logotype
Donate
HU – HFHI – CEO Build
Kisah Perubahan

Rumah Layak Ubah Masa Depan Keluarga Iqballudin

Sore itu, tepat pukul empat, cahaya matahari menyusup lembut ke sela-sela dedaunan dan jatuh di dinding rumah baru berwarna biru milik Iqballudin. Dinding itu tampak kokoh, berdiri tegas, seakan menjadi saksi perubahan besar dalam hidup keluarga kecil di Babakan Madang, Kabupaten Bogor ini. Tim Habitat for Humanity Indonesia kembali menyambangi kediaman Iqballudin yang kini sudah layak huni. Ada kebanggaan tersendiri ketika melihat bagaimana keluarga ini merawat rumah barunya. Bahkan, hanya berselang sehari setelah rumah rampung dibangun, Iqballudin langsung bergerak menambahkan dapur sederhana secara mandiri, bukti nyata semangatnya untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi istri dan anak-anak.

Sebelum rumah baru ini hadir, kehidupan keluarga Iqballudin penuh keterbatasan. Ia, seorang buruh serabutan berusia 41 tahun, hanya mengandalkan upah harian sebesar Rp 50.000 untuk mencukupi kebutuhan hidup. Bersama istrinya, Siti Romyanah (36), seorang ibu rumah tangga, mereka membesarkan tiga anak yang masih duduk di bangku sekolah. Namun, kondisi rumah lama membuat segalanya terasa semakin berat.

Rumah mereka sebelumnya dibangun tanpa fondasi, hanya berupa bangunan sederhana dari panel GRC dan anyaman bambu. Tanpa dapur dan tanpa toilet, keluarga ini harus bergantung pada rumah orang tua untuk memasak dan mandi. Tak sampai di situ, rayap mulai merambat ke dinding dan tiang, membuat struktur rumah semakin rapuh.

Dengan mata berkaca-kaca, Siti mengenang rasa takut yang selalu menghantuinya. “Rayapnya sudah sampai atas, rumah rasanya mau roboh. Saya khawatir sekali sama anak-anak. Kalau ada kebocoran, saya takut anak-anak sakit-sakitan, terutama si kecil,” ucapnya dengan suara bergetar.

Kenangan itu menjadi bagian dari perjalanan panjang mereka, hidup dalam rumah yang tidak pernah memberi rasa aman. Tidur malam hari sering kali dibayangi kekhawatiran, terutama ketika hujan turun deras.

Namun, semua itu berubah lewat acara CEO Build 2025. Berkat dukungan dari Bapak Edwin Soeryadjaya yang berkolaborasi dengan Habitat for Humanity Indonesia, rumah baru untuk keluarga Iqballudin akhirnya berdiri. Rumah itu kokoh, aman, dan jauh berbeda dari kondisi sebelumnya yang rapuh.

Iqballudin pun tidak bisa menyembunyikan rasa harunya saat menyampaikan syukur. “Alhamdulillah, saya merasa sangat bahagia dan bersyukur. Rumah saya sekarang sangat kokoh, tidak seperti sebelumnya yang rapuh dan mau roboh,” ungkapnya penuh rasa lega.

Siti pun menambahkan dengan senyum yang kini lebih tenang, “Banyak sekali perubahannya. Setidaknya setiap malam bisa tidur nyenyak, tanpa lagi khawatir. Anak-anak bahagia, kita semua bahagia.”

Potret keluarga Iqballudin di depan rumah mereka yang kini layak huni berkat dukungan Edwin Soeryadjaya dan Habitat for Humanity Indonesia di Babakan Madang, Bogor (10/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Membangun Indonesia: Kolaborasi POSCO dan Habitat for Humanity Wujudkan Rumah Layak di Cilegon

Perubahan ini bukan hanya soal berdirinya bangunan baru. Dampaknya terasa mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak mereka kini lebih sehat karena tidak lagi terpapar kebocoran, lembab, dan kotoran rayap. Mereka pun tidak perlu lagi bolak-balik ke rumah kakek dan nenek hanya untuk mandi atau sekadar menggunakan toilet. Privasi mereka kini juga lebih terjaga, kebersihan lebih terjamin, dan kesehatan anak-anak pun meningkat.

Dampak besar juga terasa di pendidikan anak Iqballudin. Rumah yang aman dan nyaman membuat anak-anak bisa belajar dengan tenang tanpa harus memikirkan risiko atap bocor. Lingkungan rumah yang lebih sehat memberi mereka kesempatan untuk fokus pada sekolah. Iqballudin percaya bahwa rumah ini akan menjadi pondasi bagi masa depan anak-anaknya. “Setidaknya sekarang anak-anak bisa belajar dengan tenang. Saya ingin mereka sekolah setinggi-tingginya, biar masa depan mereka lebih baik dari saya,” ujarnya penuh harap.

Lebih jauh lagi, rumah baru ini menumbuhkan rasa percaya diri bagi keluarga. Tidak ada lagi rasa malu jika ada tetangga atau kerabat berkunjung. Mereka kini memiliki ruang yang layak untuk menyambut tamu, tempat yang benar-benar bisa disebut rumah.

Dengan penuh rasa syukur, Iqballudin kembali menyampaikan terima kasih. “Saya benar-benar berterima kasih kepada Pak Edwin dan Habitat atas rumah baru ini. Dukungan ini sangat berarti bagi saya dan keluarga. Semoga Allah membalas kebaikan ini dengan berlipat ganda,” ucapnya tulus.

