diharapkan wilayah tersebut dapat menjadi model pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Habitat for Humanity Indonesia terima Penghargaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) Kabupaten Karawang tahun 2024.
Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karawang, Bapak Ridwan Salam, kepada General Manager Resource Development Habitat Indonesia, Bapak Abraham Tulung, di Hotel Mercure Kabupaten Karawang pada 19 September 2024 lalu.
Apresiasi yang diberikan ini merupakan bagian dari peran Habitat for Humanity Indonesia sebagai fasilitator dalam upaya membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Karawang.
Selama lebih dari dua dekade, Habitat Indonesia telah membantu pemerintah setempat dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama melalui pembangunan rumah layak huni serta fasilitas penunjang lainnya.
Sejak awal tahun 2000 hingga 2014, Habitat Indonesia telah menjalin program kemitraan untuk membangun 2.000 sambungan akses air bersih yang tersebar di lima desa di Kecamatan Teluk Jambe Barat.
Habitat Indonesia juga terlibat langsung dalam merespons bencana banjir bandang yang melanda Desa Teluk, Kecamatan Batujaya, dengan membangun rumah layak huni, fasilitas sekolah, serta menyediakan akses air bersih pada periode 2013-2015.
Habitat for Humanity Indonesia raih Penghargaan TJSLP Kabupaten Karawang tahun 2024 di Hotel Mercure, Kabupaten Karawang (19/9). Foto: BAPPEDA Kabupaten Karawang
Komitmen Habitat Indonesia terus berlanjut dengan menggandeng berbagai donatur, seperti APP Sinarmas, Pertamina, Samsung C&T, AWS InCommunities, LG, serta DCI. Bersama para mitra, Habitat Indonesia berupaya untuk menyediakan rumah layak huni, memperbaiki fasilitas sekolah, serta meningkatkan akses air bersih dan sanitasi di Kecamatan Ciampel, Kecamatan Cikalong Kulon, dan Kecamatan Teluk Jambe Barat. Program-program tersebut telah dilakukan secara bertahap dan bergantian sejak 2014 hingga saat ini.
Bupati Karawang, H. Aep Syaepuloh, menyampaikan apresiasinya. “Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi yang mendalam kepada seluruh lembaga dan perusahaan atas dukungannya yang telah diberikan. Semoga kolaborasi ini mampu dijaga dengan baik demi kemajuan Kabupaten Karawang,” ungkap Bupati Aep Syaepuloh dalam sambutannya.
Melalui pencapaian ini, Habitat for Humanity Indonesia semakin memperkuat komitmennya untuk terus mendampingi masyarakat demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan layak bagi komunitas.
Ainun dan Ramadan, karyawan PT Arthawenasakti Gemilang berpartisipasi dalam kegiatan volunteer “Arthawena Build” di Desa Sooko, Gresik (14/9). Foto: HFHI/Budi Ariyanto
Di bawah pohon, sinar matahari menusuk wajah Ainun yang tengah berkutat dengan kawat besi di tangannya. Ini bukanlah hari biasa baginya. Sebagai karyawati PT Arthawenasakti Gemilang, Ainun terbiasa duduk di depan komputer menyelesaikan pekerjaan. Namun hari itu, ia menukar kenyamanannya di kantor dengan debu di lokasi pembangunan rumah layak huni di Dusun Ngemplak, Desa Sooko, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik (14/9).
Dengan gerakan yang belum terbiasa, ia mencoba mengikat besi pondasi rumah, tetapi kesalahan kecil seringkali terjadi. “Baru pertama kali ya kamu jadi tukang?” celetuk Ramadan, rekan kerjanya, yang ikut serta dalam kegiatan volunteer. “Iya, biasanya tangan ini cuma dipakai buat ngetik,” jawab Ainun sambil bercanda.
