Kategori: ID-EN Blog

Thumbnail – Neneng
ID-EN Blog

Kado Terindah di Tahun Baru: Rumah Layak Penuh Harapan 

Di penghujung tahun 2024, Neneng (35), seorang ibu dari Kabupaten Bogor – Jawa Barat, menerima hadiah terbaik yang tak pernah terlintas dalam angannya. Tepat di tengah perjuangannya melewati getirnya hidup, hadir sebuah harapan yang nyata —rumah baru yang layak huni dari Habitat for Humanity Indonesia. 

Namun, kejutan tak berhenti di sana. Sehari setelah rumah itu selesai dibangun, putri ketiganya lahir. Dua anugerah yang datang berturut-turut, menjadi jawaban atas doa-doa yang Neneng panjatkan selama ini. “Saya tidak pernah membayangkan semua ini terjadi. Allah sangat baik kepada saya dan keluarga saya,” ucap Neneng saat mengenang momen indah itu. 

Sebelumnya, hidup Neneng penuh dengan kegelisahan dan perjuangan. Rumah warisan orang tua yang ia tinggali bersama suami dan dua putrinya berada dalam kondisi memprihatinkan. Atapnya bocor, dindingnya rapuh, dan lantainya berlubang. “Waktu saya hamil besar, saya serba takut. Rumah bocor saat hujan, pernah juga ada ular masuk ke dalam. Saya cuma bisa berserah, berharap semuanya akan baik-baik saja,” kenang Neneng.  

Komarudin (40), suami Neneng, juga berada dalam dilema. Sebagai buruh tani serabutan, penghasilannya jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Neneng pun terpaksa membantu dengan mencari barang plastik dan rongsok di sekitar rumah. Namun, penghasilan tambahan itu hanya menyisakan uang receh di tangan. “Paling banyak dapat Rp20.000 sehari. Itu pun tidak cukup untuk beli beras dan keperluan anak yang lain,” ujar Neneng. 

Kondisi tersebut membuat Neneng tak henti memikirkan masa depan anak-anaknya. “Ibu khawatir sekali, apa rumah yang sudah reyot ini bisa memberikan masa depan yang baik? Terutama untuk si kecil yang akan lahir,” ucap Neneng mengenang rasa cemas yang menyelimuti hari-harinya. 

Neneng menggendong putrinya di halaman rumah layak huni miliknya yang dibangun Habitat for Humanity Indonesia (3/1). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Secercah Harapan Baru di Rumah Biru Milik Siti Nurhayati

Namun, semua berubah saat Habitat for Humanity Indonesia hadir. Dengan komitmen membantu keluarga-keluarga yang membutuhkan, Habitat membangun kembali rumah Neneng menjadi tempat tinggal yang layak huni—sebuah pondasi baru untuk kehidupan yang lebih baik.  

Kini, Neneng tak lagi dihantui rasa cemas. Rumah barunya berdiri dengan kokoh, memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi keluarganya. “Bersyukur sekali atas karunia Allah. Hilang sudah rasa khawatir saya. Tidak ada lagi cerita soal rumah bocor, dan anak-anak bisa tidur nyenyak tanpa takut ada binatang yang masuk,” ungkap Neneng dengan penuh rasa syukur. 

Semangat baru di awal tahun 2025 mengisi kehidupan Neneng dan keluarganya. Rumah baru ini menjadi simbol harapan, tempat di mana mimpi-mimpi kecil bisa mulai bertumbuh. Habitat percaya, rumah adalah dasar dari kehidupan yang lebih baik. Dari sini, kesehatan, pendidikan, dan masa depan yang cerah dimulai. 

Bagi Neneng, rumah ini bukan sekadar tempat tinggal. Ini adalah janji bagi anak-anaknya, terutama si kecil yang baru lahir, bahwa mereka akan tumbuh di lingkungan yang layak dan penuh kasih. “Mau bagaimana pun, rumah ini adalah segalanya. Tempat kami bertumpu untuk kehidupan yang lebih baik,” tutup Neneng dengan senyum, membawa harapan untuk masa depan. 

Neneng bersama putrinya di teras rumah layak huni miliknya yang dibangun Habitat for Humanity Indonesia (3/1). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Mari bersama-sama wujudkan hunian layak bagi jutaan keluarga di Indonesia yang masih berjuang untuk tempat tinggal yang aman dan nyaman.  Setiap langkah kecil dari #SahabatHabitat adalah harapan besar bagi mereka, memberikan kesempatan untuk hidup lebih baik dan bermartabat. Donasi sekarang dan jadi bagian dari perubahan: www.habitatindonesia.org/donate

(kh/av)

Thumbnail
ID-EN Blog

Melampaui Batas: Kolaborasi POSCO dan Habitat for Humanity Bangun Masa Depan Lebih Baik 

Kolaborasi berkelanjutan Habitat for Humanity dan POSCO mendukung langsung 214 anggota keluarga berpenghasilan rendah melalui pembangunan dan renovasi rumah, serta penguatan 333 individu melalui pelatihan manajemen rumah tangga sehat.

Cilegon, 16 Januari 2025 –  POSCO bersama Habitat for Humanity, Community Chest of Korea dan KRAKATAU POSCO merampungkan proyek kolaborasi bertajuk “Beyond Borders: Building a Better Future Together” yang berlangsung pada 12-16 Januari 2025. Dalam proyek ini, 49 mahasiswa dari Korea, 11 mahasiswa Indonesia, serta 60 volunteer yang merupakan karyawan KRAKATAU POSCO terjun langsung menjadi sukarelawan untuk mengikuti berbagai rangkaian kegiatan mulai dari pembangunan rumah untuk keluarga prasejahtera di Kota Cilegon, berbagai program pelatihan, hingga program penjagaan dan pelestarian lingkungan. 

Dalam proyek kali ini, fokus utama adalah menyediakan hunian yang aman dan layak serta memperbaiki fasilitas pendidikan dengan membangun lima rumah layak huni serta merenovasi fasilitas sekolah di lingkungan Ciwandan dan Citangkil, Kota Cilegon. Rumah-rumah baru ini dirancang dengan konsep ramah lingkungan, menggunakan eco-brick dari limbah plastik, sistem pemanenan air hujan, dan bio-septic tank. Pendekatan ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga memberikan solusi praktis bagi tantangan sanitasi dan air bersih di daerah tersebut. Selain itu, renovasi fasilitas sekolah yang dilakukan di MTs Al Hidayah memberikan dampak langsung kepada 96 siswa dan guru, menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, melalui ruang guru yang lebih layak dan toilet yang sehat. 