Dari sebuah rumah sederhana yang kini berdiri kokoh, harapan baru tumbuh bagi keluarga kecil ini. Sebuah rumah tidak hanya melindungi dari hujan dan panas, tapi juga menjadi tempat di mana mimpi, kesehatan, dan masa depan anak-anak dapat tumbuh dengan kuat. Dan di balik setiap dinding yang berdiri, tersimpan cerita bahwa perubahan selalu mungkin ketika kepedulian diwujudkan dalam tindakan nyata.

Penulis: Kevin Herbian

(kh/av)

HU – HFHI – Kakakobank
Kisah Perubahan

Ketika Sekolah Layak Menjadi Rumah Kedua

Siswa-siswi RA Dwi Tunas Bangsa menyambut dengan antusias ruang kelas baru hasil renovasi dari Habitat for Humanity Indonesia di Kabupaten Tangerang (24/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Semangat pagi menyelimuti wajah anak-anak usia dini ketika mereka melangkah masuk ke halaman sekolah. Tawa kecil mereka terdengar riang, berlarian sambil membawa tas mungil. Di lorong depan kelas, nyanyian mereka bersahut-sahutan, menciptakan harmoni sederhana yang membuat suasana semakin hidup. Hari itu bukan sekadar hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang, melainkan awal baru yang penuh warna bagi RA Dwi Tunas Bangsa, sebuah sekolah di Kabupaten Tangerang yang kini tampak seperti terlahir kembali.

Bangunan sekolah yang dulu rapuh kini berdiri kokoh. Struktur bangunan diperkuat, atap yang sebelumnya bocor kini diganti dengan yang baru, dan setiap sudut ruangan direnovasi agar lebih aman. Dinding berwarna kuning cerah membuat sekolah tampak hangat dan ramah. Dua ruang kelas kini terasa lapang dan nyaman, ruang guru berubah menjadi tempat diskusi yang layak, dan yang paling utama sebuah toilet baru yang higienis dan aman untuk digunakan anak-anak. Semua ini menjadikan RA Dwi Tunas Bangsa seperti rumah kedua yang layak untuk ditempati oleh generasi kecil yang penuh mimpi.

Namun, apa yang tampak hari ini jauh berbeda dengan kondisi sekolah sebelumnya. Selama belasan tahun berdiri, bangunan sekolah itu perlahan kehilangan fungsinya. Cat dinding memudar, sebagian tembok retak, atap bocor saat hujan, dan ruang kelas terasa pengap tanpa ventilasi memadai. Toilet sekolah sudah lama tidak berfungsi, membuat anak-anak terpaksa menumpang di rumah tetangga sekitar setiap kali ingin buang air. Situasi itu bukan hanya membuat mereka tidak nyaman, tetapi juga membahayakan kesehatan dan menurunkan rasa percaya diri.

Akibat kondisi sarana dan prasarana yang terbatas, jumlah murid pun menurun drastis. Hanya sekitar 15 siswa yang masih bertahan bersekolah di sana. Banyak orang tua ragu menyekolahkan anak mereka di RA Dwi Tunas Bangsa, bukan karena kualitas pengajaran, melainkan karena kondisi bangunan yang dianggap tidak layak. Bagi Agustini, kepala sekolah, ini menjadi beban berat. Ia ingin anak-anak di lingkungannya mendapatkan pendidikan dini yang layak, tapi keterbatasan fasilitas membuat perjuangan itu terasa berat.

Suasana ruang kelas RA Dwi Tunas Bangsa setelah direnovasi oleh Habitat for Humanity Indonesia di Kabupaten Tangerang (24/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Masa Depan Cerah Anak Lewat Rumah & Teknologi di Rajeg-Tangerang

Kabar baik akhirnya datang ketika Habitat for Humanity melihat kondisi ini dan memutuskan untuk turun tangan. Kolaborasi ini tidak sekadar memperbaiki bangunan, tetapi juga membangkitkan harapan. Renovasi dilakukan secara menyeluruh. Struktur bangunan diperkuat, atap diperbaiki, ruang kelas diperbarui, ruang guru ditata ulang, hingga pembangunan toilet baru yang layak dan higienis.

“Adanya bantuan pembangunan fasilitas sekolah ini benar-benar membantu kami. Sekarang kami bisa menerima lebih banyak siswa. Dari yang tadinya hanya 15, sekarang jumlah murid bertambah dua kali lipat. Sekarang sudah lebih dari 30 anak belajar di sini,” ujar Agustini dengan senyum lega.

Bagi Agustini, bukan hanya jumlah murid yang bertambah. Lebih dari itu, suasana belajar menjadi jauh lebih menyenangkan. “Yang paling penting adalah ruang kelas baru yang aman, atap yang tidak bocor, dan sarana toilet yang layak. Anak-anak jadi betah, guru juga lebih semangat. Lingkungan belajar yang nyaman memang membawa perbedaan besar,” tambahnya.

Perubahan ini terasa nyata bagi murid dan guru. Anak-anak kini bisa belajar dengan tenang tanpa harus kepanasan. Guru pun bisa fokus mengajar tanpa khawatir akan keterbatasan fasilitas. Sekolah bukan lagi tempat seadanya, melainkan ruang yang benar-benar layak untuk menumbuhkan mimpi.

Pendidikan adalah fondasi masa depan. Bangunan sekolah yang layak bukan hanya tembok dan atap, melainkan tempat yang menanamkan nilai, karakter, dan harapan. Setiap warna cerah di dinding RA Dwi Tunas Bangsa menjadi simbol semangat baru. Setiap tawa anak-anak adalah bukti bahwa akses pendidikan yang memadai benar-benar membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah.

“Sekolah ini semoga menjadi penopang bagi anak-anak dalam meraih masa depan mereka. Kami ingin mereka tumbuh dengan percaya diri, sehat, dan berani bermimpi,” tutup Agustini dengan harapan besar.

