Kategori: ID-EN Blog

Cover SWA
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia dan Sinarmas World Academy Serahkan Rumah Layak Huni di Tangerang 

Kabupaten Tangerang, 18 Maret 2025 – Habitat for Humanity Indonesia bersama Sinarmas World Academy (SWA) kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi masyarakat. Melalui program Build a Brighter Tomorrow, sebanyak 10 keluarga di Kampung Cinamprak, Desa Mauk Barat, Kabupaten Tangerang, kini memiliki rumah layak huni yang aman dan nyaman. 

Seremoni penyerahan kunci rumah dilakukan secara simbolis oleh Ketua Yayasan SWA, Deddy Djaja Ria, Program Director Habitat for Humanity Indonesia, Arwin Soelaksono, serta perwakilan pemerintah setempat, termasuk Sekretaris Camat Mauk, Ahmad Saepul Anwar, Kepala Seksi Kelembagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tangerang, Nanang Chaeroni, dan Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Tangerang untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Ahmad Suaheri. 

Dalam kesempatan tersebut, Nanang Chaeroni menyampaikan apresiasi mendalam atas kerja sama yang telah terjalin. “Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang mendalam atas upaya Habitat dan SWA dalam membangun rumah layak huni di Kampung Cinamprak ini. Inisiatif ini benar-benar membawa dampak positif bagi masyarakat,” ujarnya. 

Hal senada juga diungkapkan Ahmad Saepul Anwar. “Selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya mewakili pemerintah setempat, saya juga berharap apa yang telah diberikan oleh Habitat dan SWA di kampung ini dapat membawa manfaat jangka panjang bagi keluarga yang menerimanya,” tambahnya. 

Sementara itu, Deddy Djaja Ria menekankan bahwa program ini bukan sekadar membangun rumah, tetapi juga membangun masa depan. “Melalui kolaborasi ini, kami tidak hanya membangun rumah, tetapi juga membangun harapan dan masa depan yang lebih baik bagi para penerima manfaat. Komitmen dan dedikasi komunitas SWA dalam proyek ini mencerminkan nilai-nilai kepedulian sosial yang kami tanamkan sejak dini,” ujarnya. 

Salah satu relawan Sinarmas World Academy (SWA) mengecat rumah layak huni dalam kegiatan volunteering bertajuk Build a Brighter Tomorrow di Mauk – Kabupaten Tangerang (18/3). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Rumah Biru dan Harapan Baru untuk Keluarga Amalia

Selain penyerahan kunci rumah, acara ini juga diwarnai dengan kegiatan pengguntingan pita serta aksi sukarela dari 17 relawan SWA yang terdiri dari guru, wali murid, dan siswa. Mereka berpartisipasi dalam pengecatan dinding lima unit rumah sebagai sentuhan akhir pembangunan. 

Janice, salah satu relawan SWA, berbagi pengalamannya. “Ini adalah pengalaman ketiga saya terlibat dalam pembangunan rumah bersama Habitat. Kali ini, saya ikut dalam pengecatan rumah, dan saya merasa senang sekali karena bisa melukis atau mewarnai memberi saya kedamaian. Saya berharap apa yang saya lakukan hari ini dapat membantu keluarga di sini, dan saya akan merekomendasikan kegiatan ini kepada teman-teman sekolah saya,” katanya. 

Sebelumnya, SWA juga telah melaksanakan aksi sukarela serupa dengan melibatkan lebih dari 30 relawan yang membantu membangun pondasi serta memasang dinding rumah layak huni. Inisiatif ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan dalam mewujudkan tempat tinggal yang aman bagi masyarakat yang membutuhkan. 

Habitat for Humanity Indonesia terus mengajak komunitas muda, sekolah, dan institusi pendidikan lainnya untuk berpartisipasi dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah melalui pembangunan rumah layak huni. Setiap aksi kecil yang dilakukan bersama mampu menciptakan perubahan besar, mewujudkan harapan, dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia. 

(kh/av)

Thumbnail AWS
ID-EN Blog

Lanjutkan Kerja Sama, Habitat for Humanity Indonesia dan AWS Bangun Puskesmas Pembantu dan Ruang Kelas di Karawang

Cikarang Pusat, 13 Maret 2025 – Habitat for Humanity Indonesia kembali memperkuat kolaborasi dengan Amazon Web Services (AWS) untuk menghadirkan perubahan nyata bagi masyarakat. Tahun 2025 ini, kerja sama tersebut diwujudkan melalui pembangunan Puskesmas Pembantu di Desa Margamulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Simbolisasi kerja sama ini dilakukan dengan penyerahan secara simbolis oleh Sergio Loureiro, Vice President of Global Data Centers Operations AWS, kepada Veronica Mualana, Wakil Puskesmas Telukjambe Barat dalam acara tahunan AWS Community Collaboration Day di Cikarang Pusat – Bekasi (13/2). Acara ini turut dihadiri oleh para petinggi AWS, seperti Saji PK, Simon Tan, Winu Adiarto, Gayathri Prabhu, Jay Brennan, serta Hidayah Lubis. Selain itu, hadir pula Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman, serta perwakilan organisasi kemanusiaan lainnya, termasuk Tomy Hendrajati (Presiden Human Initiative), Romi Ardiansyah (Wakil Presiden Operasional Human Initiative), dan Sumanda Tondang (Direktur Eksekutif Rumah Energi). 

Tak hanya pembangunan Puskesmas Pembantu, kolaborasi antara AWS dan Habitat Indonesia di tahun ini juga meliputi pembangunan ruang kelas baru bagi SDN Margamulya II di desa yang sama. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan yang lebih layak bagi masyarakat setempat. 

