Kategori: ID-EN Blog

Thumbnail – Website Blog (1)
ID-EN Blog

Melanjutkan Jejak Kebaikan Raden Hapsoro 

Matahari pagi di Desa Mauk Barat, Kecamatan Mauk, Tangerang, terasa lebih hangat. Pasalnya, sebanyak 30 relawan dengan penuh semangat memulai tugas mulia mereka. Dengan sekop di tangan dan hati yang penuh dedikasi, mereka bekerja sama membangun pondasi serta memasang dinding untuk tiga unit rumah layak huni (14/12). Namun, lebih dari sekadar kegiatan sukarelawan, kegiatan ini memiliki makna mendalam, sebuah penghormatan kepada mendiang Raden Andreas Hapsoro. 

Kegiatan bertajuk “Hapsoro Tribute Build” ini bukan hanya membangun rumah, melainkan wujud nyata dari semangat seorang sosok besar yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kemanusiaan. Selama 19 tahun, Hapsoro menjadi bagian penting dari Habitat for Humanity Indonesia, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam upaya menciptakan hunian layak bagi masyarakat yang membutuhkan. 

Perjalanan hidup Hapsoro penuh dengan warna. Ia memulai karir sebagai kontraktor lepas dan sempat menjajal dunia manufaktur sebelum bergabung dengan Habitat for Humanity Indonesia pada tahun 2000 hingga 2005. Setelah itu, ia bergabung dengan Habitat Indonesia dan menjabat sebagai manajer konstruksi, menangani proyek pembangunan rumah bagi penyintas Tsunami Aceh 2004. Dari sinilah, panggilan hatinya sebagai pekerja kemanusiaan semakin kuat. Selama satu dekade, ia memegang berbagai peran strategis, hingga akhirnya menjabat sebagai Disaster Response and Regional Manager.  

Perjalanan karir Hapsoro berlanjut ketika beliau diberi mandat untuk mengemban tugas sebagai Disaster Response Specialist di Habitat for Humanity International di Makati, Filipina, dari tahun 2015 hingga 2020. Namun, hati Hapsoro selalu terpaut pada Indonesia. Sejak bulan Juli 2020, ia kembali ke tanah air untuk menjabat sebagai Direktur Aliansi Strategis di Habitat for Humanity Indonesia. Di sini, ia membagi waktunya untuk mengabdi sebagai Disaster Risk Reduction and Response Senior Specialist di Habitat for Humanity International.  

Sepanjang karirnya, beliau terlibat dalam penanganan pasca bencana besar, mulai dari tsunami Aceh 2004, gempa Sumatera Barat 2009, tsunami Mentawai 2010, banjir Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2012 dan 2013, taifun Yolanda Filipina 2013, gempa Bohol Filipina 2023, gempa Nepal 2015, siklon tropis Winston 2016, dan bencana banjir bandang di Bangladesh pada tahun 2019 dan 2020. 

Baca juga: Aksi Relawan Korea Bangun Rumah Layak Huni di Tangerang

Keteladanan Hapsoro tak hanya terlihat dari aksinya di lapangan, tetapi juga melalui dedikasinya dalam bidang akademik. Pada Juli 2024, ia berhasil menyelesaikan studi pascasarjana di Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia, dengan tesis berjudul “Model Hunian Pasca Bencana Berbasis Ketahanan Keluarga.” Karya ini menjadi warisan pemikiran yang berharga, mencerminkan komitmennya untuk menciptakan solusi hunian pasca bencana yang berkelanjutan. 

Sayangnya, dunia kehilangan sosok inspiratif ini pada 9 Juli 2024. Namun, semangatnya tak pernah padam. Melalui “Hapsoro Tribute Build”, kerabat, kolega, dan relawan Habitat for Humanity meneruskan perjuangannya. Pembangunan tiga unit rumah layak huni di Desa Mauk Barat adalah bagian dari target 10 unit rumah yang direncanakan. 

Kini, warisan Hapsoro tidak hanya tercermin dalam bangunan yang kokoh, tetapi juga dalam semangat kemanusiaan yang beliau wariskan kepada setiap orang yang pernah bekerja dengannya. Semoga semangat beliau terus menyala, menginspirasi lebih banyak orang untuk melangkah dalam kebaikan dan meninggalkan jejak kebaikan bagi dunia. 

(kh/av) 

11
ID-EN Blog

Aksi Relawan Korea Bangun Rumah Layak Huni di Tangerang 

Sebanyak delapan relawan asal Korea Selatan membangun rumah layak huni dalam kegiatan Global Village Program di Desa Mauk Barat, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten (30/11). 

Delapan relawan mengikuti safety briefing yang disampaikan oleh Ari Wibawa, Volunteer Coordinator Habitat for Humanity Indonesia sebelum melakukan pembangunan rumah layak huni. Para relawan ini sengaja datang ke Indonesia untuk membantu keluarga yang membutuhkan.
Salah satu relawan mengabadikan foto saat Yuga, Construction Supervisor Habitat for Humanity Indonesia, mengenalkan pemilik rumah dan membagi tugas untuk para relawan yang terlibat pembangunan rumah. Para relawan dibagi dalam tiga kelompok; kelompok pertama, memindahkan bahan material, kelompok kedua, merangkai besi, dan kelompok ketiga, melakukan pengecoran.
Setelah kegiatan pengenalan, tiga relawan yang telah terbagi dalam kelompok bergegas merangkai ring besi untuk kerangka sloof, balok lintel, dan ring balok pembangunan rumah layak huni.
Di sisi lain, seorang relawan yang masuk dalam kelompok memindahkan bahan material berupaya mencangkul batu split dan pasir yang akan dijadikan adukan untuk pengecoran.
Setelah batu split dan pasir berhasil ditampung dalam wadah, relawan lainnya membawa bahan material ke lokasi pembangunan rumah untuk dilakukan pengadukan.
Secara bergantian, bahan material dibawa oleh relawan lainnya. Habitat Indonesia telah medesain rumah ini dengan luas 28 meter persegi berikut dengan 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, dan 1 kamar mandi sebagai standar hunian yang layak sesuai dengan peraturan pemerintah.
Diawasi dan diberi arahan Yuga, seorang relawan melakukan pengadukan bahan material batu split dan pasir yang dicampur dengan semen. Pencampuran harus dilakukan dengan skala perbandingan yaitu, satu wadah semen, dua wadah batu split, dan tiga wadah pasir.