Potret siswa-siswi RA Dwi Tunas Bangsa di depan ruang kelas baru hasil renovasi Habitat for Humanity Indonesia di Kabupaten Tangerang (24/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Dari lorong sederhana di Kabupaten Tangerang ini, kita belajar bahwa masa depan anak-anak tidak boleh dibatasi oleh kondisi bangunan yang rapuh. Dengan kolaborasi dan kepedulian, sekolah yang kokoh dan nyaman bisa menjadi pijakan awal bagi generasi penerus bangsa untuk melangkah lebih jauh.

Penulis: Kevin Herbian

(kh/av)

HU – HFHI – Kakaobank
Kabar Habitat

Masa Depan Cerah Anak Lewat Rumah & Teknologi di Rajeg-Tangerang

Tangerang, 3 September 2025 – Kakaobank kembali bekerja sama dengan Habitat for Humanity Indonesia dalam program bertajuk “Kakaobank Connect Village 2025: Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Kualitas Pendidikan, dan Akses Teknologi.” Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan akses terhadap teknologi di Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, sekaligus mendukung pembangunan rumah layak huni bagi keluarga berpenghasilan rendah.

Sekitar 50 relawan dari Kakaobank Korea dan Superbank Indonesia secara aktif berpartisipasi dalam program selama tiga hari, yang dilaksanakan dari tanggal 1 hingga 3 September 2025. Program ini berhasil membangun 17 unit rumah layak huni dan mendirikan fasilitas pendidikan berupa Laboratorium TIK di SMP Bhakti Pertiwi. Laboratorium ini dilengkapi dengan 21 unit komputer baru untuk mendukung kegiatan e-learning dan pengembangan keterampilan digital siswa.

Kecamatan Rajeg menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan. Dari lima desa yang ditetapkan sebagai zona kemiskinan ekstrem, tiga di antaranya diprioritaskan untuk program pengentasan kemiskinan. Banyak siswa dari keluarga berpenghasilan rendah tinggal di rumah yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka, memengaruhi kondisi fisik dan kemampuan mereka untuk fokus pada pendidikan. Program ini mengatasi tantangan nyata yang dihadapi oleh anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, terutama mereka yang memiliki kebutuhan khusus atau akses terbatas pada pendidikan digital.

Baca juga: Kakaobank Bersama Habitat for Humanity Indonesia: Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Mauk

Hayden Shin, Corporate Support Group/Head of Group Executive Vice President Kakaobank Korea menyatakan, “Kami bangga dapat berkontribusi dalam meningkatkan akses pendidikan dan teknologi bagi anak-anak di Rajeg. Melalui kolaborasi ini, kami berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan mendukung pertumbuhan anak-anak dari keluarga kurang mampu.”

Handoko Ngadiman, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, menambahkan, “Kolaborasi ini menunjukkan pentingnya sinergi antara sektor swasta dan organisasi kemanusiaan. Selain menyediakan rumah yang layak huni, laboratorium TIK akan meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Bhakti Pertiwi, memberikan siswa akses yang memadai terhadap teknologi dan mendukung pembelajaran modern.”

Program Kakaobank Connect Village 2025 merupakan wujud nyata komitmen Kakaobank dalam mendukung pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, sekaligus memperkuat upaya Habitat for Humanity Indonesia untuk menyediakan rumah layak huni dan fasilitas pendidikan yang memadai bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Rajeg.

Saksikan video berikut untuk melihat bagaimana relawan kakaobank Korea turut membangun hunian layak dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

Penulis: Syefira Salsabilla

Foto: HFHI/Kevin Herbian

Video: HFHI/Budi Ariyanto

(av-kh)

HU – HFHI Posco – (1)
Kabar Habitat

Membangun Indonesia: Kolaborasi POSCO dan Habitat for Humanity Wujudkan Rumah Layak di Cilegon

Cilegon, 14 Agustus 2025 – Habitat for Humanity Indonesia bersama POSCO dan KRAKATAU POSCO kembali berkolaborasi dalam program “2025 POSCO 1% Foundation Echo Village” yang berlangsung pada 10-14 Agustus 2025 di Kecamatan Ciwandan dan Citangkil, Kota Cilegon. Sebanyak 44 peserta yang terdiri dari 24 relawan POSCO Korea dan 20 staf PT Krakatau POSCO berpartisipasi aktif dalam rangkaian kegiatan. Program ini merupakan bagian dari kolaborasi berkelanjutan yang telah terjalin selama lebih dari satu dekade antara POSCO dan Habitat untuk membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah.

Tahun ini, kegiatan difokuskan pada pembangunan enam rumah layak huni ramah lingkungan bagi keluarga berpenghasilan rendah di Kubangsari, Tegal Ratu, dan Samangraya. Rumah-rumah tersebut menggunakan dinding eco-brick dari limbah plastik, dilengkapi sistem penampungan air hujan (rainwater harvesting), serta septic tank dan soak pit untuk memastikan sanitasi yang aman. Desain rumah memenuhi indikator rumah layak menurut Kementerian PUPR dan rumah sehat menurut Kementerian Kesehatan, dengan struktur yang aman, ventilasi memadai, pencahayaan alami, serta ruang yang cukup untuk privasi keluarga.

Tak hanya fokus pada pembangunan rumah dan pelatihan, kegiatan ini juga mencakup renovasi fasilitas pendidikan, pelatihan manajemen rumah sehat dan Building Back Safer (BBS) untuk 50 peserta. Program ini juga memperkuat ketangguhan bencana masyarakat di Kelurahan Samangraya dengan melatih 50 anggota Tim Siaga Bencana Kelurahan (TSBK) dan memfasilitasi pengajuan status Kelurahan Tangguh Bencana (KALTANA) ke BNPB. Upaya ini diharapkan dapat memberikan akses pada dukungan, sumber daya, dan pendanaan resmi dalam penanggulangan bencana, sekaligus membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk menghadapi risiko di masa depan.