“Kami percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan yang memadai. Dengan kerja sama AWS dan Habitat ini, kami berharap dapat membawa perubahan nyata bagi masyarakat Desa Margamulya. Ini adalah bagian dari komitmen AWS untuk terus berkontribusi dalam membangun komunitas yang lebih kuat dan berdaya,” ujar Sergio Loureiro, Vice President of Global Data Centers Operations AWS. 

Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman (kedua kiri), menjelaskan program kolaborasi bersama Amazon Web Services di acara AWS Community Collaboration Day di Cikarang Pusat – Bekasi (13/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Mengalirkan Harapan: Solusi Air Bersih untuk Masa Depan Karawang

Komitmen AWS dan Habitat Indonesia dalam mendukung sektor kesehatan dan pendidikan telah berjalan selama bertahun-tahun. Sejak 2022, AWS telah bekerja sama dengan Habitat Indonesia dalam program AWS Water Positive, yang berfokus pada penyediaan akses air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Karawang. Melalui inisiatif ini, sembilan fasilitas air bersih telah dibangun di empat desa. Di Desa Baturaden, empat titik penyaringan air kini memanfaatkan aliran irigasi Sungai Citarum, sementara di Desa Wanajaya telah dibangun satu titik penyaringan air dari irigasi Sungai Cibeet. Sedangkan, Desa Cicinde dan Desa Lemahmukti kini memiliki empat sumur bor yang menjamin pasokan air bersih bagi warga. 

Dalam bidang pendidikan, AWS dan Habitat Indonesia juga telah menghadirkan inovasi melalui program AWS Think Big Space di SMKN 1 Karawang. Program ini membuka akses bagi siswa dan guru untuk menggunakan ruang digital modern yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas teknologi canggih, seperti perangkat STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Math), 18 komputer dengan akses ke AWS Skill Builder, perangkat Amazon Echo, studio podcast, printer 3D, serta perangkat Virtual Reality (VR). 

Kemitraan antara Habitat Indonesia dan AWS telah berlangsung sejak tahun 2018, dimulai dengan respons terhadap bencana gempa dan tsunami di Palu. Seiring berjalannya waktu, kerja sama ini semakin berkembang dengan fokus utama pada peningkatan akses air bersih, sanitasi, pendidikan, serta penguatan ketahanan komunitas. 

“Kami sangat bersyukur atas kepercayaan dan dukungan dari AWS. Setiap tantangan yang diberikan justru menjadi kesempatan bagi kami untuk menciptakan solusi yang lebih baik bagi masyarakat. Dengan kemitraan ini, kami telah memberikan dampak positif bagi ribuan orang, termasuk di Kabupaten Karawang. Kami berharap kolaborasi ini terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat,” ungkap Handoko Ngadiman, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia. 

Dengan berbagai inisiatif yang telah berjalan dan yang akan datang, kolaborasi antara Habitat for Humanity Indonesia dan AWS diharapkan dapat terus membawa perubahan positif bagi masyarakat, khususnya dalam hal akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, serta infrastruktur dasar yang lebih baik. 

(kh/av)

Header_02
ID-EN Blog

Dua Belas Tahun Menanti, Perjuangan Kasemi Untuk Dapatkan Akses Air Bersih

Setiap pagi, Kasemi (56), menghela napas panjang sebelum mengangkat ember berisi air. Tangannya yang mulai renta tetap berusaha kuat, melangkah perlahan menuju rumah tetangganya. Sudah lebih dari 12 tahun ia menjalani rutinitas ini, mengambil air dari rumah pemilik kontrakan karena rumahnya sendiri tak memiliki akses air bersih.

“Setiap hari seperti ini… rasanya capek, malu juga, harus bergantung sama orang lain,” ucapnya lirih. Ia sering membayangkan bagaimana hidupnya akan lebih mudah jika memiliki air sendiri—bisa mencuci, memasak, dan bahkan sekadar mandi tanpa perlu merasa sungkan.

Kasemi dan suaminya, Sumari (65), telah menetap di Desa Sooko, Kecamatan Wringanom, Kabupaten Gresik, selama belasan tahun. Hidup mereka penuh dengan perjuangan. Sumari bekerja kuli bangunan dan buruh tani dengan penghasilan yang tak menentu. Sementara itu, Kasemi mengurus rumah tangga di tengah keterbatasan yang ada, termasuk kesulitan terbesar mereka, yaitu air bersih.

Setiap bulan, mereka harus membayar 40 ribu Rupiah untuk menggunakan air dari rumah tetangga. Namun, sumber air itu pun tak selalu bisa diandalkan. Suatu waktu, mesin pompa rusak dan mereka harus mencari air ke tempat lain. Ketika musim kemarau tiba, air semakin langka. “Banyune enggak ono (airnya tidak ada), pakainya sedikit-sedikit aja,” ratap Sumari ke Kasemi.

Kehidupan yang sudah sulit semakin terasa berat dengan beban ini. Tidak hanya merepotkan, tetapi juga mengkhawatirkan saat ada kebutuhan mendesak seperti buang air atau memasak.

Kasemi memanfaatkan akses air bersih yang telah dibangun Habitat for Humanity Indonesia di Wringinanom, Gresik (11/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Setetes Air, Sejuta Harapan: Upaya Membangun Akses Air Bersih untuk Ratusan Warga

Harapan datang saat Habitat for Humanity Indonesia membangun akses air bersih untuk lebih dari 1.500 rumah di Kecamatan Wringanom, termasuk rumah Kasemi. Kini, air bersih mengalir langsung ke rumahnya. Tidak ada lagi perjalanan bolak-balik dengan ember di tangan, tidak ada lagi rasa malu karena harus meminta air kepada orang lain.