Proyek ini tak hanya berfokus pada pembangunan fisik tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat. Selain menyediakan hunian yang aman dan layak, serta fasilitas pendidikan yang memadai, proyek ini juga mencakup pelatihan manajemen rumah sehat dan peningkatan kesadaran mitigasi bencana. Inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan komunitas yang lebih kuat dan tangguh, khususnya di daerah rawan bencana. 

Sebagai bagian dari komitmen pelestarian lingkungan, kolaborasi ini juga mencakup aksi membersihkan pantai dan penanaman terumbu karang buatan yang terbuat dari slag baja KRAKATAU POSCO sebagai bahan dasar substrat yang digunakan pada penanaman terumbu karang di sekitar area Pantai Carita bersama Konservasi Alam Bawah Laut Sukarame. Inisiatif ini menegaskan komitmen bersama untuk menjaga kelestarian laut melalui peningkatan pertumbuhan ekosistem laut dan penyerapan karbon dioksida, sekaligus membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. 

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Beyond, pada Kamis, 16 Januari 2025, di Aula Kominfo, Cilegon, berlangsung acara Cultural Performance yang dihadiri oleh dihadiri oleh tamu-tamu istimewa, termasuk Walikota Cilegon, H. Helldy Agustian, S.E., S.H., M.H, pejabat daerah terkait, jajaran Direksi KRAKATAU POSCO, serta masyarakat Kota Cilegon khususnya dari lingkungan Ciwandan dan Citangkil. Dalam kegiatan tersebut, 49 sukarelawan muda global Beyond menampilkan budaya tradisional dan kontemporer Korea yang dinamis. Sementara itu, muda-mudi kota Cilegon di bawah naungan Duta Seni KS mempersembahkan budaya tradisional Indonesia yang elok. Puncak acara ditandai dengan kolaborasi penampilan budaya Indonesia dari Beyond dan Duta Seni KS yang indah dan memukau, meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir. 

Baca juga: Menyemai Asa Kedua Bersama IES Jakarta Melalui Rumah Layak Huni

Presiden Direktur PT KRAKATAU POSCO, Mr. Jang Bum-Su, menyerahkan simbolis serah terima rumah layak huni kepada salah satu penerima manfaat di Cilegon (16/01). Foto: HFHI/Kevin Herbian.

Dalam kesempatan ini, Presiden Direktur PT Krakatau POSCO, Mr. Jung Bum-Su, mengungkapkan rasa bangganya atas kolaborasi ini. “Senang rasanya dapat bekerja sama dengan Habitat for Humanity dalam membantu warga Cilegon, khususnya masyarakat yang berada di lingkungan terdekat kami sebagai perusahaan representatif POSCO di Indonesia. Harapan kami, melalui proyek ini, tidak hanya rumah yang terbangun, tetapi juga semangat baru dan harapan akan masa depan yang lebih cerah bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan. Kami berharap Beyond Borders dapat terus menjadi inspirasi untuk membangun jembatan antarbudaya dan mendorong pemberdayaan masyarakat lokal,” ungkapnya. 

Abraham Tulung, General Manager Resource Development Habitat for Humanity Indonesia, menegaskan bahwa kerja sama dengan POSCO telah memberikan dampak positif selama bertahun-tahun. “Hubungan panjang antara Habitat dan POSCO telah membantu banyak keluarga mendapatkan tempat tinggal yang layak. Kami berharap kolaborasi ini terus berkembang untuk membawa manfaat yang lebih besar di masa depan,” katanya. 

Ditemui dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Cilegon, Helldy Agustian, menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap inisiatif kolaborasi ini. “Kami sangat mengapresiasi kontribusi nyata dari POSCO, KRAKATAU POSCO, dan Habitat for Humanity dalam mendukung pembangunan rumah layak huni serta renovasi sekolah bagi warga Cilegon. Program seperti ini tidak hanya memberikan dampak langsung bagi masyarakat, tetapi juga mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang sangat berarti bagi kota kami. Kami berharap sinergi seperti ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas di masa mendatang,” ujar Helldy. 

Acara ini diakhiri dengan penyerahan simbolis kunci rumah kepada seluruh penerima manfaat, yang diiringi dengan rasa haru dan sukacita dari para penerima. Para pemangku kepentingan yang hadir sepakat bahwa proyek ini adalah langkah awal dari banyak kolaborasi yang akan datang untuk terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Cilegon. 

Kegiatan POSCO Beyond merupakan wujud nyata kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. Melalui kolaborasi yang erat, kegiatan ini membuktikan bahwa kita dapat melampaui batas-batas geografis, budaya, dan sosial untuk menciptakan hubungan yang lebih erat serta mewujudkan dunia yang lebih baik. 

(ss/av)

2
ID-EN Blog

Menyemai Asa Kedua Bersama IES Jakarta Melalui Rumah Layak Huni 

Tangerang, 30 November 2024 – IES Jakarta kembali menunjukkan komitmennya yang kuat dalam mendukung visi Habitat for Humanity Indonesia; memastikan setiap keluarga memiliki tempat tinggal yang layak, aman, dan nyaman.

Setelah sukses membantu 20 keluarga berpenghasilan rendah memiliki hunian yang layak selama periode 2023-2024. IES Jakarta kini kembali memulai pembangunan 20 unit rumah baru di Desa Marga Mulya, Kecamatan Mauk, Tangerang, sebuah desa yang menyimpan harapan akan kehidupan yang lebih baik. 

Langkah besar ini ditandai dengan semangat luar biasa dari 60 relawan IES Jakarta. Dalam kegiatan volunteering bertajuk “Building Hearts” yang dilaksanakan pada 30 November 2024 lalu, para relawan bergotong-royong membangun pondasi rumah-rumah baru. Di bawah terik matahari, tawa dan kerja keras mereka menjadi simbol nyata dari kepedulian dan cinta kasih untuk sesama. 

Keluarga-keluarga penerima manfaat dari program ini adalah mereka yang sehari-hari berjuang dengan kondisi ekonomi terbatas. Sebagian besar bekerja sebagai nelayan, buruh serabutan, atau petani kecil. Rumah yang mereka tinggali selama ini umumnya merupakan warisan orang tua—bangunan tua yang sudah lapuk dimakan usia. Dinding yang retak dan berlubang, atap yang bocor, dan ruang yang pengap telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Namun, harapan kini hadir, membawa janji akan perubahan yang lebih baik.