Baca juga: Dari Hati ke Tangan: Kisah di Balik Legacy Build 2024

Para relawan menyakini setiap upaya kecil yang mereka lakukan tentunya akan sangat berdampak besar bagi pemilik rumah.
Bapak Janaka (66), pemilik rumah sekaligus penerima bantuan rumah layak huni tak pernah menyangka rumahnya dibangun langsung oleh relawan asal Korea. Selama puluhan tahun ia tinggal di rumah berdinding bilik bambu yang sudah mulai keropos dan berlubang.
Tidak hanya Pak Janaka dan istri, anak dan menantunya pun berbagi atap dengannya, menarik rumah kecil mereka lebih jauh dari standar kelayakan. Tiap hari, keadaan memaksa ia dan keluarga berdesakan dengan tikus dan ular yang tak jarang merangsek masuk ke dalam rumah.
Sukarelawan ini terlibat dalam kegiatan Global Village yang berlangsung selama tiga hari mulai dari tanggal 30 November 2024 hingga 2 Desember 2024.
Habitat Indonesia berharap kontribusi relawan-relawan ini tidak hanya memberikan rasa aman dan nyaman untuk keluarga Bapak Janaka, tapi juga mempersiapkan anak cucunya keluar dari jurang kemiskinan.

Teks & Foto: HFHI/Kevin Herbian

(kh/av) 

Thumbnail – APDC
ID-EN Blog

Dari Hati ke Tangan: Kisah di Balik Legacy Build 2024 

Pagi itu, matahari menyapa hangat Desa Marga Mulya, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Suara gergaji yang terdengar, bata dinding yang diangkat, dan tawa para relawan menyatu dengan riuh aktivitas warga sekitar. Rupanya hari Rabu, 20 November 2024, telah menjadi hari yang istimewa. Sebanyak 13 relawan dari Asia Pacific Development Council (APDC) dan Indonesia Development Council (IDC) hadir, bukan sebagai tamu biasa, melainkan sebagai relawan membangun rumah layak huni untuk keluarga Bapak Tinggal dan Ibu Urni. 

Kegiatan yang bertajuk “Legacy Build 2024” dengan mengusung slogan “Building Beyond Homes, Building Hope, Strengthening Communities”, relawan dan berbagai negara sengaja meninggalkan kenyamanan rutinitas mereka untuk sesuatu yang lebih bermakna. Hari itu, mereka bahu-membahu memasang dinding rumah, bekerja langsung di bawah teriknya matahari.   

“Sangat menyenangkan bisa terlibat dalam pembangunan seperti ini lagi, karena sebelumnya saya melakukan ini sudah lama sekali saat saya masih sekolah pasca sarjana di Amerika. Saya sangat antusias dan merasa bangga berada di sini,” ungkap Elizabeth Satow, Area Vice President Asia Pacific Habitat for Humanity International. 

Di sisi lain, Fernando Zobel De Ayala, APDC Member dari Ayala Corporation, dengan senyum hangatnya menambahkan, “Saya turut senang berada di sini. Ini pertama kali saya mengikuti kegiatan volunteering di Indonesia, dan saya rasa ini adalah cara terbaik untuk mendukung keluarga-keluarga di Indonesia melalui program Habitat.” 

Aksi relawan Asia Pacific Development Council (APDC) dan Indonesia Development Council (IDC) dalam kegiatan volunteering “Legacy Build 2024” di Desa Marga Mulya, Mauk – Tangerang (20/11). Foto: HFHI/Astridinar Vania

Bagi Harlan Stone, APDC Member yang juga President and CEO HTMX Industries, hari itu adalah pengalaman tak terlupakan baginya. “Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi saya. Karena ini untuk pertama kali dalam perjalanan karir saya, saya membangun rumah langsung di Asia. Ini menjadi hadiah terbaik bagi saya bisa berada di sini.” 

Mungkin kata-kata paling menyentuh datang dari John Ryan, APDC Member sekaligus Chairman of The Board Barnes and Noble Education. Ia berkata, “Meski lelah, bahkan sangat lelah, tapi sekarang saya terinspirasi dengan inisiatif yang kita lakukan bersama demi mewujudkan kebahagiaan untuk keluarga-keluarga di sini.” 

Suasana hari itu tak hanya diwarnai kerja keras, tetapi juga canda tawa dan rasa syukur. Bagi keluarga Bapak Tinggal dan Ibu Urni, dinding-dinding yang mulai berdiri itu adalah awal baru dari mimpi yang sebentar lagi menjadi kenyataan. Rumah kokoh yang selama ini hanya ada dalam angan, kini nyata di depan mata mereka. 

Setelah menyelesaikan kegiatan pembangunan rumah, para relawan melanjutkan hari mereka dengan mengunjungi lokasi program-program unggulan Habitat for Humanity Indonesia lainnya. Di antaranya, mereka menyaksikan langsung dampak dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat, penyediaan akses sanitasi dan air bersih, serta berbagai proyek rumah layak huni yang telah berhasil diselesaikan. 

Baca juga: Menggali Asa di Kampung Cinamprak: Saat Relawan Muda Sinarmas World Academy Membangun Rumah Layak Huni

Habitat for Humanity Indonesia dengan tulus mengucapkan terima kasih atas kontribusi para relawan. Dukungan mereka adalah bukti bahwa kolaborasi lintas negara dan komunitas dapat menciptakan perubahan nyata. 

Mari bersama-sama melanjutkan perjuangan ini. Karena setiap keluarga berhak memiliki tempat tinggal yang layak dan aman. Kunjungi dan dukung kami di www.habitatindonesia.org/donate

(kh/av) 

Thumbnail – Rumah & Iklim
ID-EN Blog

Perumahan yang Memadai untuk Masa Depan yang Tangguh 

Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia, dan dampaknya terasa di seluruh dunia. Namun, meskipun perumahan menjadi kebutuhan dasar, sektor ini seringkali tidak mendapat perhatian yang cukup dalam agenda perubahan iklim dunia.

Habitat for Humanity, sebagai organisasi yang berfokus pada akses perumahan yang layak, berupaya mengangkat isu penting ini melalui rekomendasi kebijakan yang diajukan pada COP29. Perumahan yang memadai bukan hanya soal tempat tinggal, tetapi juga kunci untuk membangun ketahanan terhadap perubahan iklim, terutama bagi masyarakat yang paling rentan.