“Sekarang saya bisa masak, mandi, dan mencuci tanpa repot. Enggak perlu takut kehabisan air atau harus ngirit-ngirit lagi,” ujar Kasemi dengan wajah lega.

Perubahan ini lebih dari sekadar mendapatkan air. Ini adalah perubahan hidup. Kini, Kasemi bahkan bisa menyiram tanaman di halaman rumahnya tanpa harus khawatir dibebankan biaya lebih untuk membayar air.

“Dulu saya harus berhitung setiap tetes air yang dipakai. Sekarang, airnya bersih dan banyak, enggak takut bengkak bayarnya karena semua gratis.” tambah Kasemi.

Akses air bersih bukan sekadar kebutuhan, tetapi hak yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Kini, Kasemi dan keluarganya bisa menjalani hidup dengan lebih nyaman, tanpa harus menanggung beban berat hanya untuk mendapatkan sesuatu yang seharusnya mudah didapatkan. Sebuah kehidupan yang lebih layak akhirnya mereka rasakan, sesuatu yang selama ini hanya bisa mereka impikan.

Masih banyak keluarga seperti Kasemi yang berjuang untuk mendapatkan akses air bersih. Anda bisa ikut membantu mewujudkan perubahan ini dengan berdonasi melalui Habitat for Humanity Indonesia. Kunjungi www.habitatindonesia.org/donate dan jadilah bagian dari solusi untuk kehidupan yang lebih layak bagi mereka yang membutuhkan.

(kh/av)

Header_01
ID-EN Blog

Rumah Biru dan Harapan Baru untuk Keluarga Amalia

Amalia menyapu halaman depan rumahnya di Mauk, Kabupaten Tangerang (21/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Sore itu, Amalia (25) menyapu halaman depan rumahnya yang kini berdiri kokoh dengan cat biru seraya membawa perasaan yang menenangkan. Sesekali ia berhenti, memandang rumah barunya dengan senyum yang tak bisa ia tahan. Hatinya masih sulit percaya—tempat yang dulu hanya ada dalam doa, kini benar-benar menjadi miliknya.

Bertahun-tahun ia menunggu momen ini. Lebih dari lima tahun ia dan keluarga kecilnya tinggal dalam rumah yang penuh sesak, berbagi ruang dengan orang tua dan kakaknya. Tidak ada privasi, tidak ada ruang yang cukup untuk sang buah hati bermain atau sekadar beristirahat dengan nyaman.

Namun, yang paling menyakitkan bukanlah soal sempitnya rumah, melainkan kondisinya yang semakin rapuh. Dinding bambu mulai keropos, atap bocor di sana-sini, dan setiap kali hujan deras datang, ia harus bersiap menghadapi genangan air di dalam rumah.

“Itu atap sudah ditambal pakai plastik sama suami saya. Lumayan sih, ada yang enggak bocor. Tapi kalau hujan deras atau angin kencang, ya was-was, Pak. Takut roboh.” kenang Amalia.

Sebagai seorang ibu, hatinya selalu dipenuhi kecemasan. Bukan hanya tentang rumah, tetapi juga tentang masa depan anaknya yang masih kecil. “Jujur saya sedih, Pak. Saya kepikiran terus, gimana nanti anak saya? Masa depan dia? Saya ingin dia tumbuh di tempat yang lebih baik, tapi rasanya sulit sekali buat kami.” tambah Amalia.

Amalia (kiri) bersama suaminya, Darul (kanan), dan putranya (tengah) berkumpul dan bermain di halaman depan rumahnya di Mauk, Kabupaten Tangerang (21/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Kado Terindah di Tahun Baru: Rumah Layak Penuh Harapan

Titik terang akhirnya datang. Habitat for Humanity Indonesia membangun sebuah rumah baru tepat di sebelah rumah lama mereka. Kini, Amalia dan keluarganya bisa memiliki rumah sendiri—tempat yang benar-benar mereka sebut sebagai ‘rumah’.

“Alhamdulillah, saya enggak bisa berkata-kata, Pak. Rumah ini lebih dari sekadar layak. Jauh lebih nyaman, enggak ada lagi bocor, anak saya juga tidurnya nyenyak banget,” ucap Amalia penuh rasa syukur.

Kini, ia merasa beban berat di pundaknya perlahan menghilang. Tak ada lagi rasa khawatir saat hujan turun, tak ada lagi ketakutan akan atap yang roboh. “Sekarang saya lebih tenang momong anak. Saya bisa ajari dia banyak hal tanpa kepikiran keadaan rumah. Saya lebih percaya diri, Pak,” tambahnya.

Seminggu setelah rumah baru mereka berdiri, Darul membangunkan sebuah dapur kecil untuk Amalia. Ia ingin sang istri bisa memasak dengan nyaman, menyiapkan hidangan penuh kasih untuk keluarga kecil mereka.

Darul yang bekerja sebagai kuli bangunan pun semakin giat mencari pekerjaan tambahan dengan membagi waktunya sebagai buruh tani, demi mempunyai tabungan untuk sang buah hati bisa sekolah dengan layak di masa mendatang.

“Rumah buat saya bukan cuma tempat berteduh, tapi tempat saya menemukan jati diri sebagai seorang ibu, tempat saya membangun kehidupan keluarga yang lebih baik.” tutup Amalia dengan senyum penuh harapan.