Karyawan PT Arthawenasakti Gemilang memasang bata dinding rumah layak huni dalam kegiatan volunteer “Arthawena Build” di Desa Sooko, Gresik (14/9). Foto: HFHI/Budi Ariyanto
Di lokasi lain, Arief sibuk menyusun bata dinding rumah bersama rekan-rekannya. Setiap kali ia mengangkat bata, rasa lelah terasa di seluruh tubuhnya, namun ada kebanggaan yang mengalir di hatinya. “Ini pengalaman pertama saya. Walaupun melelahkan, rasanya luar biasa bisa ikut membantu masyarakat yang membutuhkan,” katanya dengan senyum penuh kepuasan.
Karyawan PT Arthawenasakti Gemilang berhenti sejenak di sela aktivitasnya membangun rumah layak huni dalam kegiatan volunteer “Arthawena Build” di Desa Sooko, Gresik (14/9). Foto: HFHI/Budi Ariyanto
Hari itu bukan sekadar aktivitas biasa. Sebanyak 100 karyawan PT Arthawenasakti Gemilang berkumpul dalam semangat kebersamaan untuk terlibat langsung dalam membangun 10 unit rumah layak huni di bawah program “Arthawena Build”. Diprakarsai oleh Habitat for Humanity Indonesia, program ini bertujuan untuk memberikan harapan baru bagi ratusan keluarga yang hidup dalam keterbatasan di Desa Sooko.
Bagi ratusan keluarga di sana, memiliki rumah yang layak bukanlah hal yang mudah. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai buruh tani dan kuli bangunan, dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rumah impian mereka sering kali hanya sebatas angan-angan yang sulit terwujud. Namun, hari itu, mimpi mereka berubah menjadi kenyataan.
Karyawan PT Arthawenasakti Gemilang memotong bata dinding rumah layak huni dalam kegiatan volunteer “Arthawena Build” di Desa Sooko, Gresik (14/9). Foto: HFHI/Budi Ariyanto
Habitat for Humanity Indonesia dan PT Arthawenasakti Gemilang berkomitmen untuk membangun 100 unit rumah layak huni di Desa Sooko, Kecamatan Wringinanom, dan Desa Lundo, Kecamatan Benjeg, sepanjang dua tahun ke depan, dari tahun 2024 hingga 2025. Program ini bukan hanya tentang membangun rumah, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik bagi keluarga yang paling membutuhkan.
“Ini bukan kali pertama kami berpartisipasi,” ujar Hendro Hananto Putro, Marketing Manager PT Arthawenasakti Gemilang, yang turut turun langsung ke lapangan bersama jajaran direksi lainnya. “Kami telah membangun 80 unit rumah di tahun 2023, dan kali ini kami ingin melanjutkan kontribusi kami. Kegiatan ini menjadi cara untuk mengajak karyawan kami berkontribusi, bukan hanya untuk perusahaan, tetapi juga untuk masyarakat.” tambahnya.
Hendro tidak sendirian. Rekan-rekannya seperti Candra Suwikatono, selaku Production A3/A5 Manager, Sylphia Hardjanti selaku CSI Manager, Arief Widyastono Lukas selaku Sr. Kepala Bagian Produksi – PPC, dan Siswanto, selaku Kepala Bagian HRD/GA, juga mengambil bagian dalam proses pembangunan dari awal hingga akhir. Dari menyusun pondasi hingga menempatkan bata dinding terakhir, mereka semua bekerja dengan semangat yang sama, semangat untuk memberikan kontribusi yang nyata.
“Kegiatan ini adalah bagian dari upaya kami meningkatkan kepedulian karyawan kepada lingkungan sosial,” lanjut Hendro. “Setiap upaya, sekecil apapun, pasti memiliki dampak besar. Kami berharap melalui kegiatan ini, karyawan kami semakin peka untuk terlibat dalam kegiatan sosial.”