Perumahan dalam Konteks Perubahan Iklim

Di seluruh belahan dunia, lebih dari 1,1 miliar orang tinggal di permukiman informal yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir, panas ekstrem, dan kenaikan permukaan laut. Meskipun mereka tidak berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon global, mereka adalah yang paling terpengaruh oleh bencana iklim.

Habitat for Humanity mengingatkan bahwa solusi perumahan yang memadai harus menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Dalam rekomendasinya, Habitat for Humanity menekankan pentingnya mengintegrasikan perumahan ke dalam Nationally Determined Contributions (NDCs).

Mengintegrasikan perumahan dalam strategi perubahan iklim akan memungkinkan negara-negara untuk menurunkan jejak karbon, mengurangi biaya energi, dan memberikan perlindungan lebih baik bagi masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Hal ini penting untuk memastikan bahwa upaya mitigasi tidak hanya berfokus pada sektor energi, tetapi juga pada infrastruktur yang mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat.

Adaptasi untuk Komunitas yang Paling Rentan

Salah satu prioritas utama yang diangkat Habitat for Humanity adalah kebutuhan mendesak untuk lebih banyak pendanaan bagi adaptasi iklim, terutama untuk komunitas yang paling rentan. Komunitas-komunitas ini, khususnya yang tinggal di permukiman informal, seringkali tidak memiliki akses terhadap infrastruktur yang memadai dan terpapar risiko iklim yang lebih besar. Habitat for Humanity mendesak pemerintah dan lembaga internasional untuk memprioritaskan pendanaan adaptasi untuk perbaikan perumahan dan infrastruktur di daerah-daerah yang paling terancam oleh perubahan iklim.

Pendanaan adaptasi ini harus digunakan untuk mendukung pembangunan perumahan yang tahan terhadap dampak iklim seperti banjir, kekeringan, dan panas ekstrem. Selain itu, penguatan kapasitas masyarakat untuk menghadapi perubahan iklim dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan juga menjadi bagian dari rekomendasi ini. Solusi yang melibatkan penggunaan material ramah lingkungan dan desain yang berorientasi pada efisiensi energi dapat membantu membangun rumah yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim, sekaligus mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.

Ilustrasi permukiman informal yang dihuni masyarakat rentan. Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: GUMREGAH TENAN: Kolaborasi Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah D.I. Yogyakarta Wujudkan Perumahan dan Kawasan Permukiman Layak

Perumahan yang Hijau, Terjangkau, dan Berkelanjutan

Sementara upaya mitigasi perubahan iklim sangat penting, Habitat for Humanity menyoroti potensi perumahan untuk menciptakan solusi yang tidak hanya mengurangi jejak karbon, tetapi juga menjawab tantangan besar dalam keterjangkauan perumahan global. Salah satu masalah utama yang dihadapi dunia adalah defisit perumahan yang memadai dan terjangkau, yang semakin parah di banyak kota besar yang sedang berkembang. Oleh karena itu, Habitat for Humanity menyerukan pentingnya untuk memastikan bahwa upaya mitigasi perubahan iklim di sektor perumahan tidak perlu meningkatkan biaya perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Solusi perumahan hijau yang terjangkau harus diprioritaskan dalam kebijakan global. Habitat for Humanity mendesak negara-negara untuk berinvestasi dalam renovasi dan retrofit perumahan yang ada agar lebih ramah iklim, menggunakan material berkarbon rendah, dan mendukung desain yang efisien energi. Upaya ini akan membantu mengurangi biaya hidup dan membuat rumah lebih terjangkau bagi keluarga berpenghasilan rendah, terutama di kota-kota yang sedang berkembang pesat.

Sektor konstruksi juga perlu mengadopsi prinsip ekonomi sirkular, di mana bahan bangunan yang digunakan dapat didaur ulang dan dipergunakan kembali untuk mengurangi pemborosan dan emisi karbon. Ini adalah pendekatan yang perlu diintegrasikan dalam kebijakan perumahan global untuk mendukung peralihan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Menghubungkan Sektor Perumahan dengan Tujuan Iklim Global

Habitat for Humanity menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor perumahan, pengembangan perkotaan, lingkungan, dan sektor keuangan untuk menciptakan solusi yang holistik. Dengan mengintegrasikan semua sektor ini, negara-negara dapat menciptakan perumahan yang lebih berkelanjutan dan tahan terhadap perubahan iklim, sambil memenuhi kebutuhan mendesak akan perumahan yang terjangkau.

Menciptakan kebijakan yang memperkuat keterlibatan masyarakat, khususnya yang tinggal di permukiman informal, adalah langkah penting lainnya. Habitat for Humanity mendorong agar suara warga menjadi bagian dari perencanaan dan pengambilan keputusan terkait perumahan dan adaptasi iklim, memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan benar-benar memenuhi kebutuhan mereka yang paling terdampak.

Habitat for Humanity mengajak seluruh dunia untuk melihat perumahan bukan hanya sebagai kebutuhan dasar, tetapi juga sebagai solusi penting untuk membangun ketahanan terhadap perubahan iklim. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin besar, perumahan yang memadai, hijau, dan terjangkau adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan bagi semua.

Dengan integrasi perumahan dalam kebijakan perubahan iklim global, pendanaan yang lebih besar untuk adaptasi, serta prioritas pada perumahan yang terjangkau dan ramah iklim, kita dapat memastikan bahwa masyarakat yang paling rentan dapat beradaptasi dan bertahan di dunia yang terus berubah. Habitat for Humanity berkomitmen untuk mendorong perubahan ini, dan COP29 menjadi momen penting untuk mewujudkannya.

(kv/av)

Header SWA
ID-EN Blog

Menggali Asa di Kampung Cinamprak: Saat Relawan Muda Sinarmas World Academy Membangun Rumah Layak Huni 

Aksi relawan Sinarmas World Academy membangun rumah layak huni di Kampung Cinamprak, Desa Mauk Barat, Tangerang (29/10). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Pagi itu, Aradia menyambut hari dengan semangat yang berbeda dari biasanya. Ia bersama teman-teman sebangku sekolahnya meninggalkan kenyamanan ruang belajar mereka, menggantinya dengan ruang terbuka penuh debu dan peralatan konstruksi. Rupanya mereka sengaja bangun tidur lebih awal untuk mengikuti kegiatan volunteering pembangunan rumah layak huni di Kampung Cinamprak, Desa Mauk Barat, Tangerang (29/10).