Mari bersama-sama wujudkan hunian layak bagi jutaan keluarga di Indonesia yang masih berjuang untuk tempat tinggal yang aman dan nyaman. Setiap langkah kecil dari #SahabatHabitat adalah harapan besar bagi mereka, memberikan kesempatan untuk hidup lebih baik dan bermartabat. Donasi sekarang dan jadi bagian dari perubahan: www.habitatindonesia.org/donate

(kh/av)

Cover 01-03
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia dan Bupati Kabupaten Tangerang Meletakkan Batu Pertama Revitalisasi Kampung Tanjung Kait

Babak baru warga Tanjung Kait berdaya, Habitat for Humanity Indonesia bersama berbagai pihak mendorong kepemilikan tanah dan rumah aman untuk 110 keluarga.

Bupati Tangerang, Moch Maesyal Rasyid, meletakkan batu pertama program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Desa Tanjung Anom – Tangerang (5/3). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Tanjung Anom, Kabupaten Tangerang (5/3)– Babak baru harapan dan transformasi dimulai hari ini di Kampung Tanjung Kait, sebuah wilayah pesisir di Desa Tanjung Anom, saat Habitat for Humanity Indonesia, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang, mengadakan seremoni peletakan batu pertama untuk revitalisasi kampung tersebut. Acara yang dihadiri oleh Bupati Tangerang ini menandai tonggak penting dalam upaya meningkatkan kondisi kehidupan 110 keluarga nelayan berpenghasilan rendah.

Kampung Tanjung Kait, yang terletak di sepanjang garis pantai yang indah, telah lama menjadi rumah bagi beberapa generasi nelayan dan keluarga mereka. Namun, masyarakat Kampung Tanjung Kait menghadapi berbagai tantangan, termasuk rumah tidak layak huni, sanitasi buruk, akses terhadap air bersih, ketidaksetaraan sosial ekonomi, dan ancaman bencana alam yang terus-menerus. Mayoritas penduduk, yang bergantung pada perikanan dan pekerjaan sektor informal, berjuang dengan keterbatasan keuangan dan ketidakpastian kepemilikan tanah.

Menyadari kebutuhan mendesak untuk intervensi, Habitat for Humanity Indonesia memulai diskusi PASSA (Pendekatan Partisipatif untuk Kesadaran Tempat Tinggal Aman) sejak Agustus 2023. Proses kolaboratif ini, yang melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya, berfokus pada penguatan kapasitas, mempromosikan kemandirian, meningkatkan perlindungan, dan menangani permasalahan sosial ekonomi di masyarakat. Setelah melalui proses panjang, Habitat for Humanity Indoensia menghasilkan rencana yang nyata, meliputi: 

  • Pembuatan Rencana Tapak Partisipatif: Upaya kolaboratif yang melibatkan semua pemangku kepentingan untuk mendukung pengembangan kawasan pesisir dan program pariwisata lokal. 
  • Akses Kepemilikan Tanah: Memfasilitasi skema keuangan yang lebih mudah bagi keluarga nelayan berpenghasilan rendah untuk mengamankan kepemilikan tanah, bekerja sama dengan Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA), yang menyediakan akses pinjaman kepada 110 keluarga pada Agustus 2024. Upacara Serah Terima Akta Jual Beli dilaksanakan pada Desember 2024. 
  • Pembangunan 110 Unit Perumahan Layak Huni: Merancang dan membangun rumah yang sehat dan tahan bencana untuk menyediakan ruang hidup yang aman dan terjamin. 
Seorang warga melintasi deretan rumah yang telah dirobohkan untuk penataan kawasan dalam program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Desa Tanjung Anom, Kabupaten Tangerang (5/3). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Sejarah Baru Dimulai: Revitalisasi Kampung Tanjung Kait Demi 110 Keluarga Dapatkan Kepemilikan Tanah dan Rumah Layak Huni

“Kegiatan hari ini menandakan lebih dari sekadar peletakan batu; ini mewakili fondasi untuk masa depan yang lebih cerah bagi warga Kampung Tanjung Kait,” kata Arwin Soelaksono, Program Director Habitat for Humanity Indonesia. “Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan berdampak.” 

Untuk memastikan transparansi dan partisipasi aktif, Habitat for Humanity Indonesia memfasilitasi diskusi ekstensif dengan warga mengenai proyek revitalisasi, yang mencakup prosedur pembongkaran, tahap konstruksi, dan alokasi rumah. Pendekatan kolaboratif ini memastikan bahwa setiap warga memiliki pemahaman yang jelas tentang proses dan rasa kepemilikan di komunitas baru mereka. 

“Revitalisasi Kampung Tanjung Kait adalah bukti komitmen kami untuk meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh warga Kabupaten Tangerang,” kata Bupati Tangerang, Moch Maesyal Rasyid. “Kami berterima kasih atas kemitraan dengan Habitat for Humanity Indonesia dan menantikan dampak positif yang akan diberikan proyek ini kepada masyarakat.” 

Tahun 2025 menandai awal yang baru penuh harapan bagi ratusan keluarga di Tanjung Kait. Lebih dari sekadar rumah, mereka kini memiliki tempat yang layak dan aman untuk disebut rumah—tempat yang menawarkan kehangatan, keamanan, dan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Ini bukan hanya tentang struktur fisik; ini tentang memulihkan martabat, menghidupkan kembali impian, dan mewujudkan harapan. 