Puncak kegiatan berlangsung pada 14 Agustus 2025 dengan seremoni penyerahan kunci rumah dan pigura sebagai simbolis penyerahan rumah kepada keluarga penerima manfaat, kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan budaya pencak silat oleh masyarakat setempat dan seni tari yang dibawakan langsung oleh relawan dari Korea.

Baca juga: Melampaui Batas: Kolaborasi POSCO dan Habitat for Humanity Bangun Masa Depan Lebih Baik

Wakil Wali Kota Cilegon, Fajar Hadi Prabowo, menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi ini. “Kami mengucapkan terima kasih kepada POSCO dan Habitat for Humanity atas program pembangunan rumah layak huni untuk warga Cilegon. Program ini sangat bersinergi dengan inisiatif pemerintah. Semoga Cilegon dapat mengikuti jejak POSCO dan Habitat agar bisa membangun lebih banyak rumah layak huni untuk warga Cilegon,” ujarnya.

Sementara itu, Abraham Tulung, General Manager Resource Development Habitat for Humanity Indonesia, menyatakan apresiasinya kepada POSCO, “Kami benar-benar menghargai kerja sama yang sudah terjalin lama dengan POSCO. Lewat kolaborasi ini, ada banyak keluarga yang merasakan perubahan nyata dalam hidup mereka. Kami berharap kerjasama ini terus berlanjut dan makin banyak orang tergerak untuk ikut mewujudkan rumah yang aman dan sehat.”

Program 2025 POSCO 1% Foundation Echo Village menjadi bukti bahwa sinergi lintas negara dapat menghadirkan perubahan nyata. Dengan semangat gotong royong dan kepedulian, kegiatan ini menanamkan optimisme bagi masa depan keluarga penerima manfaat di Cilegon. Sesuai dengan visi Habitat for Humanity bahwa setiap orang berhak atas tempat tinggal yang layak, program ini berupaya mewujudkan harapan tersebut menjadi kenyataan.

Saksikan video berikut untuk melihat bagaimana relawan POSCO turut membangun hunian layak dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

Penulis: Syefira Salsabilla

Foto: HFHI/Kevin Herbian

Video: HFHI/Budi Ariyanto

(av-kh)

HU – HFHI MPM
Kisah Perubahan

Tak Lagi Malu, Tak Lagi Takut: Cerita Ibu Uri dengan Toilet Barunya

Hari itu, Ibu Uri (54) tak dapat menyembunyikan rasa syukurnya. Setelah lebih dari tiga puluh tahun menanti, akhirnya ia memiliki sanitasi yang layak seperti kebanyakan keluarga lainnya. Matanya berkaca-kaca saat berdiri di depan bangunan mungil berwarna oranye yang kini berdiri kokoh di dalam rumah. “Ibu enggak pernah nyangka, baru kali ini bantuan untuk keluarga Ibu benar-benar nyata melalui pembangunan WC ini,” ucapnya pelan, seolah masih tak percaya. 

Selama lebih dari tiga dekade, Uri tinggal bersama putri semata wayangnya, Ella (30), dalam kondisi sanitasi yang jauh dari kata layak. Untuk mandi, mereka menggunakan ruang seadanya, hanya beralaskan plester semen. Sementara untuk buang air besar, mereka berbagi jamban sederhana berbahan kayu dan terpal plastik tanpa atap dengan empat keluarga lainnya. “Waktu dulu banyak enggak senangnya, Ujang. Takut kalau harus buang air malam-malam. Anak-anak minta ditemenin terus,” kenangnya. 

Cerita pilu itu juga membekas dalam ingatan Ella yang kini telah berkeluarga dan memiliki dua anak berusia sembilan dan lima tahun. Ia masih mengingat jelas momen saat sedang hamil anak keduanya. “Pernah waktu itu saya kepeleset karena licin. Kaki saya masuk ke dalam jambannya, sampai rubuh kayunya juga. Takut banget saya, nangis seada-adanya,” kisahnya. 

Kondisi toilet keluarga Ibu Uri yang tidak layak sebelum dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia di Rajeg, Kabupaten Tangerang (24/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Musim hujan jadi momok tambahan. Lubang jamban yang meluap kerap mencemari halaman, menyebarkan bau menyengat dan memicu rasa malu. “Sering bau, apalagi kalau hujan, bisa banjir ke halaman. Kalau ada tamu, malu banget. Pernah tamu bilang, ‘Kok BAB-nya di empang sih?’ Nah, teteh sama Ibu malu banget,” ujar Ella. 

Persoalan sanitasi layak seperti yang dialami keluarga Uri dan Ella bukanlah kasus tunggal. Menurut data BPS 2024, sebanyak 89,38 persen keluarga di Kabupaten Tangerang memiliki akses terhadap toilet layak. Artinya, masih ada sekitar 10,62 persen keluarga yang belum memiliki fasilitas sanitasi memadai. 

Faktor ekonomi menjadi penghalang utama. Uri yang dulu bekerja sebagai buruh sampah, kini tak lagi mampu bekerja karena penyakit pernapasan. Sementara penghasilan keluarga hanya bersumber dari Ella yang bekerja sebagai buruh harian di pabrik produksi toples dengan upah sekitar Rp67.000,- per hari. Pendapatan ini pun habis untuk kebutuhan dasar seperti beras dan uang saku anak. Suami Uri, Acin, telah berpulang sejak Ella berusia delapan tahun. 