Para relawan IES Jakarta berfoto bersama saat kegiatan volunteering “Building Hearts” di Mauk – Tangerang (30/11). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Melanjutkan Jejak Kebaikan Raden Hapsoro

Rachel Feather, salah satu relawan yang terlibat dalam kegiatan ini, berbagi pandangannya. “Saya percaya, apa yang kami lakukan di sini bukan hanya tentang membangun rumah, tetapi juga memberikan ruang yang aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Rumah adalah tempat di mana mimpi dimulai, dan saya bangga bisa menjadi bagian dari mimpi besar mereka,” ujarnya.

Semangat ini juga dirasakan oleh Kepala Desa Marga Mulya, Joko. Dengan penuh rasa syukur, ia menyampaikan, “Saya sangat mengapresiasi dan berterima kasih sebesar-besarnya kepada IES Jakarta yang untuk kedua kalinya mendukung warga kami. Bantuan ini bukan hanya membangun rumah, tetapi juga membangun masa depan untuk generasi kami.”

Melalui program ini, IES Jakarta dan Habitat for Humanity Indonesia tidak hanya memberikan dinding yang kokoh atau atap yang kuat. Melainkan membawa harapan, martabat, dan rasa aman bagi keluarga-keluarga di Desa Marga Mulya. Dengan dukungan ini, para keluarga kini memiliki fondasi yang lebih dari sekadar material—fondasi untuk masa depan yang lebih baik.

Pembangunan 20 unit rumah ini direncanakan selesai dalam satu tahun ke depan. Namun, perjalanan ini membutuhkan doa dan dukungan dari semua pihak, termasuk Anda, #SahabatHabitat. Semoga langkah ini menginspirasi lebih banyak orang untuk bersama-sama membangun dunia dimana setiap keluarga berhak memiliki rumah yang layak.

(kh/av)

Thumbnail – Golf
ID-EN Blog

Hole-in-One: Terwujudnya Rumah Layak Huni untuk Tiga Keluarga Indonesia 

Jakarta, 2 November 2024 – Habitat for Humanity Indonesia dengan sukacita mengumumkan bahwa dua pukulan Hole-in-One yang luar biasa di BNI Indonesian Masters 2024 telah menghasilkan donasi tiga rumah untuk keluarga Indonesia yang membutuhkan.

Pegolf ternama asal Amerika Serikat, Bubba Watson, mencuri perhatian dalam turnamen ini dengan pukulan sempurna pada hole 11 par-3 sepanjang 154 yard menggunakan pitching wedge. Terinspirasi oleh prestasi fenomenal tersebut, Watson dengan murah hati menyumbangkan satu rumah tambahan untuk keluarga Indonesia melalui Habitat for Humanity Indonesia, sehingga total rumah yang didonasikan menjadi dua unit.

Tak lama setelah pukulan bersejarah Bubba, Phachara Khongwatmai juga membuat kejutan dengan pukulan Hole-in-One di hole 11 menggunakan wedge 48 derajat. Pukulan luar biasa ini semakin memperbesar dampak amal, menghasilkan donasi rumah tambahan untuk keluarga Indonesia yang membutuhkan.

Sebelumnya, para pegolf yang berpartisipasi dalam turnamen BNI Indonesian Masters 2024 juga mengikuti The Keepie Uppie Challenge. Dalam tantangan ini, 16 pegolf berhasil men-juggling bola dengan total donasi yang terkumpul mencapai Rp80.000.000,- (Rp5 juta untuk setiap operan).

16 pegolf berpartisipasi dalam The Keepie Uppie Challenge saat turnamen BNI Indonesian Masters 2024 di Jakarta. Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Melanjutkan Jejak Kebaikan Raden Hapsoro

Habitat for Humanity Indonesia, yang hadir sebagai charity partner dalam ajang bergengsi ini, berperan aktif dalam penggalangan dana untuk mendukung pembangunan rumah layak huni bagi keluarga berpenghasilan rendah. Habitat Indonesia mengucapkan terima kasih atas kesempatan luar biasa yang diberikan untuk menjadi bagian dari turnamen ini.

“Habitat for Humanity Indonesia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bubba Watson dan Phachara Khongwatmai atas pencapaian Hole-in-One yang luar biasa di BNI Indonesian Masters 2024. Prestasi ini lebih dari sekadar tonggak bersejarah dalam dunia golf, ini adalah berkah yang sangat berarti dan akan langsung memberikan dampak nyata bagi kehidupan keluarga berpenghasilan rendah di Indonesia. Kami juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada BNI Indonesian Masters 2024 atas dukungan yang luar biasa. Kemitraan ini akan membantu kami membangun masa depan yang lebih cerah bagi keluarga-keluarga yang kami bantu,” ujar Abraham Tulung, General Manager of Resource Development Habitat for Humanity Indonesia.

Kehadiran Habitat for Humanity Indonesia dalam BNI Indonesian Masters 2024 menunjukkan bagaimana olahraga dapat menjadi sarana untuk membawa perubahan sosial yang bermakna. Dengan dukungan dari para pegolf, sponsor, dan mitra lainnya, inisiatif ini tidak hanya menciptakan momen-momen bersejarah di lapangan, tetapi juga memberikan harapan baru bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan. Semoga langkah inspiratif ini terus berlanjut, membawa lebih banyak manfaat bagi masyarakat yang memerlukan bantuan.

(av/kh) 

Thumbnail – Website Blog
ID-EN Blog

Perempuan Selalu Memiliki Peran Penting dalam Pemulihan Perumahan Pasca-Bencana

Saya Arwin Soelaksono dari Habitat for Humanity Indonesia. Saya terlibat langsung pada fase pemulihan awal dan program pemulihan perumahan di Aceh setelah tsunami. Kami membangun lebih dari 8.000 rumah dan diakui sebagai salah satu organisasi non-pemerintah yang paling tangguh yang bekerja di Pantai Barat Aceh, bersama dengan organisasi-organisasi lain seperti Samaritan’s Purse dan Palang Merah Inggris. Selama bertahun-tahun, kami memperoleh pelajaran berharga, merenungkan apa yang telah kami lakukan dalam pemulihan, dan mendapatkan wawasan berharga untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana membangun kembali rumah mereka dengan lebih efektif dan berkelanjutan.