(av/kh)

Cover 04-02
ID-EN Blog

Sejarah Baru Dimulai: Revitalisasi Kampung Tanjung Kait Demi 110 Keluarga Dapatkan Kepemilikan Tanah dan Rumah Layak Huni

Sejumlah warga terlibat dalam kegiatan gotong-royong meratakan hunian mereka untuk dibangun rumah layak huni baru dalam program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Mauk, Kabupaten Tangerang (27/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Kamis, 27 Februari 2025, mentari pagi menyapa Kampung Tanjung Kait dengan sinar yang berbeda. Hari itu, suasana di Desa Tanjung Anom, Mauk, Kabupaten Tangerang, terasa lebih hidup. Bukan karena hiruk-pikuk tempat pelelangan ikan atau suara kapal nelayan yang biasa terdengar, melainkan karena ada semangat baru yang mengalir di setiap sudut kampung.

Sejak pagi, puluhan warga berkumpul, bukan untuk sekadar berbincang atau menjalani rutinitas biasa, tetapi untuk bergotong-royong. Mereka menurunkan genteng, merobohkan dinding, dan merapikan puing-puing rumah yang telah bertahun-tahun mereka huni. Tak ada wajah muram atau kesedihan di sana, hanya ada antusiasme dan kebersamaan. Rumah-rumah lama itu memang akan dirobohkan, tapi di tempat yang sama akan berdiri hunian baru—lebih layak, lebih nyaman, dan lebih bermartabat. 

“Ya, Ibu mah engga ada perasaan sedih sama sekali, Pak. Ibu malah seneng banget bisa terlibat dalam kegiatan gotong-royong ini. Ibu enggak sabar nanti rumah barunya bisa cepet jadi, Ibu kepengen punya kehidupan yang lebih layak,” ujar Komariyah sambil sibuk menyiapkan gorengan untuk para warga yang bekerja. 

“Rasanya seperti mimpi, Pak! Tapi ternyata ini benar-benar terjadi—Habitat membangun rumah yang layak untuk kami,” ujar Amah dengan wajah penuh syukur sambil sibuk memindahkan perabotan. “Akhirnya, Ibu punya tempat tinggal yang nyaman dan aman untuk anak-anak tumbuh besar nanti.” tambahnya. 

Selama puluhan tahun lamanya, lebih dari seratus warga Kampung Tanjung Kait hidup dalam ketidakpastian. Mereka tidak hanya berjuang dengan kondisi rumah yang tidak layak huni, tetapi juga menghadapi permasalahan hak kepemilikan tanah. Status mereka selalu menggantung, membuat mereka hidup dalam bayang-bayang kekhawatiran. 

Sejumlah warga melihat denah rumah dan desain program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Mauk, Kabupaten Tangerang (22/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Foto: Membangun Pemukiman yang Sehat dan Inklusif

Namun, melalui program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait, Habitat for Humanity Indonesia bersama berbagai pihak melangkah untuk membawa perubahan nyata. Tidak hanya sekadar membangun rumah, program ini juga menghadirkan kepastian bagi para warga. Sejak akhir tahun 2024, ratusan warga telah menerima sertifikat tanah yang sah, berkat kerja sama dengan Koperasi Mitra Dhuafa (Komida). Kini, mereka tidak hanya memiliki rumah, tetapi juga hak yang jelas atas tanah yang mereka tinggali. 

Tidak berhenti di situ, ratusan warga juga mendapatkan bantuan uang sewa kontrakan untuk tempat tinggal sementara selama proses pembangunan berlangsung. Pemerintah Kabupaten Tangerang turut berperan dengan menyediakan kendaraan alat berat untuk mempercepat pembongkaran serta pembangunan fasilitas umum yang mendukung kehidupan warga. Infrastruktur pendukung bagi para nelayan serta turab untuk mencegah abrasi juga masuk dalam rencana besar revitalisasi ini. 

Sebagai bagian dari transparansi dan keterlibatan warga, Habitat for Humanity Indonesia juga memfasilitasi diskusi bersama seluruh warga mengenai proyek revitalisasi ini. Diskusi tersebut mencakup prosedur pembongkaran, tahapan pembangunan, hingga penempatan penduduk dalam bentuk denah yang telah didesain sesuai dengan keputusan bersama berbagai pihak. Dengan demikian, setiap warga memiliki pemahaman yang jelas mengenai proses yang akan dijalani serta mendapatkan berpartisipasi secara langsung pada pembangunan tempat tinggal mereka di masa depan. 

Tahun 2025 menjadi awal yang penuh harapan bagi ratusan keluarga di Tanjung Kait. Lebih dari sekadar rumah, mereka kini memiliki tempat yang layak untuk kembali, tempat yang memberi kehangatan, keamanan, dan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Ini bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi juga tentang martabat yang dipulihkan, mimpi yang kembali hidup, dan harapan yang kini nyata di depan mata. 

Sejumlah warga terlibat dalam kegiatan gotong-royong merobohkan rumah lama mereka untuk dibangun rumah layak huni baru dalam program Revitalisasi Kampung Tanjung Kait di Mauk, Kabupaten Tangerang (27/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Mari bersama kita doakan agar program ini berjalan dengan lancar dan segera memberikan manfaat nyata bagi seratus keluarga yang tinggal di Kampung Tanjung Kait. 

(kh/av)

Thumbnail – Website Blog
ID-EN Blog

Pojok Baca Digital: Memperkaya Kesempatan Belajar Bersama

Sejumlah siswa SMP Pancar Bakti memanfaatkan ruang perpustakaan digital yang dibangun Habitat for Humanity Indonesia dan PT Centratama Group di Bogor (12/2). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Habitat for Humanity Indonesia bersama PT Centratama Group kembali membuktikan komitmennya dalam mendukung kemajuan pendidikan di tanah air. Kali ini, kolaborasi tersebut melahirkan sebuah inovasi melalui pembangunan perpustakaan digital di SMP Pancar Bakti, Desa Karang Tengah, Babakan Madang, Bogor. Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan yang inklusif dan modern dapat diwujudkan dengan sinergi yang tepat.