Sambil mengangkat cangkul, Aradia tampak sedikit ragu dengan gerakannya. Melihat hal itu, Risman, Construction Supervisor Habitat for Humanity Indonesia, segera mendekat dan memberikan bimbingan. “Pegang cangkulnya begini, supaya lebih kuat,” ujarnya sambil menunjukkan cara menggali yang benar. Aradia pun mengangguk, mencoba mengikuti arahan Risman dengan penuh antusias.

Bersama teman sekelompoknya, Aradia menggali lubang pondasi hingga kedalaman 60 sentimeter, sementara kelompok lainnya sibuk mengikat rangka besi sloof yang akan menjadi dasar struktur bangunan.

Meskipun rasa lelah terasa, semangat para relawan tak padam. “Ini pengalaman pertama saya, melelahkan memang, tapi kami tahu bahwa apa yang kami lakukan akan membawa dampak besar bagi keluarga yang akan menempati rumah ini,” kata Aradia, yang tengah beristirahat di sela kegiatan volunteering.

Aksi relawan Sinarmas World Academy membangun rumah layak huni di Kampung Cinamprak, Desa Mauk Barat, Tangerang (29/10). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Hari itu juga menandai perayaan ulang tahun ke-17 Sinarmas World Academy (SWA). Habitat for Humanity Indonesia sengaja mengajak para murid, wali murid, dan guru di sekolah tersebut untuk berbagi kebahagiaan dengan cara yang istimewa.

Dalam aksi bertajuk “Build a Brighter Tomorrow”, sebanyak 38 relawan SWA terlibat langsung membangun tiga rumah layak huni untuk keluarga-keluarga di Kampung Cinamprak. Aksi ini merupakan awal dari target pembangunan 10 unit rumah layak huni yang rencananya akan rampung hingga akhir tahun.

Bagi keluarga-keluarga di sana, memiliki rumah yang layak bukanlah hal yang mudah. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai buruh tani serabutan dan nelayan, dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rumah impian mereka sering kali hanya sebatas angan-angan yang sulit terwujud. Namun, hari itu, mimpi mereka berubah menjadi kenyataan.

Baca juga: Memperingati Hari Sumpah Pemuda, Habitat for Humanity Indonesia Gelar 28UILD 2024 untuk Mengajak Generasi Muda Beraksi Bangun Indonesia 

Evelyn Indriani Kristiali, Head of Marketing and Operations SWA, menyatakan, “Kami sangat bangga bisa berkolaborasi dengan Habitat pada hari ulang tahun kami. Melalui pengalaman ini, kami berharap seluruh murid SWA tumbuh dengan empati yang lebih besar dan bersemangat membawa perubahan positif bagi masyarakat sekitar mereka,” ujarnya.

Tak hanya para siswa dan guru, dukungan juga datang dari Kepala Desa Mauk Barat, Samudi, yang mengapresiasi upaya ini. “Atas nama warga, saya mengucapkan terima kasih kepada SWA dan Habitat atas bantuan di desa kami. Ini adalah pembangunan rumah layak huni pertama di Mauk Barat. Semoga inisiatif ini dapat menginspirasi pihak lain untuk turut berkontribusi dalam upaya yang sama,” ungkapnya.

Para relawan Sinarmas World Academy bertemu dengan salah satu pemilik rumah di Kampung Cinamprak, Desa Mauk Barat, Tangerang (29/10). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Sepanjang hari itu, canda dan tawa para relawan SWA dan warga Kampung Cinamprak mewarnai setiap langkah pembangunan. Para siswa yang terbiasa dengan aktivitas belajar di kelas kini menikmati suasana baru bekerja bersama masyarakat sekitar. Sambil bekerja, mereka saling bertukar cerita, memahami lebih dalam kehidupan sehari-hari keluarga di sana. Kegiatan ini tak hanya menguatkan rasa kebersamaan, tetapi juga memberikan pengalaman berharga tentang semangat gotong-royong di tengah lingkungan yang sederhana.

Habitat for Humanity Indonesia mengajak seluruh komunitas muda, sekolah, dan instansi pendidikan untuk terus mengupayakan masa depan yang lebih cerah melalui program rumah layak huni. Momen kecil yang dikerjakan bersama ini menciptakan perubahan besar, mewujudkan harapan, dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di Indonesia.

(kh/av)

Thumbnail – Story Siti Nurlaelah
ID-EN Blog

Berseminya Harapan Baru di Rumah Layak Huni Milik Siti

Siti Nurlaelah menyirami tanaman hias yang berada di perkarangan halaman rumahnya di Desa Marga Mulya, Mauk – Tangerang. Foto: HFHI/Kevin Herbian

Sore itu, tepat pukul 3, Siti Nurlaelah (44) terlihat sibuk menyirami tanaman hias di depan perkarangan rumahnya di Desa Marga Mulya, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten.

Berbeda dengan sebulan sebelumnya, kini halaman itu dihiasi bunga-bunga yang mekar indah, seakan turut merayakan kehadiran rumah barunya. Sebuah rumah yang kokoh dan nyaman, jauh dari bayangan duka yang ia alami sebelumnya.

Selama bertahun-tahun, Siti dan keluarganya, bertahan di rumah yang dibangun dengan susah payah dari tabungan mereka. Namun, bangunan itu seolah tak berpihak. Suatu malam, saat hujan turun deras, lantai rumah amblas, membuat dinding ruang keluarga runtuh. “Untung anak-anak enggak ketimpa, cuma perabotan yang pecah,” kenang Siti.

Mimpi memiliki rumah yang layak terasa jauh, mengingat pekerjaan Siti hanya sebagai buruh serabutan dengan upah 50 ribu rupiah jika beruntung mendapat panggilan. Suaminya, Ahmad Yani (39), yang bekerja sebagai petugas keamanan, hanya bisa mengantongi penghasilan tidak lebih dari 3 juta per bulan.

“Ibu sering ngutang ke warung buat sekadar beli beras, karena gajinya Bapak habis buat menambal bocor dan benerin rumah,” kata Siti.

Kondisi rumah tak layak huni milik Siti Nurlaelah saat sebelum direnovasi oleh Habitat for Humanity Indonesia di Desa Marga Mulya, Mauk – Tangerang. Foto: HFHI/Rifky Milano

Baca juga: Kisah Unang: Merawat Keamanan dan Kenyamanan di Dalam Rumah Layak Huni

Namun, dalam keterbatasan, doa Siti akhirnya terjawab. Habitat for Humanity Indonesia bersama para dermawan datang membawa harapan yang tak terduga. Rumah yang kokoh kini berdiri di tempat duka lama, dibangun bersama kasih dari para relawan.