Cerita dari Aceh setelah Tsunami Asia 20 tahun yang lalu

Pada pertengahan 2005, lebih dari 5.000 pekerja kemanusiaan internasional tiba di Aceh. Pada puncak upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh, terdapat 124 LSM internasional, puluhan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan 430 LSM lokal. Antara 2005 hingga 2006, kota-kota seperti Banda Aceh, Meulaboh, dan daerah Pantai Barat lainnya dipenuhi oleh LSM. Dengan dana yang sangat besar, mencapai 7,7 miliar USD, para pekerja langsung memulai pekerjaan mereka.

Namun, seiring dengan banyaknya dana yang digelontorkan untuk operasi pemulihan, kenyataan di lapangan tampak menjadi jelas. Daerah yang terdampak telah menderita lebih dari tiga dekade konflik bersenjata, sehingga kapasitas pasar sangat terbatas. Bahan bangunan jauh di bawah kebutuhan yang diperlukan, terutama untuk lembaga pemulihan yang bekerja di bidang perumahan. Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan ini menyebabkan inflasi yang parah dan persaingan antara lembaga.

Persaingan ini tidak berhenti di situ; masalah lain muncul ketika LSM mulai berselisih mengenai siapa yang akan mendapatkan penerima manfaat. Ini adalah kenyataan yang menyedihkan bahwa suatu lembaga harus bersaing agar penerima manfaat bisa memilih LSM mana yang bisa membangun rumah mereka. Pada waktu itu, sudah menjadi hal biasa bagi LSM untuk mencoba menarik perhatian penerima manfaat dengan menawarkan rumah yang lebih besar atau bahkan rumah dua lantai, bersama dengan furnitur dan TV. LSM seperti Habitat for Humanity Indonesia berada di posisi yang sulit, karena rumah yang kami bangun hanya berukuran 36 meter persegi, dan tanpa furnitur. Kami meyakini bahwa ketika rumah diberikan secara cuma-cuma, pemilik rumah seharusnya menyediakan barang-barang rumah tangga sesuai dengan kebutuhan mereka.

Suatu malam di bulan Maret 2006, sekelompok warga desa datang ke kantor kami di Rigaih, di Pantai Barat Aceh. Mereka meminta kami untuk membangun rumah dengan ukuran 45 meter persegi, bukan 36 meter persegi seperti yang telah kami janjikan. Pembicaraan pun berlangsung tegang. Kami harus setuju, atau mereka akan mengusir kami dan membiarkan LSM lain yang dapat membangun rumah dengan ukuran 45 meter persegi untuk mengambil alih. Persaingan antar LSM ini mengarah pada sikap buruk dari penerima manfaat, menjadikan mereka manja. Pada akhirnya, hal ini bahkan mendikte LSM yang membantu mereka, memaksa kami untuk memenuhi permintaan yang tidak masuk akal tersebut. Malam itu, saya menandatangani surat yang menyatakan bahwa kami akan meninggalkan daerah tersebut dan membiarkan LSM lain bekerja, karena kami menolak memenuhi permintaan mereka.

Keesokan paginya, saat kami bersiap untuk pergi dan mengucapkan selamat tinggal kepada masyarakat, kami terkejut melihat para wanita marah pada suami-suami mereka. Para wanita ini meminta kami untuk tetap tinggal dan membangun rumah mereka. Mereka berkata kepada suami-suami mereka, “Biarkan Habitat yang membangun rumah kami, kemudian kita bisa meminta LSM lain untuk membangun rumah tambahan.” Meskipun saya tidak setuju dengan alasan mereka, saya harus mengakui bahwa itu cukup cerdik. Momen ini membawa kami pada kesadaran baru: perempuan memainkan peran penting dalam pemulihan perumahan pasca-bencana.

Pengalaman di Nepal tahun 2015

Setelah gempa bumi 2015 di Nepal, saya ditugaskan oleh Palang Merah Amerika untuk mendukung pemulihan perumahan. Suatu hari, dalam program pemulihan tersebut, saya mengunjungi desa Kaule, salah satu daerah yang paling terdampak gempa. Saya bertemu dengan seorang wanita yang sedang melakukan pekerjaan fisik yang berat, membawa batu yang akan digunakan untuk membangun rumahnya. Meskipun saya bisa melihat bahwa batu itu berat, saya tidak mendengar keluhan darinya.

Di tempat lain, saya melihat sebuah keluarga yang sedang bekerja membangun rumah mereka, dan semua anggota keluarga tersebut adalah perempuan dari berbagai generasi. Mereka semua terlibat dalam pekerjaan konstruksi. Di lokasi lainnya, saya melihat perempuan yang sedang memperbaiki batang besi untuk ikatan yang tahan gempa. Ini adalah kerja sama komunitas di mana semua orang memahami pentingnya fitur tahan gempa yang harus dipasang di setiap rumah. Dengan cara ini, individu, keluarga, dan komunitas mampu melakukan pekerjaan rekonstruksi dengan baik, setara dengan pria.

Baca juga: Perumahan yang Memadai untuk Masa Depan yang Tangguh

Lalu, mengapa keterlibatan perempuan begitu penting dalam pemulihan perumahan? Dari perspektif saya, ada dua aspek utama yang mendukung hal ini.

Pertama, perempuan sangat fokus. Melindungi anak-anak dan keluarga mereka memotivasi mereka untuk menyelesaikan konstruksi secepat mungkin. Seorang wanita yang saya temui di Nepal berlomba dengan waktu, memastikan rumahnya selesai sebelum musim dingin. Mereka yang telah dilatih dalam metode konstruksi yang aman dengan hati-hati memasang bahan-bahan untuk memastikan struktur yang kokoh.

Kedua, keterlibatan mereka membawa lebih banyak aktor ke dalam ekosistem pemulihan perumahan. Untuk memastikan pemulihan yang berkelanjutan, proses ini harus terus berlanjut bahkan setelah dukungan eksternal dari pemerintah dan LSM hilang. Untuk membangun ekosistem tersebut, dukungan tambahan harus diberikan kepada yang paling rentan, dengan meningkatkan akses ke mata pencaharian, memastikan ketersediaan penyedia layanan keuangan, dan sebagainya. Inisiatif-inisiatif ini umumnya berada di luar lingkup aktor perumahan, sehingga penting untuk bermitra dengan lembaga non-perumahan atau non-pemukiman.

Pelatihan konstruksi tingkatkan peran perempuan lebih efektif

Lalu, bagaimana kita dapat membantu perempuan agar mereka dapat memainkan peran lebih efektif dalam pemulihan perumahan?