Proyek ini tidak sekadar menghadirkan perpustakaan baru, tetapi juga melakukan renovasi menyeluruh, mulai dari pembangunan turab, penguatan struktur ruangan, hingga pengecatan mural yang memperindah suasana belajar. Selain itu, instalasi listrik dan penyediaan fasilitas pendukung seperti karpet lantai, meja dan kursi belajar, sofa, loker, LED TV, sound system, AC ruangan, serta berbagai furnitur lainnya semakin melengkapi kenyamanan bagi siswa dan guru dalam menikmati pengalaman literasi yang lebih baik.

Tak hanya melakukan transformasi dari sisi fisik, PT Centratama Group juga memastikan bahwa teknologi menjadi bagian integral dari perubahan ini. Mereka turut memfasilitasi instalasi software dan pelatihan teknis untuk penggunaan Aplikasi Edoo, sebuah platform perpustakaan digital yang memungkinkan siswa dan guru mengakses lebih dari 1.000 e-book dari berbagai kategori, mulai dari literatur umum hingga materi pelajaran dan referensi akademik.

“Terwujudnya perpustakaan digital ini merupakan bentuk dukungan kami dalam mendorong transformasi digital di sekolah. Kami berharap fasilitas ini dapat menumbuhkan minat baca, meningkatkan literasi siswa, serta mengintegrasikan teknologi digital dalam proses pembelajaran,” ujar Yan Raymond, Direktur Utama PT Centratama Group, dalam peresmian yang berlangsung di SMP Pancar Bakti, Bogor (12/2).

Peresmian Pojok Baca Digital di SMP Pancar Bakti, Bogor (12/2). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Mengalirkan Harapan: Solusi Air Bersih untuk Masa Depan Karawang

Kini, lebih dari 200 siswa dan guru memiliki akses tak terbatas ke berbagai bahan bacaan langsung dari smartphone mereka, kapan pun dan di mana pun. Kehadiran perpustakaan digital ini diharapkan tidak hanya meningkatkan mutu proses pembelajaran, tetapi juga mendukung peningkatan prestasi akademik siswa. Selain itu, fasilitas ini dapat menjadi nilai tambah bagi sekolah dalam meningkatkan akreditasi dengan mengadopsi teknologi sebagai bagian dari kegiatan belajar-mengajar.

Habitat for Humanity Indonesia pun menyampaikan apresiasi mendalam kepada PT Centratama Group atas dedikasi dan dukungan luar biasa yang telah diberikan. Tak hanya bagi sekolah di Bogor, proyek tahap kedua ini juga meluas ke dua sekolah yaitu SMPN 3 Yogyakarta dan SMPN 53 Batam. Sebelumnya, pada tahap pertama, program serupa telah sukses diwujudkan untuk dua sekolah, yakni SMPN 4 Sentolo Yogyakarta dan MTs Maulana Malik Ibrahim, Gresik.

Dukungan ini menjadi langkah konkret dalam mewujudkan pendidikan berkualitas yang merata dan inklusif, serta meningkatkan kesempatan belajar bagi semua anak bangsa. Semoga inisiatif ini menjadi inspirasi bagi lebih banyak pihak untuk turut serta dalam transformasi digital pendidikan di Indonesia.

(kh/av)

01
ID-EN Blog

Foto: Membangun Pemukiman yang Sehat dan Inklusif

Habitat for Humanity Indonesia mengajak kelompok perempuan dari Kampung Tanjung Kait untuk berpartisipasi dalam sesi lokakarya Peningkatan Kualitas Pemukiman Informal dan Kesetaraan Gender yang Berdampak pada Kesehatan Masyarakat di Mauk, Kabupaten Tangerang (7/2).

Dalam lokakarya ini, para peserta diajak berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi atas berbagai persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan kesadaran para peserta tentang pentingnya perbaikan lingkungan dan kesetaraan gender. Pada akhirnya, langkah ini bertujuan untuk mendorong perubahan nyata demi menciptakan pemukiman yang lebih sehat, aman, dan layak huni.

Paulus Punjung (kiri), Government Relation, Advocacy & Partnership Specialist di Habitat for Humanity Indonesia, membuka kegiatan lokakarya bertajuk “Peningkatan Kualitas Pemukiman Informal dan Kesetaraan Gender yang Berdampak pada Kesehatan Masyarakat” di Mauk, Tangerang (7/2). Dalam sambutannya, ia menyampaikan hipotesis mengenai ketimpangan sosial yang kerap dialami perempuan dan anak-anak. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Robert Sulistyo (kiri), Program Development Specialist Habitat for Humanity Indonesia, mengajak kelompok perempuan Kampung Tanjung Kait berdiskusi dalam lokakarya di Mauk, Tangerang (7/2). Dalam sesi ini, peserta diajak untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang sering ditemui di lingkungan mereka. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Sejumlah peserta berdiskusi dalam sesi lokakarya di Mauk, Tangerang (7/2). Sebanyak 20 perempuan dari Kampung Tanjung Kait diminta untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang sering terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka. Selain itu, mereka juga diajak untuk mengklasifikasikan setiap permasalahan serta merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Catatan yang ditulis oleh peserta selama lokakarya di Mauk, Tangerang (7/2). Sebelum merumuskan solusi atas permasalahan yang ditemukan, peserta terlebih dahulu berdiskusi dalam kelompok untuk menyamakan persepsi dan pemahaman. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Sejumlah peserta menempelkan catatan kertas berisi solusi permasalahan dalam lokakarya di Mauk, Tangerang (7/2). Catatan tersebut disusun berdasarkan topik atau kategori yang telah disiapkan oleh tim Habitat for Humanity Indonesia. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Tim Habitat for Humanity Indonesia membantu para peserta meletakkan catatan kertas saat kegiatan lokakarya di Mauk, Tangerang (7/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian
Sylvinus Jowi Pedor (tengah), MEAL Senior Specialist Habitat for Humanity Indonesia, memaparkan hasil dan kesimpulan yang dirangkum dari catatan para peserta dalam lokakarya di Mauk, Tangerang (7/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian
Antusiasme para peserta mengikuti kegiatan lokakarya di Mauk, Tangerang (7/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian
Foto bersama antara tim Habitat for Humanity Indonesia dan 20 peserta lokakarya di Mauk, Tangerang (7/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