Air mata Siti jatuh tak tertahan saat rumah layak huni miliknya selesai dibangun. “Ibu enggak nyangka bisa punya rumah seperti ini,” ujarnya. Bahkan saat proses pembangunan, ia takjub melihat bahan bangunan berkualitas yang dikirim, sesuatu yang dulu hanya bisa ia impikan.

Pada malam pertama di rumah baru, Siti bahkan tak bisa tidur karena rasa syukur yang mendalam. Putra bungsunya memeluknya erat sambil berkata, “Mamah, rumah kita bagus ya, kaya istana.”

Kini, hidup Siti dan keluarga telah berubah. Gaji yang dulu dihabiskan untuk perbaikan rumah, sekarang dapat dialihkan untuk ditabung, dan ia tak perlu berhutang untuk membeli kebutuhan pokok.

Di ruang keluarga, Siti dan Ahmad tengah merencanakan untuk membuka warung kecil, berharap masa depan terus mengalirkan kebaikan seperti tanaman yang tumbuh subur di rumah baru mereka. Bagi Siti, rumah ini bukan sekadar tempat berteduh. Ini adalah impian yang hidup, tempat segala harapan dan kebahagiaan keluarga mereka bersemi.

Siti Nurlaelah bermain bersama anaknya di dalam rumah yang telah layak huni di Desa Marga Mulya, Mauk – Tangerang. Foto: HFHI/Kevin Herbian

Anda dapat turut serta dalam menghadirkan perubahan bagi keluarga-keluarga seperti Siti Nurlaelah. Melalui kepedulian Anda, lebih banyak rumah yang dapat dibangun untuk memberikan tempat berlindung yang aman dan layak bagi keluarga yang membutuhkan.

Kunjungi www.habitatindonesia.org/donate untuk berdonasi dan menjadi bagian dari misi perubahan kami menciptakan kehidupan yang lebih baik.

(kh/av)

01. Thumbnail Prudential
ID-EN Blog

Program Desa Maju Prudential Dilanjut, Ditargetkan Lebih dari 20.000 Warga Menerima Manfaat

Bogor, 2 November 2024 – Habitat for Humanity Indonesia bersama PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) dan PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) kembali melanjutkan Program Desa Maju Prudential (DMP) di Desa Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. 

Peresmian program DMP tahap ketiga ini ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan rumah layak huni oleh Chief Customer and Marketing Officer Prudential, Karin Zulkarnaen, didampingi Chief Digital and Technology Officer Prudential, Dicky Johan, Camat Gunung Putri, Kurnia Indra, Kepala Desa Gunung Putri, Daman Huri, juga Program Director Habitat for Humanity Indonesia, Arwin Soelaksono, pada 2 November 2024 lalu. 

Peluncuran DMP kali ini bertepatan dengan HUT ke-29 Prudential dan menandai komitmen jangka panjang perusahaan dalam memberikan dampak positif kepada masyarakat. Menurut Karin Zulkarnaen, DMP tahap ketiga bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, dengan sasaran utama mewujudkan pemukiman inklusif, aman, dan berkelanjutan. 

Melalui Habitat Indonesia, program DMP secara resmi berlangsung selama dua tahun kedepan terhitung sejak 2 November 2024 hingga Juni 2026, dan ditargetkan dapat memberi manfaat kepada lebih dari 20.000 warga di Desa Gunung Putri. Adapun ruang lingkup program DMP tahap tiga ini mencakup di antaranya: 

  1. Pembangunan 27 unit rumah layak huni baru dengan tanaman untuk tiap rumah, 
  2. Pembangunan 21 unit toilet rumah tangga baru, 
  3. Renovasi 4 unit fasilitas pendidikan (ruang kelas, perpustakaan, dan toilet), 
  4. Penyediaan mesin untuk mengubah sampah menjadi biji plastik, serta pelatihan pengolahan sampah untuk 210 peserta dan pelatihan kepada 75 pengurus pengolahan sampah, 
  5. Pelatihan konstruksi dasar dan rumah sehat, serta pelatihan perilaku hidup bersih dan sehat untuk 210 peserta,  
  6. serta pelatihan mitigasi bencana untuk masyarakat. 

Karin Zulkarnaen menambahkan dan menyatakan harapan besar terhadap program DMP ini, “Serangkaian kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dalam jangka panjang, sehingga dapat hidup lebih sehat, sejahtera, dan berdaya ” ujar Karin. 

Secara garis besar, DMP tahap tiga ini berfokus pada lima prioritas pembangunan, yaitu akses terhadap hunian layak, fasilitas pendidikan, pengelolaan bank sampah dan penerapan gaya hidup ramah lingkungan, peningkatan pemahaman hidup bersih, serta kesadaran masyarakat akan mitigasi bencana. 

Peresmian program Desa Maju Prudential tahap ketiga di Desa Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat (2/11). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: PRUVolunteers & Bazar Gembira UMKM: Kolaborasi Habitat for Humanity Indonesia dan Prudential 

Sebelumnya, Habitat Indonesia bersama Prudential telah berhasil menjangkau lebih dari 5.100 warga dengan berbagai proyek yang meliputi pembangunan 15 unit rumah layak huni baru, renovasi 10 unit rumah yang berkaitan dengan air, sanitasi, dan kebersihan, pembangunan 38 unit toilet rumah tangga, 2 unit sekolah seni lukis, pelatihan promosi gaya hidup higienis untuk 412 peserta, serta pelatihan mitigasi bencana dan pembangunan rumah sehat dalam DMP tahap dua di Desa Gunung Putri. 

Selain itu, dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat menjadi tangguh secara finansial, Habitat Indonesia bersama Prudential telah merenovasi 10 unit UMKM, memberikan pelatihan kewirausahaan kepada 50 peserta UMKM, keterampilan vokasi bagi anak muda, serta edukasi literasi finasial untuk masyarakat Desa Gunung Putri. Tak sampai di situ, berbagai program kesehatan pun dilakukan, seperti cek kesehatan gratis termasuk papsmear, dan penyediaan alat kesehatan untuk Posyandu setempat. 

Arwin Soelaksono, Program Director Habitat for Humanity Indonesia, menyampaikan kebahagiaannya karena kembali dipercaya sebagai mitra oleh Prudential untuk melanjutkan tahap ketiga program DMP. Menurutnya, kolaborasi ini membuka peluang untuk mendukung dan memberdayakan masyarakat dengan memberikan akses ke hunian yang layak, pendidikan, serta lingkungan yang lebih sehat, aman, dan nyaman. Bersama Prudential dan PRUVolunteers, ia optimis bahwa program ini akan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat Desa Gunung Putri dan sekitarnya hingga tahun 2026. 