Langkah pertama adalah melalui pelatihan konstruksi, seperti yang dilakukan di Nepal dan Indonesia. Sebagai contoh, selama program pemulihan perumahan 2015 di Nepal, pemerintah meluncurkan program pelatihan tukang sebagai persiapan sebelum upaya rekonstruksi besar-besaran dimulai. Kursus pelatihan selama 7 hari ini mengajarkan peserta cara membangun rumah tahan gempa sesuai dengan standar yang benar. Pelatihan ini terbuka untuk pria dan wanita, dan mencakup kegiatan di kelas serta pelatihan di lapangan. Mereka yang lulus pelatihan akan menerima sertifikat. Meskipun perempuan didorong untuk berpartisipasi, jumlah mereka tetap perlu ditingkatkan.

Lalu, mengapa lembaga pemulihan begitu serius memberikan dukungan kepada perempuan? Apakah terlalu banyak jika kita fokus pada perempuan yang bekerja dalam konstruksi?

Sebenarnya, memberi perhatian lebih kepada perempuan dan mempercayakan mereka dengan peran yang lebih besar dalam proses rekonstruksi adalah cara untuk menghormati sifat pemulihan. Rekonstruksi pasca-bencana harus bersifat organik; tidak ada jalan pintas untuk pemulihan yang cepat. Memberikan dukungan yang didorong oleh tekanan politik atau faktor eksternal tidak akan berkelanjutan dan bahkan bisa berujung pada kegagalan.

Perempuan memiliki insting yang unik untuk melindungi anak-anak mereka. Di mana pun saya bekerja, saya sering melihat ketekunan mereka dalam menyelesaikan konstruksi dengan kualitas tinggi dan secepat mungkin. Itulah potensi mereka. Rumah-rumah tersebut harus cukup kuat agar tidak rusak lagi jika suatu saat terjadi bencana serupa. Menariknya, perempuan sering mendesain rumah mereka sesuai dengan kebutuhan mereka, dan memiliki rumah yang dibangun sesuai dengan spesifikasi mereka menghasilkan kepuasan yang lebih besar dibandingkan rumah modular standar. Selain itu, jika mereka membangun rumah mereka sendiri, mereka akan merasa lebih percaya diri untuk melakukan perbaikan atau perpanjangan rumah, yang memastikan keberlanjutan jangka panjang.

Oleh karena itu, memberikan peran signifikan kepada perempuan dalam pemulihan perumahan akan memaksimalkan upaya mereka dalam mendukung keluarga mereka, yang menghasilkan konstruksi berkualitas tinggi dan penyelesaian tepat waktu. Selain itu, sebagai keuntungan tambahan, perempuan juga bisa mendapatkan penghasilan dari konstruksi, yang mengurangi kerentanannya di daerah yang terdampak.

Penulis: Arwin Soelaksono/Program Director Habitat for Humanity Indonesia

(kh/av)

Thumbnail – Siti N
ID-EN Blog

Secercah Harapan Baru di Rumah Biru Milik Siti Nurhayati

Sebulan yang lalu, tepat saat langit sore masih basah oleh rintik hujan, Siti Nurhayati (37) berdiri di depan rumah barunya yang kokoh. Warna biru cerah menyelimuti dindingnya, sebuah simbol memulai hidup baru. Senyumnya bercampur takjub, dan Siti melangkah masuk untuk pertama kalinya, memindahkan perabotan sederhana ke dalam ruang yang kini menjadi tempat perlindungan keluarganya. 

“Pertama kali saya masuk rumah ini, rasanya aneh. Saya tidak percaya ini rumah saya. Sebagus ini, seperti mimpi.” ucap Siti saat mengenang pertama kali masuk ke rumah yang telah direnovasi Habitat for Humanity Indonesia. 

Impian memiliki rumah layak huni sudah ia pendam bertahun-tahun. Selama itu, Siti tinggal di rumah peninggalan orang tuanya, sebuah bangunan sederhana dari bilik bambu yang usianya telah tua. Setiap sudut rumah itu berbicara tentang kesulitan, dindingnya berlubang, dan atapnya yang bocor menjadi tantangan yang harus di hadapi. 

Siti Nurhayati berjalan di depan rumahnya saat sebelum direnovasi Habitat for Humanity Indonesia. Foto: HFHI/Kevin Herbian

“Dulu, kondisi rumah kami benar-benar rusak. Biliknya bolong, dan suami saya sering menambalnya dengan spanduk bekas. Kalau hujan, air masuk dari mana-mana. Tikus juga sering masuk. Rasanya seperti tidak ada tempat aman di dalam rumah.” kenang Siti. 

Bukan hal yang mudah bagi Siti memiliki rumah yang layak. Memenuhi kebutuhan sehari-hari, Siti mengandalkan pendapatan suami, Junaedi (40), yang bekerja sebagai buruh tukang. Penghasilan Junaedi pun hanya Rp70.000,- per hari yang dibayarkan setiap dua minggu jika beruntung sang majikan memberikannya tepat waktu.  

Tahu kondisi ekonomi kurang beruntung, Siti pun mencoba peruntungannya dengan berjualan sabun cuci keliling ke rumah-rumah tetangga. Namun penghasilan tambahan itu hanya cukup untuk makan sehari-hari. 

“Kami serba kekurangan. Anak-anak masih sekolah, dan saya juga harus mengurus kakak yang mengalami gangguan jiwa. Semua terasa berat, apalagi rumah sudah hampir roboh.” tambah Siti. 

Siti Nurhayati mengenakan sepatu untuk anaknya di depan rumahnya saat setelah direnovasi Habitat for Humanity Indonesia. Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Berseminya Harapan Baru di Rumah Layak Huni Milik Siti

Keadaan berubah saat Habitat for Humanity Indonesia bersama para dermawan dan sukarelawan hadir membawa harapan, membangun kembali rumah milik Ibu Siti dan lima keluarga lainnya di Rajeg, Kabupaten Tangerang. 

“Alhamdulillah, rumah ini mengubah segalanya. Saya jauh lebih tenang, lebih nyaman. Tidak ada lagi bocor, tidak ada lagi tikus. Anak-anak juga lebih semangat belajar.” ucap Siti dengan penuh rasa syukur. 

Kini, Siti bisa menyisihkan sedikit penghasilan untuk tabungan sekolah anak-anaknya. Junaedi juga memiliki energi lebih untuk mengambil pekerjaan sampingan. “Beban kami terasa lebih ringan. Saya juga bisa merawat kakak saya dengan lebih baik tanpa merasa tertekan.” tambahnya.  