“Kalau bikin toilet mah, enggak akan pernah kebangun, Ujang. Boro-boro, buat makan aja susah,” tutur Uri lirih. Lalu ia menambahkan dengan nada penuh harap, “Saya tuh kepingin kaya orang-orang punya toilet yang bagus. Biar enggak malu lagi.” 

Ella, putri Ibu Uri, menunjukkan lokasi tempat ia pernah terjatuh saat menggunakan jamban di belakang rumahnya di Rajeg, Kabupaten Tangerang (24/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Habitat for Humanity Indonesia Bangun Akses Air Bersih di Gunung Kidul

Namun, kehidupan memang menyimpan kejutan. Kabar baik akhirnya datang ke pintu rumah Uri. Habitat for Humanity Indonesia bersama PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPM) membangun toilet untuk keluarga Uri dan lima keluarga lainnya yang memiliki kondisi serupa di Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. 

Uri mengingat momen saat material bangunan pertama kali diantar ke rumahnya. “Ibu bersyukur sekali, Ujang. Ibu enggak pernah nyangka, apalagi waktu itu pertama kali barang material beneran datang ke rumah. Ibu kira ini bohongan ternyata beneran,” ucapnya sambil tersenyum lebar, menunjuk dinding toilet barunya yang berwarna oranye cerah. 

Ibu Uri membersihkan lantai toilet setelah Habitat for Humanity Indonesia dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk merenovasi fasilitas tersebut menjadi layak di Rajeg, Kabupaten Tangerang (24/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Toilet itu bukan sekadar bangunan. Ia mengubah pola hidup, memperbaiki kebiasaan, dan menghadirkan rasa aman. “Senangnya bukan main. Banyak perubahan, mulai dari kebiasaan sehari-hari sampai hidup kami yang jauh lebih bersih dan sehat,” ujar Ella penuh semangat. 

Tak ada lagi cerita takut keluar malam untuk buang air, tak ada lagi jamban meluap dan bau menyengat, dan yang paling penting, tak ada lagi rasa malu. “Anak-anak sekarang jauh lebih bersih, Mas. Jadi lebih sering mandi. Alhamdulillah, sekarang juga udah enggak pernah dia mengeluh bau atau gatal-gatal kaya sebelumnya,” ujar Ella dengan wajah berbinar. 

Potret kebahagiaan keluarga Ibu Uri setelah Habitat for Humanity Indonesia dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk membangun toilet layak di kediaman mereka di Rajeg, Kabupaten Tangerang (24/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Di balik dinding toilet sederhana itu, tumbuh harapan baru. Uri kini punya mimpi untuk memperbaiki rumahnya perlahan-lahan. “Pengennya benerin rumah, kan WC-nya udah bagus, sekarang tinggal rumahnya pelan-pelan mau dibagusin lagi,” ucapnya, memandangi rumah kecil yang jadi tempat berlindung keluarganya. 

Bagi sebagian keluarga, toilet mungkin tampak sederhana. Tapi bagi keluarga seperti Uri dan Ella, memiliki sanitasi yang layak adalah mimpi besar yang akhirnya jadi nyata. Toilet itu menjadi simbol harga diri, kenyamanan, dan kesehatan. 

Dari kisah keluarga kecil ini, kita diajak untuk menyadari bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari kebutuhan paling mendasar yakni, akses terhadap sanitasi yang layak. Dukung lebih banyak keluarga seperti Ibu Uri melalui: habitatindonesia.org/donate 

(kh/av)

HU – HFHI EME
Kabar Habitat

Air Bersih, Hidup Sehat: Bersama Menjaga Air untuk Masa Depan Nglipar 

Yogyakarta, 2 Agustus 2025 – Di balik hijaunya perbukitan Nglipar, Gunungkidul, tersimpan kisah nyata tentang perjuangan masyarakat Desa Pengkol menghadapi kekeringan. Setiap tetes air bersih begitu berharga, bukan hanya untuk kebutuhan harian, tapi juga sebagai benteng pertama untuk menjaga kesehatan keluarga dan masa depan anak-anak mereka.

Namun, air bukan hanya sekadar soal ketersediaan. Ini juga tentang kesadaran, pengetahuan, dan aksi nyata. Inilah semangat yang dihadirkan dalam kegiatan yang bertajuk “Air Bersih, Hidup Sehat: Bersama Menjaga Air untuk Masa Depan Nglipar” pada Sabtu, 2 Agustus 2025. Lebih dari 200 warga mulai dari anak-anak, ibu rumah tangga, tokoh masyarakat, hingga pemuda karang taruna, berkumpul di Kantor Kalurahan Desa Pengkol untuk mengikuti serangkaian acara edukatif, interaktif, dan menyenangkan.

Pagi dimulai dengan senam Germas yang membakar semangat sekaligus menjadi pengingat bahwa tubuh sehat dimulai dari gerakan kecil. Anak-anak pun antusias mengikuti lomba mewarnai bertema hygiene, sementara para orang dewasa diajak menjelajahi booth pembelajaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti pengelolaan air bersih dan praktik cuci tangan yang benar.

Masing-masing booth dikemas dengan cara yang mudah dipahami, lengkap dengan permainan interaktif dan kuis yang menghibur. Tak hanya menambah ilmu, peserta yang telah menyelesaikan kuis juga mendapatkan hygiene kit sebagai bentuk apresiasi.

Baca juga: Habitat for Humanity Indonesia Bangun Akses Air Bersih di Gunung Kidul

Ibu Tini, salah satu anggota pengelola Perpusdes Balai Pintar Desa Pengkol menyampaikan antusiasnya pada kegiatan ini, “Kegiatan hari ini sangat menyenangkan. Anak-anak semuanya senang bisa ikut lomba mewarnai dan mendengar dongeng, ibu-ibu dan bapak-bapak juga senang bisa ikut kuis di booth PHBS dan dapat hadiah hygiene kit. Semoga Habitat bisa terus mengadakan kegiatan seperti ini yang bermanfaat bagi masyarakat, khususnya Desa Pengkol.”