(kh/av)

Thumbnail 02-02
ID-EN Blog

Mengalirkan Harapan: Solusi Air Bersih untuk Masa Depan Karawang

Ranta, seorang warga Desa Baturaden, Kabupaten Karawang, tak pernah membayangkan hari ini ia bisa menikmati air bersih yang mengalir langsung ke rumahnya. Selama lebih dari 40 tahun, air bersih adalah mimpi yang terasa jauh dari kenyataan.  

“Airnya kenceng banget, Pak. Udah gitu bersih lagi,” ujar Ranta penuh sukacita saat ditemui di rumahnya.  

Namun, kebahagiaan ini datang setelah melewati perjalanan panjang yang sulit. Bertahun-tahun, Ranta dan ratusan keluarga di desanya terpaksa menggunakan air dari Sungai Citarum yang sudah tercemar. Air itu digunakan untuk mencuci pakaian, mandi, buang air, hingga membersihkan bahan pangan untuk dikonsumsi. Sayangnya, air yang mereka pakai justru membawa ancaman kesehatan. “Penyakit kulit itu sudah biasa, Pak. Dari gatal-gatal, panu, kudis, sampai kurap,” kenang Ranta.  

Ranta memanfaatkan aliran sungai Citarum yang tercemar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di Desa Baturaden, Karawang. Foto: HFHI/Kevin Herbian

Hal serupa dirasakan Lukman, warga Desa Cicinde Utara. Sebagai pengusaha ikan pindang, air bersih menjadi kunci kelangsungan usahanya. “Produksi ikan pindang saya menurun karena sulitnya dapat air bersih, apalagi saat kemarau. Meskipun kami juga punya air dari sumur, tapi itu tak selamanya bagus, sering banget kotor,” jelas Lukman.  

Di desa Cicinde utara ini, lebih dari 90 keluarga yang menggantungkan hidup pada produksi ikan pindang menghadapi persoalan serupa. Ketiadaan air bersih bukan hanya memengaruhi kehidupan sehari-hari, tetapi juga sumber penghasilan mereka.  

Tak hanya sektor keluarga dan perekonomian, kesulitan air bersih juga mengancam sektor pendidikan. Di SDN Wanajaya 1 Kabupaten Karawang, Estika Mulia, seorang guru, kerap cemas melihat kondisi air yang digunakan para siswa. “Kami bergantung pada air irigasi dari Sungai Cibeet. Tapi airnya sering kotor, terutama saat hujan kiriman dari Bogor. Saya khawatir anak-anak terkena penyakit,” ujarnya prihatin.  

Langkah Nyata Menuju Perubahan  

Melihat situasi ini, Habitat for Humanity Indonesia bersama Amazon Web Services (AWS) mengambil langkah nyata. Melalui program AWS Water Positive, keduanya membangun sembilan akses air bersih di empat desa di Kabupaten Karawang.  

Di Desa Baturaden, Habitat Indonesia dan AWS telah membangun empat titik penyaringan air yang memanfaatkan aliran irigasi Sungai Citarum. Sedangkan, di Desa Wanajaya, satu titik penyaringan air dari irigasi Sungai Cibeet juga telah dibangun. Sementara itu, Desa Cicinde dan Desa Lemahmukti kini memiliki empat sumur bor yang menjamin pasokan air bersih bagi warganya.   

Seorang warga memanfaatkan fasilitas akses air bersih yang dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia bersama AWS di Desa Baturaden, Karawang (22/1). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Setetes Air, Sejuta Harapan: Upaya Membangun Akses Air Bersih untuk Ratusan Warga

Semua fasilitas akses air bersih ini telah diuji oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, memastikan air yang mengalir ke rumah-rumah warga memenuhi standar kualitas yang layak untuk digunakan dan juga dikonsumsi. 

“Atas nama pemerintah, saya mengucapkan terima kasih kepada AWS dan Habitat atas dukungan luar biasa dalam mengatasi kelangkaan air bersih di Karawang. Kami berharap apa yang telah dibangun ini dapat dijaga dengan baik serta memberikan manfaat besar bagi masyarakat, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas hidup mereka.” ungkap Ridwan Salam, Kepala BAPPEDA Kabupaten Karawang, saat peresmian AWS Water Positive Project di Desa Baturaden (18/2). 

Hidup Baru Dimulai dengan Air Bersih  

Kini, ribuan warga merasakan dampak positif dari inisiatif ini. Kehidupan mereka berubah, mulai dari lingkup kesehatan, perekonomian, hingga pendidikan.  