Bagi Siti, rumah ini bukan sekadar bangunan. Ini adalah tempat baru yang menghadirkan kedamaian dan masa depan yang lebih baik. “Orang tua saya dulu selalu bilang, rumah itu harus dijaga. Ini bukan hanya untuk kami, tapi untuk anak-anak kami nanti. Rumah ini akan menjadi warisan bagi mereka.” harap Siti. 

Rumah biru itu kini berdiri tegak, membawa harapan dan awal baru bagi keluarga Siti, sebagai langkah awal menuju kehidupan yang lebih stabil dan mandiri. Anda dapat turut serta dalam menghadirkan perubahan bagi keluarga-keluarga seperti Siti Nurhayati. Melalui kepedulian Anda, lebih banyak rumah yang dapat dibangun untuk memberikan tempat berlindung yang aman dan layak bagi keluarga yang membutuhkan. 

Kunjungi www.habitatindonesia.org/donate untuk berdonasi dan menjadi bagian dari misi perubahan kami menciptakan kehidupan yang lebih baik. 

(kh/av) 

Thumbnail – Website Blog (1)
ID-EN Blog

Melanjutkan Jejak Kebaikan Raden Hapsoro 

Matahari pagi di Desa Mauk Barat, Kecamatan Mauk, Tangerang, terasa lebih hangat. Pasalnya, sebanyak 30 relawan dengan penuh semangat memulai tugas mulia mereka. Dengan sekop di tangan dan hati yang penuh dedikasi, mereka bekerja sama membangun pondasi serta memasang dinding untuk tiga unit rumah layak huni (14/12). Namun, lebih dari sekadar kegiatan sukarelawan, kegiatan ini memiliki makna mendalam, sebuah penghormatan kepada mendiang Raden Andreas Hapsoro. 

Kegiatan bertajuk “Hapsoro Tribute Build” ini bukan hanya membangun rumah, melainkan wujud nyata dari semangat seorang sosok besar yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kemanusiaan. Selama 19 tahun, Hapsoro menjadi bagian penting dari Habitat for Humanity Indonesia, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam upaya menciptakan hunian layak bagi masyarakat yang membutuhkan. 

Perjalanan hidup Hapsoro penuh dengan warna. Ia memulai karir sebagai kontraktor lepas dan sempat menjajal dunia manufaktur sebelum bergabung dengan Habitat for Humanity Indonesia pada tahun 2000 hingga 2005. Setelah itu, ia bergabung dengan Habitat Indonesia dan menjabat sebagai manajer konstruksi, menangani proyek pembangunan rumah bagi penyintas Tsunami Aceh 2004. Dari sinilah, panggilan hatinya sebagai pekerja kemanusiaan semakin kuat. Selama satu dekade, ia memegang berbagai peran strategis, hingga akhirnya menjabat sebagai Disaster Response and Regional Manager.  

Perjalanan karir Hapsoro berlanjut ketika beliau diberi mandat untuk mengemban tugas sebagai Disaster Response Specialist di Habitat for Humanity International di Makati, Filipina, dari tahun 2015 hingga 2020. Namun, hati Hapsoro selalu terpaut pada Indonesia. Sejak bulan Juli 2020, ia kembali ke tanah air untuk menjabat sebagai Direktur Aliansi Strategis di Habitat for Humanity Indonesia. Di sini, ia membagi waktunya untuk mengabdi sebagai Disaster Risk Reduction and Response Senior Specialist di Habitat for Humanity International.  

Sepanjang karirnya, beliau terlibat dalam penanganan pasca bencana besar, mulai dari tsunami Aceh 2004, gempa Sumatera Barat 2009, tsunami Mentawai 2010, banjir Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2012 dan 2013, taifun Yolanda Filipina 2013, gempa Bohol Filipina 2023, gempa Nepal 2015, siklon tropis Winston 2016, dan bencana banjir bandang di Bangladesh pada tahun 2019 dan 2020. 

Baca juga: Aksi Relawan Korea Bangun Rumah Layak Huni di Tangerang

Keteladanan Hapsoro tak hanya terlihat dari aksinya di lapangan, tetapi juga melalui dedikasinya dalam bidang akademik. Pada Juli 2024, ia berhasil menyelesaikan studi pascasarjana di Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia, dengan tesis berjudul “Model Hunian Pasca Bencana Berbasis Ketahanan Keluarga.” Karya ini menjadi warisan pemikiran yang berharga, mencerminkan komitmennya untuk menciptakan solusi hunian pasca bencana yang berkelanjutan. 

Sayangnya, dunia kehilangan sosok inspiratif ini pada 9 Juli 2024. Namun, semangatnya tak pernah padam. Melalui “Hapsoro Tribute Build”, kerabat, kolega, dan relawan Habitat for Humanity meneruskan perjuangannya. Pembangunan tiga unit rumah layak huni di Desa Mauk Barat adalah bagian dari target 10 unit rumah yang direncanakan. 

Kini, warisan Hapsoro tidak hanya tercermin dalam bangunan yang kokoh, tetapi juga dalam semangat kemanusiaan yang beliau wariskan kepada setiap orang yang pernah bekerja dengannya. Semoga semangat beliau terus menyala, menginspirasi lebih banyak orang untuk melangkah dalam kebaikan dan meninggalkan jejak kebaikan bagi dunia. 

(kh/av) 

11
ID-EN Blog

Aksi Relawan Korea Bangun Rumah Layak Huni di Tangerang 

Sebanyak delapan relawan asal Korea Selatan membangun rumah layak huni dalam kegiatan Global Village Program di Desa Mauk Barat, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten (30/11). 