Kegiatan ini bukan hanya tentang edukasi. Ini adalah ruang bersama untuk membangun kebiasaan baru, menumbuhkan rasa peduli, dan menumbuhkan kesadaran kolektif; air bersih adalah tanggung jawab kita semua, pola hidup bersih dan sehat bisa dimulai dari rumah, perubahan besar selalu diawali dari langkah kecil.

“Kalau di kampung itu kan kami cuci tangan suka gak benar ya, usek-usek tok. Tapi dari kegiatan ini kami diingatkan lagi bagaimana cuci tangan yang benar jadi bisa terhindar dari penyakit-penyakit,” ujar Ibu Masikem, warga Desa Pengkol.

Habitat for Humanity Indonesia bekerja sama dengan tokoh masyarakat, relawan, dan komunitas lokal untuk memastikan kegiatan ini memberikan dampak nyata. Termasuk dalam upaya menemukan bibit-bibit pemimpin lokal yang nantinya dapat menjadi WASH Champion, penggerak perubahan dari dalam komunitas sendiri. Karena kami percaya, rumah yang layak, air yang bersih, dan lingkungan yang sehat adalah hak semua orang.

Dari satu desa kecil, kita bisa menyalakan inspirasi besar. Dari satu langkah kecil, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih bersih dan lebih sehat bagi generasi hari ini dan esok.

Penulis: Syefira Salsabilla

Foto: HFHI/Patrik Cahyo

(av-kh)

HU – HFHI Arthawena – 01
Kisah Perubahan

Hadiah dari Doa yang Tak Pernah Putus

Potret keluarga Dewy Loek di halaman rumah layak huni mereka, yang dibangun bersama Habitat for Humanity Indonesia dan PT Arthawenasakti Gemilang di Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur. Foto: HFHI/Kupang Site Project

“Jauh berbeda… saya tidak perlu menunduk lagi saat masuk rumah karena rumah kami yang kecil. Rumah ini lebih dari layak dan bagus sekali, ini keberkahan yang teramat besar untuk keluarga saya.” 

Begitulah yang disampaikan Pak Dewy Loek, dengan sorot mata penuh rasa syukur, saat ditemui tim Habitat for Humanity Indonesia di rumah barunya yang berdiri kokoh di Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur. Ucapannya datang dari hati yang telah lama menahan harap. Sore itu, tim Habitat Indonesia tidak hanya berbincang tentang bangunan, tapi tentang hidup yang perlahan berubah. 

Bagi Pak Dewy, rumah ini adalah jawaban dari doa yang dipanjatkan selama bertahun-tahun. Sebelumnya, ia tinggal bersama istri dan dua anaknya di sebuah bangunan sederhana berbentuk persegi dengan lantai tanah, berdinding pelepah lontar, dan beratap alang-alang. Tak ada sekat, tak ada ventilasi, apalagi kamar mandi. Semua aktivitas dilakukan dalam satu ruangan sempit yang harus dibagi bersama. 

Saat musim kemarau, udara di dalam rumah terasa pengap dan panas menyengat. Tidak ada jendela yang bisa mengalirkan udara atau angin. Anak-anaknya sering kali terbangun karena tak tahan dengan hawa gerah. Namun saat musim hujan, kondisi menjadi jauh lebih sulit. Atap bocor di mana-mana, air masuk ke dalam rumah, dan lantai berubah menjadi lumpur. Tak jarang mereka harus memindahkan anak-anak dari tempat tidur di tengah malam karena kasur ikut basah. 

Rasa khawatir itu datang setiap hari. Pak Dewy tahu, rumah seperti itu bukan tempat yang aman untuk membesarkan anak-anak. Tapi sebagai buruh tani dan nelayan, ia tak punya banyak pilihan. Tabungan yang sedikit demi sedikit dikumpulkan pun habis hanya untuk memperbaiki kerusakan yang tak pernah selesai. Di tengah keterbatasan, satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah berdoa yang ia panjatkan setiap waktu. 

Yesi Saketu, istri dari Bapak Dewy Loek, berdiri di pintu depan rumah tidak layak huni miliknya sebelum menerima dukungan program rumah layak huni dari Habitat for Humanity Indonesia di Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur. Foto: HFHI/Kupang Site Project

Baca juga: Kini Tinggal di Rumah Layak Huni, Ratusan Keluarga di Gresik Siap Menata Masa Depan

Potret keluarga Dewy Loek di halaman rumah layak huni mereka, yang dibangun bersama Habitat for Humanity Indonesia dan PT Arthawenasakti Gemilang di Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur. Foto: HFHI/Kupang Site Project

Sampai akhirnya, uluran tangan datang menjangkau. Melalui dukungan dari Habitat for Humanity Indonesia dan PT Arthawenasakti Gemilang, rumah baru pun dibangun. Rumah dengan dua kamar tidur, toilet layak, dan struktur yang kokoh. Dinding berwarna kuning cerah kini menggantikan pelepah dan alang-alang yang dulu menjadi pelindung mereka dari panas dan hujan. 

“Saya sendiri masih belum percaya,” kata Pak Dewy. “Rumah ini nyaman sekali. Anak-anak senang, mereka punya kamar sendiri. Tidak ada lagi cerita kasur basah atau tidur kegerahan.” 