Sejak awal kerja sama dengan Habitat for Humanity Indonesia pada tahun 2020, Prudential telah mendukung pemberdayaan lebih dari 19.000 warga di berbagai desa. Di Desa Tanjung Anom, Mauk, Kabupaten Tangerang, misalnya, program ini telah berhasil membangun 63 unit rumah dan toilet baru, 2 sumber air bersih beserta 272 meter sistem drainase, pemasangan 25 unit fasilitas cuci tangan portable, penyelenggaraan pelatihan WASH (Water, Sanitation and Hygiene), pelatihan Konstruksi Dasar, Rumah Sehat, serta distribusi paket alat kebersihan diri untuk 617 keluarga dan voucher sembako untuk 562 keluarga. 

Menjadi awal langkah baik Prudential memulai program DMP tahap tiga ini, kegiatan peresmian juga turut diwarnai dengan antusiasme lebih dari 200 PRUVolunteers yang ikut membangun rumah layak huni, toilet rumah tangga, mengelola sampah, dan menanam biopori. Selain itu, terdapat aktivitas bazar UMKM dan senam sehat yang diikuti oleh lebih dari 300 peserta. 

Peresmian program Desa Maju Prudential tahap ketiga di Desa Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat (2/11). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Habitat for Humanity Indonesia mengajak seluruh Sahabat Habitat untuk turut mendukung serta mendoakan kelancaran pelaksanaan program ini, agar setiap langkah dapat membawa manfaat berkelanjutan dan memperkuat kualitas hidup warga setempat di masa mendatang. 

(kh/av) 

Thumnail – AWS TBS
ID-EN Blog

Gandeng Habitat, Amazon Web Services Resmikan Think Big Space 

Pemotongan pita peresmian Think Big Space (TBS) di SMKN 1 Karawang (26/10). Foto: HFHI/Budi Aryanto

Karawang, 24 Oktober 2024 – Amazon Web Services (AWS) bekerja sama dengan Habitat for Humanity Indonesia resmikan Think Big Space (TBS) di SMK Negeri 1 Karawang.  

Seremoni peresmian ditandai dengan pemotongan pita oleh Pj Gubernur Jawa Barat, Bapak Bey Machmudin,  Pjs Bupati Karawang, Bapak Teppy Wawan Dharmawan, Plh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Bapak Bambang Tirtoyuliono, Country Manager AWS Data Center Indonesia, Bapak Winu Adiarto, dan Chief Financial Officer Habitat for Humanity Indonesia, Bapak Christian Khorigin, pada Kamis, 26 Oktober 2024. 

Menggandeng Habitat for Humanity Indonesia sebagai mitra nirlaba, AWS membangun ruang digital yang dilengkapi dengan beragam fasilitas modern, di antaranya perangkat STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Math), 18 komputer dengan akses gratis ke AWS Skill Builder sebagai pusat pembelajaran online, perangkat Amazon Echo, studio podcast, printer 3D, dan set Virtual Reality. 

AWS Think Big Space dirancang untuk menciptakan ruang belajar yang melampaui kelas konvensional, di mana siswa dapat mengasah keterampilan STEAM dan mengembangkan inovasi melalui pendekatan langsung dalam menghadapi tantangan dunia nyata.  

Dalam sambutannya, Bapak Winu Adiarto menyampaikan bahwa TBS di SMKN 1 Karawang merupakan yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara, diharapkan dapat memperluas wawasan siswa di bidang teknologi serta membekali mereka dengan keterampilan digital yang relevan. “TBS ini adalah ruang khusus bagi siswa, pendidik, dan komunitas untuk mengeksplorasi ide-ide terkait STEAM melalui pendidikan teknis dan pelatihan cloud computing yang interaktif,” ujar Winu Adiarto. 

Think Big Space di SMKN 1 Karawang akan menyelenggarakan berbagai sesi pelatihan STEAM, seperti pemrograman, kecerdasan buatan (AI), robotika, dan otomatisasi, dengan sasaran siswa kelas 10 hingga 12. Selain itu, AWS akan menggunakan ruangan ini sebagai pusat pelatihan untuk program seperti Skilled in the Cloud, yang menawarkan pelatihan cloud, lokakarya digital, dan kelas coding. 

Kunjungan Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, melihat fasilitas Think Big Space (TBS) di SMKN 1 Karawang (26/10). Foto: Humas Pemprov Jabar

Baca juga: Inagurasi Peresmian Fasilitas Air Bersih AWS & Kick-off Program Pencegahan Stunting 

Pj Gubernur Jawa Barat, Bapak Bey Machmudin, mengapresiasi inisiatif ini sebagai solusi bagi tantangan link and match antara pendidikan dan industri. “Kami percaya pada kekuatan pendidikan dan teknologi dalam membuka potensi sumber daya manusia. Dengan kehadiran TBS, kami semakin siap memberdayakan pelajar di Jawa Barat dan Indonesia untuk masa depan digital,” katanya. 

Winu Adiarto kembali menyampaikan bahwa ke depannya TBS ini tidak hanya akan terbatas di lingkungan sekolah, namun juga akan diperluas ke sarana publik sesuai dengan kebutuhan komunitas sekitarnya. “Think Big Space ini diharapkan dapat membangun kapabilitas teknis generasi muda, khususnya mengingat 70 persen penduduk Indonesia berusia 14-47 tahun. Ini adalah potensi besar yang harus dimanfaatkan secara positif,” ujarnya. 

Melalui peluncuran program ini, AWS dan Habitat for Humanity Indonesia berharap SMK di Jawa Barat dapat terus berinovasi, menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar global, serta menjadi penggerak dalam perkembangan industri dan ekonomi di Indonesia. 

(kh/av) 

Thumbnail
ID-EN Blog

Memperingati Hari Sumpah Pemuda, Habitat for Humanity Indonesia Gelar 28UILD 2024 untuk Mengajak Generasi Muda Beraksi Bangun Indonesia 

Habitat for Humanity Indonesia mengajak lebih dari 700 orang relawan untuk membangun 71 rumah baru bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menanam lebih dari 450 pohon di Tangerang, Gresik, dan Batam dalam aksi peduli lingkungan. 