Delapan relawan mengikuti safety briefing yang disampaikan oleh Ari Wibawa, Volunteer Coordinator Habitat for Humanity Indonesia sebelum melakukan pembangunan rumah layak huni. Para relawan ini sengaja datang ke Indonesia untuk membantu keluarga yang membutuhkan.
Salah satu relawan mengabadikan foto saat Yuga, Construction Supervisor Habitat for Humanity Indonesia, mengenalkan pemilik rumah dan membagi tugas untuk para relawan yang terlibat pembangunan rumah. Para relawan dibagi dalam tiga kelompok; kelompok pertama, memindahkan bahan material, kelompok kedua, merangkai besi, dan kelompok ketiga, melakukan pengecoran.
Setelah kegiatan pengenalan, tiga relawan yang telah terbagi dalam kelompok bergegas merangkai ring besi untuk kerangka sloof, balok lintel, dan ring balok pembangunan rumah layak huni.
Di sisi lain, seorang relawan yang masuk dalam kelompok memindahkan bahan material berupaya mencangkul batu split dan pasir yang akan dijadikan adukan untuk pengecoran.
Setelah batu split dan pasir berhasil ditampung dalam wadah, relawan lainnya membawa bahan material ke lokasi pembangunan rumah untuk dilakukan pengadukan.
Secara bergantian, bahan material dibawa oleh relawan lainnya. Habitat Indonesia telah medesain rumah ini dengan luas 28 meter persegi berikut dengan 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, dan 1 kamar mandi sebagai standar hunian yang layak sesuai dengan peraturan pemerintah.
Diawasi dan diberi arahan Yuga, seorang relawan melakukan pengadukan bahan material batu split dan pasir yang dicampur dengan semen. Pencampuran harus dilakukan dengan skala perbandingan yaitu, satu wadah semen, dua wadah batu split, dan tiga wadah pasir.

Baca juga: Dari Hati ke Tangan: Kisah di Balik Legacy Build 2024

Para relawan menyakini setiap upaya kecil yang mereka lakukan tentunya akan sangat berdampak besar bagi pemilik rumah.
Bapak Janaka (66), pemilik rumah sekaligus penerima bantuan rumah layak huni tak pernah menyangka rumahnya dibangun langsung oleh relawan asal Korea. Selama puluhan tahun ia tinggal di rumah berdinding bilik bambu yang sudah mulai keropos dan berlubang.
Tidak hanya Pak Janaka dan istri, anak dan menantunya pun berbagi atap dengannya, menarik rumah kecil mereka lebih jauh dari standar kelayakan. Tiap hari, keadaan memaksa ia dan keluarga berdesakan dengan tikus dan ular yang tak jarang merangsek masuk ke dalam rumah.
Sukarelawan ini terlibat dalam kegiatan Global Village yang berlangsung selama tiga hari mulai dari tanggal 30 November 2024 hingga 2 Desember 2024.
Habitat Indonesia berharap kontribusi relawan-relawan ini tidak hanya memberikan rasa aman dan nyaman untuk keluarga Bapak Janaka, tapi juga mempersiapkan anak cucunya keluar dari jurang kemiskinan.

Teks & Foto: HFHI/Kevin Herbian

(kh/av) 

Thumbnail – APDC
ID-EN Blog

Dari Hati ke Tangan: Kisah di Balik Legacy Build 2024 

Pagi itu, matahari menyapa hangat Desa Marga Mulya, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Suara gergaji yang terdengar, bata dinding yang diangkat, dan tawa para relawan menyatu dengan riuh aktivitas warga sekitar. Rupanya hari Rabu, 20 November 2024, telah menjadi hari yang istimewa. Sebanyak 13 relawan dari Asia Pacific Development Council (APDC) dan Indonesia Development Council (IDC) hadir, bukan sebagai tamu biasa, melainkan sebagai relawan membangun rumah layak huni untuk keluarga Bapak Tinggal dan Ibu Urni. 

Kegiatan yang bertajuk “Legacy Build 2024” dengan mengusung slogan “Building Beyond Homes, Building Hope, Strengthening Communities”, relawan dan berbagai negara sengaja meninggalkan kenyamanan rutinitas mereka untuk sesuatu yang lebih bermakna. Hari itu, mereka bahu-membahu memasang dinding rumah, bekerja langsung di bawah teriknya matahari.   

“Sangat menyenangkan bisa terlibat dalam pembangunan seperti ini lagi, karena sebelumnya saya melakukan ini sudah lama sekali saat saya masih sekolah pasca sarjana di Amerika. Saya sangat antusias dan merasa bangga berada di sini,” ungkap Elizabeth Satow, Area Vice President Asia Pacific Habitat for Humanity International. 

Di sisi lain, Fernando Zobel De Ayala, APDC Member dari Ayala Corporation, dengan senyum hangatnya menambahkan, “Saya turut senang berada di sini. Ini pertama kali saya mengikuti kegiatan volunteering di Indonesia, dan saya rasa ini adalah cara terbaik untuk mendukung keluarga-keluarga di Indonesia melalui program Habitat.” 

Aksi relawan Asia Pacific Development Council (APDC) dan Indonesia Development Council (IDC) dalam kegiatan volunteering “Legacy Build 2024” di Desa Marga Mulya, Mauk – Tangerang (20/11). Foto: HFHI/Astridinar Vania

Bagi Harlan Stone, APDC Member yang juga President and CEO HTMX Industries, hari itu adalah pengalaman tak terlupakan baginya. “Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi saya. Karena ini untuk pertama kali dalam perjalanan karir saya, saya membangun rumah langsung di Asia. Ini menjadi hadiah terbaik bagi saya bisa berada di sini.” 

Mungkin kata-kata paling menyentuh datang dari John Ryan, APDC Member sekaligus Chairman of The Board Barnes and Noble Education. Ia berkata, “Meski lelah, bahkan sangat lelah, tapi sekarang saya terinspirasi dengan inisiatif yang kita lakukan bersama demi mewujudkan kebahagiaan untuk keluarga-keluarga di sini.” 

Suasana hari itu tak hanya diwarnai kerja keras, tetapi juga canda tawa dan rasa syukur. Bagi keluarga Bapak Tinggal dan Ibu Urni, dinding-dinding yang mulai berdiri itu adalah awal baru dari mimpi yang sebentar lagi menjadi kenyataan. Rumah kokoh yang selama ini hanya ada dalam angan, kini nyata di depan mata mereka. 

Setelah menyelesaikan kegiatan pembangunan rumah, para relawan melanjutkan hari mereka dengan mengunjungi lokasi program-program unggulan Habitat for Humanity Indonesia lainnya. Di antaranya, mereka menyaksikan langsung dampak dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat, penyediaan akses sanitasi dan air bersih, serta berbagai proyek rumah layak huni yang telah berhasil diselesaikan. 

Baca juga: Menggali Asa di Kampung Cinamprak: Saat Relawan Muda Sinarmas World Academy Membangun Rumah Layak Huni

Habitat for Humanity Indonesia dengan tulus mengucapkan terima kasih atas kontribusi para relawan. Dukungan mereka adalah bukti bahwa kolaborasi lintas negara dan komunitas dapat menciptakan perubahan nyata. 