Selama proses pembangunan, Pak Dewy tidak tinggal diam. Ia terlibat membantu tukang, mengangkat bahan bangunan, ikut menyiapkan makanan semampunya. Semua itu ia lakukan dengan semangat besar meski kondisi ekonomi keluarga masih terbatas. Baginya, rumah ini adalah hadiah yang ingin ia berikan sendiri untuk istri dan anak-anaknya. 

Kini, rumah itu berdiri dengan kokoh dan memberi banyak perubahan. Anak-anak bisa bermain dan belajar tanpa rasa takut. Istrinya, Yesi Saketu, juga merasa hidup lebih tenang. Mereka kini punya toilet bersih di dalam rumah, berbeda jauh dari kondisi dulu ketika harus buang air di tempat terbuka tanpa perlindungan. Rumah ini membawa kesehatan, kenyamanan, dan rasa aman yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya. 

Tak hanya itu, untuk pertama kalinya, Pak Dewy mulai bisa menabung. Penghasilan yang sebelumnya habis untuk memperbaiki rumah kini bisa disisihkan demi pendidikan anak-anaknya. Ia menatap masa depan dengan keyakinan baru, dengan hati yang tak lagi dipenuhi rasa cemas. 

Keluarga Dewy Loek bersenda gurau di halaman rumah layak huni mereka, yang dibangun bersama Habitat for Humanity Indonesia dan PT Arthawenasakti Gemilang di Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur. Foto: HFHI/Kupang Site Project

Bagi keluarga Dewy, rumah ini bukan sekadar bangunan. Ini adalah titik awal kehidupan yang lebih baik. Tempat di mana anak-anak bisa tumbuh, belajar, dan bermimpi. Tempat di mana sepasang suami istri bisa beristirahat tanpa rasa takut akan atap yang runtuh atau lantai yang tergenang air. 

Dan sampai hari ini, Dewy tetap memanjatkan doa. Tapi kini bukan lagi untuk dirinya sendiri. Ia berdoa agar saudara-saudaranya yang lain, yang masih hidup dalam bayang-bayang atap rapuh dan dinding retak, juga diberkati dengan rumah yang layak. Rumah yang bisa menjadi tempat berlabuh harapan, seperti rumah yang kini ia miliki. 

Kisah Pak Dewy adalah satu dari banyak suara yang selama ini terpendam dalam rumah-rumah yang tak layak. Suara yang kini mulai terdengar ketika ada yang peduli, ketika ada yang memilih untuk bertindak. Masih banyak keluarga lain yang menunggu harapan yang sama, tempat tinggal yang aman, sehat, dan layak untuk tumbuh bersama orang-orang tercinta.  

Jika kisah ini menyentuhmu, kamu juga bisa menjadi bagian dari perjalanan perubahan ini. Temukan caranya di habitatindonesia.org/donate, karena rumah yang layak seharusnya bukan menjadi impian, melainkan kenyataan untuk semua keluarga. 

(kh/av)

HU – Air Bersih Bogor
Kisah Perubahan

Mewariskan Harapan Lewat Akses Air Bersih

Habitat for Humanity Indonesia bersama PT Bumi Resources Tbk hadirkan akses air bersih bagi 200 keluarga dan delapan fasilitas umum, demi mendukung kehidupan yang lebih sehat dan bermartabat. 

Iah Muliati bersama putrinya sedang mencuci pakaian menggunakan fasilitas akses air bersih yang telah dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Kampung Wangun 2, Bogor (9/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Matahari pagi menyapa hangat Kampung Wangun 2, sebuah permukiman kecil di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Sinar lembutnya menembus sela-sela dedaunan, menari-nari di atas genting rumah-rumah warga, sebelum akhirnya jatuh perlahan ke wajah seorang ibu yang tengah menunduk mencuci pakaian bersama anak perempuannya.  

Iah Muliati namanya. Di bawah gemercik air yang mengalir dari kran rumahnya, senyum Muliati mengembang lebar. Hari itu terasa berbeda. Ada ketenangan yang sulit ia sembunyikan dan di balik matanya yang berbinar, tumbuh keyakinan bahwa masa depan anak-anaknya akan jauh lebih baik. 

Sudah lama sekali Muliati mendambakan momen seperti ini. Bertahun-tahun, air bersih menjadi kemewahan yang sulit dijangkau di kampungnya. Padahal, mereka tinggal di daerah yang tampaknya subur dan hijau, dikelilingi oleh perbukitan yang seharusnya menjadi sumber kehidupan. Namun nyatanya, untuk mendapatkan air bersih saja, warga harus berjibaku dengan sistem distribusi yang tidak menentu. Muliati tersenyum dan berkata, “Ibu bersyukur sekarang punya air bersih yang mengalir langsung ke kran rumah Ibu. Airnya kenceng, bening, engga keruh kayak sebelumnya.” 

Cerita tentang Muliati adalah satu dari sekian banyak kisah warga Kampung Wangun 2 yang selama ini bergelut dengan persoalan mendasar yaitu akses terhadap air bersih. Sumber mata air yang mereka miliki dikelola secara swadaya, dengan pipa-pipa plastik seadanya yang dipasang tanpa perencanaan matang. Sistemnya tidak terkoordinasi dengan baik. Aksesnya pun tidak merata. Ada yang mendapat limpahan air, tetapi tak sedikit pula yang harus sabar menunggu giliran atau bahkan tidak mendapat sama sekali. 

Aliran sungai kecil yang menjadi sumber mata air warga Kampung Wangun 2, Bogor (9/1). Sumber mata air ini dikelola secara mandiri tanpa perencanaan matang dengan menggunakan pipa-pipa plastik, sehingga distribusi air tidak merata ke seluruh warga. Foto: HFHI/Kevin Herbian

“Di sini untuk air itu sangat susah, Mas, apalagi ditambah musim kemarau,” cerita Muliati, mengenang masa-masa paling sulit yang harus dilalui. Ia lalu menambahkan, “Adanya air itu tidak merata. Jadi sebagian enggak dapat, yang sebagian lagi dapat tapi itu juga airnya sedikit banget.” 