Jakarta, 26 Oktober 2024 – Menyambut Hari Sumpah Pemuda, Habitat for Humanity Indonesia kembali menggelar 28UILD 2024—sebuah kegiatan volunteer akbar yang yang melibatkan para generasi muda Indonesia untuk membangun rumah layak huni bagi keluarga yang membutuhkan. 

Tahun ini, lebih dari 700 relawan beraksi serentak di tiga kota, yaitu Tangerang, Gresik, dan Batam pada 26 Oktober 2024, untuk membangun dan mengecat rumah layak huni bagi keluarga yang membutuhkan. Tak hanya itu, untuk pertama kalinya para relawan juga diajak menanam pohon, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan bumi kita. Sebanyak total 71 rumah baru dibangun dan lebih dari 450 pohon ditanam di ketiga kota tersebut. 

Sejak dimulai pada tahun 2012, 28UILD telah terlaksana sebanyak 11 kali dan berhasil menggerakkan lebih dari 5.700 relawan dari berbagai kota di Indonesia. Tahun ini, kegiatan 28UILD semakin istimewa dengan dukungan dari figur publik yang menginspirasi seperti Daniel Mananta, Joanna Alexandra, Nadia Tjoa, Han Chandra, Nathan Khubani, dan Kurnia Hidayat, yang turut membangun rumah dan menyuarakan pentingnya aksi peduli lingkungan. 

“Kami berharap dapat memperlihatkan bahwa pemuda punya peran besar dalam membangun Indonesia, baik secara sosial maupun lingkungan,” ujar Handoko Ngadiman, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia. “Melalui 28UILD, kita bersama-sama menciptakan perubahan positif—tidak hanya dengan membangun rumah, tapi juga dengan menjaga lingkungan. Generasi muda adalah pilar penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik.” 

Daniel Mananta, aktor serta pembawa acara ternama Indonesia yang telah mendukung gerakan ini selama bertahun-tahun juga menceritakan pengalamannya, “Gue bersyukur banget  bisa diundang setiap tahunnya oleh Habitat untuk berpartisipasi di acara 28UILD ini. Setiap tahun gue ketemu dengan keluarga-keluarga baru yang rumahnya itu kita renovasikan buat mereka. Gue juga merasa sangat termotivasi melihat perubahan besar yang terjadi pada semua keluarga yang kita bantu. Dari rumah yang sebelumnya tidak layak huni, sekarang mereka punya tempat tinggal yang lebih nyaman dan sehat.” 

Bukan hanya membangun rumah, Daniel juga mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan upaya kita bersama untuk membangun harapan baru. “Dari mereka yang tadinya mungkin mempunyai cita-cita sama seperti orang tuanya, tapi dengan rumah yang lebih layak lagi mereka bisa mempunyai cita-cita dan impian yang jauh lebih tinggi lagi daripada orang tuanya,” ungkap Daniel. 

Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir  ini, semakin banyak anak muda Indonesia yang terjun dalam kegiatan sosial. Habitat for Humanity Indonesia menyediakan wadah inspiratif bagi mereka melalui Habitat Young Star—program yang memungkinkan para pemuda berkreasi dan berinovasi dalam proyek-proyek yang memberikan dampak positif bagi komunitas. Tahun ini, dua pemuda, Denzel Setiawan dan Kirana Ratomo, turut mewujudkan proyek mereka dalam membangun taman bermain untuk anak-anak setempat. 

Kirana Ratomo berbagi kisah mengenai inspirasinya dalam memanfaatkan limbah ban bekas untuk membangun fasilitas bermain dan menggambar mural berwarna cerah di dinding taman. “Saya ingin menciptakan ruang yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak, sambil menunjukkan bahwa dengan sedikit kreativitas, kita bisa mengubah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan indah,” ujar Kirana. 

Tak lupa, Denzel Setiawan, juga berhasil mengolah limbah kerang di sekitar Mauk, Kab. Tangerang menjadi mortar dengan proyek uji coba berupa renovasi lapangan bulu tangkis di Desa Marga Mulya yang akan digunakan oleh warga setempat. “Saya senang sekali bisa berkontribusi dalam 28UILD dengan memanfaatkan limbah kerang menjadi sesuatu yang berguna, yaitu campuran bahan bangunan mortar. Ini menunjukkan bahwa banyak hal di sekitar kita, yang tadinya hanya dianggap sampah, bisa diolah menjadi solusi,” kata Denzel Setiawan. 

Habitat for Humanity Indonesia berharap kegiatan 28UILD dapat terus menjadi momentum untuk menyatukan semangat pemuda Indonesia dalam membantu sesama. Ke depan, diharapkan semakin banyak pemuda yang tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial semacam ini. Dengan gotong royong dan aksi nyata, Habitat for Humanity Indonesia percaya bahwa bersama-sama, generasi muda dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan. 

(ss/av)

Thumbnail – Website Blog
ID-EN Blog

Mengukir Jalan Sukses Tukang Bangunan dan Kesempatan Bersaing di Dunia Kerja 

Habitat for Humanity Indonesia bersama Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Republik Federal Jerman (BMZ), menginisiasi Pelatihan Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK), dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi 600 tenaga konstruksi di wilayah Provinsi Banten.   

Sejumlah peserta Pelatihan SKK & K3 yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia bersama Pemerintah Jerman menerima sertifikat kompetensi kerja di Mauk, Kabupaten Tangerang (11/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Lebih dari tiga dekade bekerja sebagai tukang bangunan, Sugiyono, pria asal Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, tak pernah membayangkan akan memiliki sertifikat resmi yang mengakui keahliannya.  

Tangannya yang selama ini menyusun batu bata dan semen, kini menggenggam selembar sertifikat, simbol pengakuan resmi atas keterampilan yang telah ia asah puluhan tahun.  

“Tiga puluh tahun saya bekerja sebagai tukang, baru kali ini keahlian saya diakui dan mendapat sertifikat,” ujar Sugiyono saat ditemui setelah mengikuti pelatihan Unit Kompetensi Pasang Dinding. 

Sementara itu, Muflikan, tukang asal Desa Marga Mulya yang juga mengikuti pelatihan, mengungkapkan kegembiraan serupa.  

“Akhirnya saya punya legalitas yang sah, saya menunggu momen ini setelah dua puluh lima tahun bekerja di bangunan. Beda dengan dulu, sekarang ini agak sulit bagi saya mencari pekerjaan. Setiap kali melamar ke mandor, kontraktor, atau bahkan langsung ke pemilik rumah, selalu saja ditanya, punya sertifikat atau enggak,” ujarnya. 