Foto bersama karyawan PT Arthawenasakti Gemilang dengan pemilik rumah dalam kegiatan volunteer “Arthawena Build” di Desa Sooko, Gresik (14/9). Foto: HFHI/Budi Ariyanto
Di tengah hari, kelelahan terlihat di wajah para relawan, tetapi semangatnya tidak pernah hilang. Mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan bukan sekadar pekerjaan fisik, melainkan sebuah upaya untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi orang lain. Bagi Ainun, Arief, dan karyawan lainnya, pengalaman ini tidak hanya meninggalkan rasa lelah, tetapi juga kenangan yang tak akan terlupakan—sebuah perasaan bangga karena bisa menjadi bagian dari harapan baru yang dibangun dengan tangan mereka sendiri.
Sudjadi (52) telah melewati lebih dari dua puluh tahun hidup di Kampung Bebulak, Desa Margamulya, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Sebagai seorang buruh serabutan, hidupnya jauh dari kata mudah. Setiap hari ia bergumul dengan rasa lelah, berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya meski penghasilan sering kali tidak cukup.
Istrinya, Hayati (49), seorang ibu rumah tangga, turut berbagi beban hidup bersama suaminya, terutama ketika mereka harus tinggal di rumah yang hampir roboh. “Rumah Bapak itu dulu hampir mau roboh, sering kejatuhan kelapa. Cucu Bapak sampai ketakutan,” ungkap Sudjadi saat mengenang masa lalunya.
Potret Sudjadi dan Hayati berdiri di depan halaman rumahnya saat sebelum direnovasi di Mauk, Kabupaten Tangerang. Foto: HFHI/Indah
Bagi kebanyakan orang, hujan adalah berkah. Namun, bagi keluarga Sudjadi, hujan adalah ancaman. “Yang paling menyedihkan itu saat hujan. Anak-anak terpaksa Bapak bangunin untuk ambil ember, mangkuk, menadah hujan yang bocor … byuurrr jatuh airnya,” tambah Sudjadi.
Atap rumahnya terbuat dari genteng welit (alang-alang atau daun kelapa), ditambah plastik seadanya untuk menambal atap dari air hujan yang selalu merembes masuk. Dinding bilik bambu yang telah lapuk menjadi sarang bagi tikus, kecoa, dan cacing. Kotoran mereka tak hanya mengotori rumah, tetapi juga membawa penyakit yang sering kali menyerang anggota keluarga.
Harapan Baru
Di tengah masa sulit, secercah cahaya harapan baru muncul. Habitat for Humanity Indonesia bersama para donatur dan relawan datang untuk membangun kembali rumah Sudjadi. Rumah yang dulu nyaris roboh, kini berdiri kokoh, menjadi simbol kebangkitan keluarga kecil Sudjadi.
Potret Sudjadi dan Hayati berdiri di depan halaman rumahnya saat setelah direnovasi di Mauk, Kabupaten Tangerang. Foto: HFHI/Kevin Herbian
“Seperti mimpi, bapak bersyukur banget punya rumah yang bagus seperti ini, enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata.” ucap Sudjadi saat tak mampu menahan rasa syukurnya.
Rumah baru itu tak hanya memberikan tempat berlindung yang aman dari hujan dan panas, tetapi juga membawa kesehatan yang lebih baik. “Sekarang udah enggak pernah gatal-gatal lagi. Anak-anak udah jarang kena sakit. Betah mereka sekarang belajar di rumah, nyaman katanya,” tambah Sudjadi.
Surga Kecil Bagi Sudjadi dan Keluarga
Kini, rumah itu menjadi tempat di mana Sudjadi dan Hayati bisa menikmati waktu bersama cucu-cucu mereka dengan penuh kedamaian. Mereka tak lagi diliputi ketakutan akan atap yang bocor atau dinding yang lapuk.
Sudjadi dan keluarga menunjukkan koleksi foto di rumahnya yang telah layak huni di Mauk, Kabupaten Tangerang. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Rumah ini, bagi Sudjadi, adalah surga kecil yang menawarkan kehangatan dan kebahagiaan yang selama ini terasa jauh dari genggaman. Sudjadi dan keluarganya dapat menjalani hari-hari dengan senyum yang tak lagi terhalang kekhawatiran, berkat rumah yang memberikan mereka lebih dari sekadar tempat berlindung, tetapi juga kesempatan untuk hidup lebih sejahtera dan bahagia.