“Kami enggak lagi sering kena penyakit kulit. Istri saya juga sudah berani masak air dari saluran bersih ini. Anak-anak dan cucu-cucu saya sudah enggak pernah lagi pakai air sungai yang kotor,” ujar Ranta dengan penuh syukur.  

Lukman pun turut merasakan suka cita yang sama di mana ia mengalami peningkatan penjualan dalam usahanya. “Produksi ikan pindang kami meningkat. Sekarang bisa jual lebih banyak dan pendapatan juga naik. Perubahan ini sangat membantu keluarga saya,” katanya.  

Sementara itu, di SDN Wanajaya 1, air bersih turut membawa dampak besar bagi para siswa. “Sekarang kami bisa mengajarkan praktik cuci tangan yang benar kepada anak-anak. Air bersih ini mengalir setiap hari, jadi kami nggak perlu khawatir lagi,” kata Estika dengan senyum lega.  

Estika bersama siswa-siswi didiknya menggunakan fasilitas akses air bersih yang dibangun Habitat for Humanity Indonesia dan AWS di Desa Wanajaya, Karawang (23/1). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Lebih dari Sekadar Pembangunan  

Tak hanya menyediakan akses air bersih, Habitat Indonesia dan AWS juga memfasilitasi pelatihan teknis untuk mengelola instalasi pengolahan air bersih kepada komite warga setempat. Pelatihan ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan pengelolaan fasilitas, sehingga warga dapat memanfaatkan sumber daya air bersih dengan optimal dan menjaga kualitasnya untuk jangka panjang. 

Melalui langkah-langkah kecil dan kolaborasi yang besar, kehidupan di Desa Baturaden, Cicinde, Wanajaya, serta Lemahmukti telah berubah. Dari cerita Ranta, Lukman, dan Estika, terlihat jelas bahwa air bersih bukan hanya tentang kebutuhan fisik, tapi juga tentang harapan dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat.   

(kh/av) 

Thumbnail 02-01
ID-EN Blog

Setetes Air, Sejuta Harapan: Upaya Membangun Akses Air Bersih untuk Ratusan Warga 

Sebanyak 8 anggota tim Habitat for Humanity Indonesia berjalan menaiki bukit menuju lokasi sumber air di Babakan Madang, Bogor (9/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Hujan deras mengguyur Kabupaten Bogor sepanjang malam, meninggalkan jalan setapak berbatu yang basah dan licin di pagi harinya. Udara masih dingin ketika tim Habitat for Humanity Indonesia bersiap melangkahkan kaki menuju bukit. Di sanalah, di tengah lebatnya hutan, terdapat sumber air yang telah lama dinantikan warga Babakan Madang. 

Perjalanan ini bukanlah sekadar perjalanan biasa. Dengan penuh semangat, para anggota tim menapaki medan terjal selama lebih dari 30 menit, menyusuri jalur tanah dan berbatu yang menanjak, dan menerobos hutan yang masih basah oleh sisa hujan semalam. Rasa lelah bukan halangan—karena mereka tahu, setiap langkah yang diambil adalah bagian dari misi besar yaitu, menghadirkan akses air bersih bagi ratusan jiwa yang selama ini hidup dalam keterbatasan. 

Setibanya di lokasi, tanpa ragu mereka langsung bergerak dan membagi tugas. Beberapa anggota tim mulai mengukur lebar sungai kecil yang akan dibendung selebar tiga meter, memastikan dimensi bendungan cukup kuat untuk menampung air yang akan mengalir ke rumah penduduk. Sementara itu, tim lainnya dengan penuh ketelitian mengukur debit air, menghitung berapa banyak yang dapat disalurkan ke setiap rumah, mushola, masjid, dan sekolah yang sangat membutuhkan pasokan air bersih. 

Sejumlah anggota tim Habitat for Humanity Indonesia mengukur aliran sungai kecil yang akan dibendung untuk menampung air bersih di Babakan Madang, Bogor (9/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Akhirnya, Ratusan Warga Tanjung Kait Terima Sertifikat Tanah

Belasan tahun, warga mengandalkan sumber mata air di bukit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, air di sana tidak selalu berbaik hati. Saat musim hujan, alirannya melimpah, sementara di musim kemarau, air menjadi langka dan menjadi perebutan. Tak sedikit warga yang bahkan tidak memiliki akses air bersih sama sekali, sehingga pemerataan akses menjadi kebutuhan mendesak bagi seluruh masyarakat. 

“Bendungan ini dibangun untuk mengatasi persoalan keterbatasan akses air bersih, terutama saat musim kemarau, dan juga untuk pemerataan bagi seluruh warga,” jelas Rendra, WASH Manager Habitat for Humanity Indonesia, saat meninjau lokasi bersama timnya. 

Apa yang Habitat Indonesia lakukan hari ini adalah sebuah investasi besar untuk masa depan. Proyek ini bukan sekadar membangun infrastruktur, tetapi juga membangun kehidupan yang lebih sehat dan lebih layak. 

Setiap tetes air yang akan mengalir melalui bendungan ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga menyuburkan harapan dan kesejahteraan bagi setiap keluarga di sana. 

Sejumlah anggota tim Habitat for Humanity Indonesia berdiskusi terkait rencana pembangunan bendungan air bersih di Babakan Madang, Bogor (9/2). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Bantu kami menghadirkan akses air bersih bagi lebih banyak keluarga. Donasi #SahabatHabitat bisa menjadi harapan bagi mereka yang membutuhkan. Kunjungi www.habitatindonesia.org/donations/membangun-air-bersih untuk berdonasi. 

(kh/av)