Kondisi ini tak hanya dirasakan oleh Sugiyono dan Muflikan. Di dunia konstruksi yang semakin berkembang, tuntutan untuk memiliki sertifikat kompetensi kerja semakin tinggi. Dari 8,3 juta tenaga kerja konstruksi di Indonesia, hanya 7,4% atau sekitar 616.000 yang memiliki sertifikat (BPS, 2018). Angka yang jauh dari cukup untuk memenuhi standar industri yang semakin menuntut legalitas formal di tengah persaingan yang ketat. 

600 Tenaga Konstruksi Tersertifikasi 

Melihat kesenjangan ini, Habitat for Humanity Indonesia bersama Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Republik Federal Jerman (BMZ), menggagas program pelatihan Sertifikasi Kompetensi Kerja (SKK) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).  

Kegiatan Pelatihan SKK & K3 untuk 600 tenaga konstruksi yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah Jerman di Kosambi, Kabupaten Tangerang (3/10). Foto: HFHI/Radhitya Yoga

Pelatihan ini bertujuan untuk membantu para pekerja bangunan seperti Sugiyono dan Muflikan mendapatkan sertifikat resmi yang diakui secara nasional. Pelatihan ini diadakan di Balai Latihan Kerja Cipondoh, Kota Tangerang, dan Balai Latihan Kerja Kosambi, Kabupaten Tangerang, yang menyasar lebih dari 600 tenaga kerja konstruksi. 

Program ini dibagi menjadi tiga tahap pelatihan. Tahap pertama diikuti oleh 210 tukang yang telah diselenggarakan pada 20-30 September 2023, disusul oleh 240 tukang pada tahap kedua yang digelar pada 20-30 Maret 2024, dan 150 tukang pada tahap ketiga yang baru saja dilakukan pada 3-12 Oktober 2024 lalu.  

Selama 10 hari, para peserta dibekali dengan pengetahuan praktis dan teknis sesuai dengan unit kompetensi yang berbeda-beda. Mulai dari Unit Kompetensi Pipa, Atap Baja Ringan, Cat, Pasang Ubin, Keramik, Marmer dan Teraso, hingga Pasang Dinding, semua pelatihan disesuaikan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Konstruksi. 

Sejumlah peserta mengikuti kelas unit kompetensi pasang dinding dalam Pelatihan SKK & K3 yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah Jerman di Kosambi, Kabupaten Tangerang (4/10). Foto: HFHI/Radhitya Yoga

Baca Juga: Pelatihan SKK dan K3 Tenaga Konstruksi

Bagi Abdul Aziz, tukang yang mengikuti Unit Kompetensi Cat, pengalaman ini membawa angin segar. “Banyak ilmu baru yang saya dapatkan. Saya diajari praktik yang lebih baik dan efisien. Tak hanya itu, pada akhirnya saya bisa mendapatkan sertifikat yang dapat saya bawa saat melamar pekerjaan nanti,” kata Abdul. 

Selama pelatihan, peserta tak hanya mendapatkan pelatihan teknis, tetapi juga diuji oleh asesor dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) di hari terakhir. Para asesor ini menilai kelayakan peserta untuk mendapatkan sertifikat berdasarkan standar yang berlaku.  

Salah satu asesor, Bambang, mengatakan bahwa program ini memberikan pengaruh signifikan bagi para tukang. “Sertifikasi ini sangat penting karena tukang juga harus memiliki bukti resmi yang mengakui keahlian mereka. Dari pengamatan saya, para peserta terlihat lebih percaya diri setelah mengikuti program ini,” ujar Bambang. 

Sejumlah peserta mengikuti kelas unit kompetensi pasang ubin, keramik, marmer & teraso dalam Pelatihan SKK & K3 yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah Jerman di Cipondoh, Kota Tangerang (4/10). Foto: HFHI/Budi Aryanto

Tirta Mustika Ratih, Ketua Tim Kegiatan Pembinaan Jasa Konstruksi Bidang Kawasan Permukiman Dinas Perumahan, Pemukiman, dan Pertanahan Kota Tangerang, turut menggarisbawahi pentingnya sertifikat ini. “Sertifikat ini adalah amanat undang-undang. Pemerintah memiliki kewajiban memastikan semua tenaga konstruksi memiliki sertifikat. Sertifikat ini memberikan mereka izin untuk bekerja dan berlaku hingga lima tahun ke depan,” jelas Tirta. 

Dengan sertifikat di tangan, banyak peserta merasa lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan di dunia kerja. Ali Anwar, seorang tukang yang mengikuti Unit Kompetensi Atap Baja Ringan, mengaku bahwa sertifikasi ini memberinya harapan baru. “Sekarang saya merasa lebih percaya diri dan siap mencari pekerjaan yang lebih baik. Sertifikat ini menjadi modal besar untuk meyakinkan calon pemberi kerja,” ungkap Ali. 

Salah satu peserta berfoto bersama sertifikat miliknya setelah mengikut Pelatihan SKK & K3 yang diselenggarakan Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah Jerman di Mauk, Kabupaten Tangerang (11/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Dukungan Multipihak 

Program ini tentunya tidak terlepas dari dukungan sejumlah pihak seperti PT Mowilex Indonesia, PT Wavin Indonesia, PT Tata Metal Lestari, PT Tatalogam Lestari, PT Mortar Utama (Saint-Gobain), dan PT Etex Building Performance Indonesia. Dukungan mereka dalam bentuk bantuan finansial, material, dan tenaga pelatih memungkinkan terlaksananya program ini dengan baik. 

Dengan dukungan dari Pemerintah Jerman, Habitat for Humanity Jerman, Habitat for Humanity Indonesia, dan perusahaan-perusahaan ini tidak hanya mengupayakan mengembangkan kapasitas tenaga kerja, tetapi juga merupakan bagian dari komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.  

Habitat for Humanity Indonesia, yang selama ini dikenal lewat program pembangunan rumah layak huni, kini memperluas dampaknya dengan membantu para pekerja bangunan mendapatkan pengakuan yang layak. 

Melalui program ini, Sugiyono, Muflikan, dan ratusan tukang lainnya sekarang memiliki peluang yang lebih baik untuk bersaing di dunia kerja, mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. “Ini bukan sekadar tentang mendapatkan sertifikat, tapi tentang masa depan yang lebih cerah bagi kami semua,” tutup Sugiyono. 

(kh/av)