Kisah Sudjadi adalah salah satu dari banyak cerita tentang harapan dan perubahan yang dapat terwujud melalui bantuan nyata. Sahabat Habitat juga bisa menjadi bagian dari perubahan ini dengan mengunjungi www.habitatindonesia.org/donate
Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, Habitat for Humanity Indonesia berkolaborasi dengan PT Lautan Luas Tbk untuk merenovasi empat posyandu di Kelurahan Palmerah, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Renovasi ini bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih baik bagi ibu dan anak, serta mendukung upaya penurunan angka stunting di wilayah tersebut.
Peresmian hasil perbaikan kualitas posyandu dilakukan secara simbolis melalui prosesi pengguntingan pita di empat lokasi posyandu oleh Lurah Palmerah, Zaenal Ngaripin, bersama Investor Relations, Corporate Communication & Sustainability Manager PT Lautan Luas Tbk, Eurike Hadijaya, Office & Asset Management Manager PT Lautan Luas Tbk, Tri Haryanti, dan General Manager Resource Development Habitat Indonesia, Abraham Tulung, yang berlangsung pada 3 September 2024 lalu.
Lurah Palmerah, Zaenal Ngaripin, bersama Investor Relations, Corporate Communication & Sustainability Manager PT Lautan Luas Tbk, Eurike Hadijaya, dan General Manager Resource Development Habitat Indonesia, Abraham Tulung, mengunjungi Posyandu Matahari 2 di Palmerah, Jakarta Barat (3/9). Foto: HFHI/Kevin Herbian
Empat posyandu yang menerima dukungan renovasi antara lain Posyandu Kenanga di RT 04/06, Posyandu Matahari 2 di RT 15/18, Posyandu Mutiara di RW 11, dan Posyandu Katalia 1 di RT 06/13. Renovasi mencakup perbaikan infrastruktur fisik serta pengadaan peralatan kesehatan seperti meja, kursi, timbangan, dan termometer. Dengan fasilitas yang lebih baik, diharapkan posyandu dapat beroperasi secara optimal dan memberikan pelayanan yang lebih efektif kepada masyarakat.
Lurah Palmerah, Zaenal Ngaripin, menyampaikan apresiasinya. “Saya mewakili warga, menyambut baik dukungan Habitat Indonesia dan PT Lautan Luas Tbk dalam merenovasi posyandu di wilayah Kelurahan Palmerah ini. Bagaimanapun juga, peran posyandu sangat penting dalam upaya penurunan stunting. Saya berharap dengan perbaikan fasilitas ini, kami dapat lebih efektif mengurangi dan mencegah stunting di komunitas kami,” ujarnya.
Sementara itu, Eurike Hadijaya, Investor Relations, Corporate Communication & Sustainability Manager PT Lautan Luas Tbk, menambahkan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen CSR perusahaan untuk memberikan dampak positif di lingkungan sekitar perusahaan. “Ini adalah pertama kalinya kami fokus pada program peningkatan fasilitas posyandu, setelah sebelumnya berkolaborasi dengan Habitat Indonesia untuk pembangunan rumah layak huni. Kami berharap dukungan ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya pencegahan stunting.”
Peresmian renovasi empat posyandu program kerja sama Habitat Indonesia dengan PT Lautan Luas Tbk di Palmerah, Jakarta Barat (3/9). Foto: HFHI/Kevin Herbian
Program renovasi yang dimulai sejak awal Juli ini tidak hanya membawa perubahan bagi fasilitas posyandu, tetapi juga menambah semangat para kader posyandu dalam melayani masyarakat. Dengan fasilitas yang telah ditingkatkan, mereka diharapkan dapat bekerja lebih optimal dalam mendukung kesehatan ibu dan anak di Palmerah.
Melalui kerja sama ini, Habitat for Humanity Indonesia dan PT Lautan Luas Tbk terus memperkuat komitmen untuk memberdayakan komunitas melalui perbaikan fasilitas umum, demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh lapisan masyarakat.