Mari bersama-sama melanjutkan perjuangan ini. Karena setiap keluarga berhak memiliki tempat tinggal yang layak dan aman. Kunjungi dan dukung kami di www.habitatindonesia.org/donate

(kh/av) 

Thumbnail – Rumah & Iklim
ID-EN Blog

Perumahan yang Memadai untuk Masa Depan yang Tangguh 

Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia, dan dampaknya terasa di seluruh dunia. Namun, meskipun perumahan menjadi kebutuhan dasar, sektor ini seringkali tidak mendapat perhatian yang cukup dalam agenda perubahan iklim dunia.

Habitat for Humanity, sebagai organisasi yang berfokus pada akses perumahan yang layak, berupaya mengangkat isu penting ini melalui rekomendasi kebijakan yang diajukan pada COP29. Perumahan yang memadai bukan hanya soal tempat tinggal, tetapi juga kunci untuk membangun ketahanan terhadap perubahan iklim, terutama bagi masyarakat yang paling rentan.

Perumahan dalam Konteks Perubahan Iklim

Di seluruh belahan dunia, lebih dari 1,1 miliar orang tinggal di permukiman informal yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir, panas ekstrem, dan kenaikan permukaan laut. Meskipun mereka tidak berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon global, mereka adalah yang paling terpengaruh oleh bencana iklim.

Habitat for Humanity mengingatkan bahwa solusi perumahan yang memadai harus menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Dalam rekomendasinya, Habitat for Humanity menekankan pentingnya mengintegrasikan perumahan ke dalam Nationally Determined Contributions (NDCs).

Mengintegrasikan perumahan dalam strategi perubahan iklim akan memungkinkan negara-negara untuk menurunkan jejak karbon, mengurangi biaya energi, dan memberikan perlindungan lebih baik bagi masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Hal ini penting untuk memastikan bahwa upaya mitigasi tidak hanya berfokus pada sektor energi, tetapi juga pada infrastruktur yang mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat.

Adaptasi untuk Komunitas yang Paling Rentan

Salah satu prioritas utama yang diangkat Habitat for Humanity adalah kebutuhan mendesak untuk lebih banyak pendanaan bagi adaptasi iklim, terutama untuk komunitas yang paling rentan. Komunitas-komunitas ini, khususnya yang tinggal di permukiman informal, seringkali tidak memiliki akses terhadap infrastruktur yang memadai dan terpapar risiko iklim yang lebih besar. Habitat for Humanity mendesak pemerintah dan lembaga internasional untuk memprioritaskan pendanaan adaptasi untuk perbaikan perumahan dan infrastruktur di daerah-daerah yang paling terancam oleh perubahan iklim.

Pendanaan adaptasi ini harus digunakan untuk mendukung pembangunan perumahan yang tahan terhadap dampak iklim seperti banjir, kekeringan, dan panas ekstrem. Selain itu, penguatan kapasitas masyarakat untuk menghadapi perubahan iklim dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan juga menjadi bagian dari rekomendasi ini. Solusi yang melibatkan penggunaan material ramah lingkungan dan desain yang berorientasi pada efisiensi energi dapat membantu membangun rumah yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim, sekaligus mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.

Ilustrasi permukiman informal yang dihuni masyarakat rentan. Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: GUMREGAH TENAN: Kolaborasi Habitat for Humanity Indonesia dan Pemerintah D.I. Yogyakarta Wujudkan Perumahan dan Kawasan Permukiman Layak

Perumahan yang Hijau, Terjangkau, dan Berkelanjutan

Sementara upaya mitigasi perubahan iklim sangat penting, Habitat for Humanity menyoroti potensi perumahan untuk menciptakan solusi yang tidak hanya mengurangi jejak karbon, tetapi juga menjawab tantangan besar dalam keterjangkauan perumahan global. Salah satu masalah utama yang dihadapi dunia adalah defisit perumahan yang memadai dan terjangkau, yang semakin parah di banyak kota besar yang sedang berkembang. Oleh karena itu, Habitat for Humanity menyerukan pentingnya untuk memastikan bahwa upaya mitigasi perubahan iklim di sektor perumahan tidak perlu meningkatkan biaya perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Solusi perumahan hijau yang terjangkau harus diprioritaskan dalam kebijakan global. Habitat for Humanity mendesak negara-negara untuk berinvestasi dalam renovasi dan retrofit perumahan yang ada agar lebih ramah iklim, menggunakan material berkarbon rendah, dan mendukung desain yang efisien energi. Upaya ini akan membantu mengurangi biaya hidup dan membuat rumah lebih terjangkau bagi keluarga berpenghasilan rendah, terutama di kota-kota yang sedang berkembang pesat.

Sektor konstruksi juga perlu mengadopsi prinsip ekonomi sirkular, di mana bahan bangunan yang digunakan dapat didaur ulang dan dipergunakan kembali untuk mengurangi pemborosan dan emisi karbon. Ini adalah pendekatan yang perlu diintegrasikan dalam kebijakan perumahan global untuk mendukung peralihan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Menghubungkan Sektor Perumahan dengan Tujuan Iklim Global

Habitat for Humanity menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor perumahan, pengembangan perkotaan, lingkungan, dan sektor keuangan untuk menciptakan solusi yang holistik. Dengan mengintegrasikan semua sektor ini, negara-negara dapat menciptakan perumahan yang lebih berkelanjutan dan tahan terhadap perubahan iklim, sambil memenuhi kebutuhan mendesak akan perumahan yang terjangkau.

Menciptakan kebijakan yang memperkuat keterlibatan masyarakat, khususnya yang tinggal di permukiman informal, adalah langkah penting lainnya. Habitat for Humanity mendorong agar suara warga menjadi bagian dari perencanaan dan pengambilan keputusan terkait perumahan dan adaptasi iklim, memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan benar-benar memenuhi kebutuhan mereka yang paling terdampak.

Habitat for Humanity mengajak seluruh dunia untuk melihat perumahan bukan hanya sebagai kebutuhan dasar, tetapi juga sebagai solusi penting untuk membangun ketahanan terhadap perubahan iklim. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin besar, perumahan yang memadai, hijau, dan terjangkau adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan bagi semua.

Dengan integrasi perumahan dalam kebijakan perubahan iklim global, pendanaan yang lebih besar untuk adaptasi, serta prioritas pada perumahan yang terjangkau dan ramah iklim, kita dapat memastikan bahwa masyarakat yang paling rentan dapat beradaptasi dan bertahan di dunia yang terus berubah. Habitat for Humanity berkomitmen untuk mendorong perubahan ini, dan COP29 menjadi momen penting untuk mewujudkannya.

(kv/av)