Muliati tak akan pernah lupa bagaimana ia dan keluarganya pernah harus bertahan tanpa air selama empat hari. Dengan suara pelan, Muliati bercerita, “Ibu sekeluarga juga ngalamin enggak ada air selama empat hari. Terpaksa ibu harus ngeluarin uang untuk beli dua air galon, lima ribu per galonnya. Uang sepuluh ribu ini seharusnya bisa dipakai untuk beli beras, tapi karena enggak ada air jadi uang beli berasnya terpaksa dipotong.” 

Bagi keluarga seperti Muliati, situasi itu sangat memukul ekonomi rumah tangga. Air menjadi kebutuhan mahal. Ironisnya, sulit dijangkau meski tinggal dekat dengan alam. Mereka harus berhemat, menampung air jika tersedia, dan tetap memenuhi kebutuhan hidup dari minum hingga memasak dan mencuci. 

Tim Habitat for Humanity Indonesia melakukan pendataan dan mendengarkan aspirasi warga Kampung Wangun 2, Bogor, terkait keterbatasan akses air bersih (17/4). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Foto: Meningkatkan Kesehatan Komunitas melalui Pelatihan PHBS

Solusi Kolektif untuk Air Bersih 

Namun pada awal tahun 2025, angin perubahan mulai berembus ke Kampung Wangun 2. Habitat for Humanity Indonesia berkolaborasi dengan PT Bumi Resources Tbk berupaya menghadirkan program penyediaan akses air bersih.  

Ini bukan sekadar bantuan satu arah. Ratusan warga dilibatkan secara aktif, mulai dari tahap survei, pendataan kebutuhan, hingga proses pembangunan infrastruktur air bersih. 

Gotong royong menjadi semangat utama dalam program ini. Warga bersama-sama membangun empat bak utama yaitu bak intake, bak pengolahan, bak pemecah tekan, dan bak reservoir. Mereka juga menyambungkan jaringan pipa HDPE (High-Density Polyethylene) berukuran dua inci, satu inci, dan setengah inci sepanjang lebih dari delapan kilometer dari mata air hingga ke setiap rumah yang tersebar di empat RT. 

Gotong royong warga Kampung Wangun 2, Bogor, menyambungkan pipa HDPE dalam upaya penyediaan akses air bersih (2/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Kini, air bersih telah mengalir ke lebih dari 200 sambungan rumah dan 8 fasilitas umum seperti empat mushola, dua majelis, satu masjid, dan satu sekolah yang digunakan oleh ratusan siswa setiap hari. Setiap tetes air yang keluar dari meteran berwarna kuning menjadi bukti nyata kerja keras dan kebersamaan warga. 

Bagi PT Bumi Resources Tbk, keberhasilan ini bukan hanya soal angka atau jumlah sambungan yang tercapai. Lebih dari itu, ini adalah bentuk nyata dari komitmen perusahaan dalam mendukung kehidupan yang lebih layak dan berkelanjutan bagi masyarakat.  

“Kami percaya bahwa akses terhadap air bersih adalah hak dasar setiap manusia. Melalui kerja sama ini, kami ingin memastikan bahwa kontribusi perusahaan bisa memberi dampak langsung bagi kehidupan masyarakat, terutama di desa-desa yang sebelumnya menghadapi kesulitan akses air,” ujar Tofan Wibisono, Senior Manager Sustainability and CSR PT Bumi Resources Tbk saat memberikan sambutan acara penutupan Program Penyediaan Akses Air Bersih di Kampung Wangun 2, Bogor pada Kamis (17/7/2025). 

Ia menambahkan, kolaborasi semacam ini bukan hanya tentang memberikan bantuan, tetapi tentang membangun kepercayaan dan kemandirian. “Kami sangat mengapresiasi semangat gotong royong yang ditunjukkan warga Kampung Wangun 2. Ini menunjukkan bahwa ketika komunitas dilibatkan sejak awal, hasilnya bisa jauh lebih berkelanjutan dan berdaya,” lanjutnya. 

Simbolis penyerahan fasilitas akses air bersih oleh PT Bumi Resources Tbk kepada Komite Air Sejahtera Bersama di Kampung Wangun 2, Bogor (17/7). Foto: HFHI/Edwyn Tarore

Baca juga: Berakhirnya Kelangkaan Air Bersih: Kampung Cicadas Sambut Hidup Baru

Pemberdayaan dan Kemandirian Warga 

Project Coordinator Habitat Indonesia, Haifa Nadira, menekankan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik. Ia mengatakan, “Sebagian besar infrastruktur dibangun sendiri oleh warga. Kami ingin memastikan bahwa mereka tak hanya menjadi penerima manfaat, tapi juga pengelola utama keberlanjutan sistem air ini.” 

Untuk mendukung keberlanjutan itu, dibentuklah Komite Air Sejahtera Bersama yang terdiri dari tiga belas warga terpilih. Mereka bekerja tanpa bayaran, menjaga sistem, mengelola tarif, dan memastikan distribusi air berjalan lancar setiap hari. Bagi komite, tanggung jawab ini bukan sekadar tugas teknis, tetapi juga bentuk komitmen terhadap masa depan desa. 

Eman, ketua komite, menuturkan, “Kami sadar, punya fasilitas bukan berarti selesai. Yang penting justru bagaimana kami menjaganya. Kami rutin mengecek pipa, memastikan tidak ada kebocoran, dan mengingatkan warga untuk menggunakan air dengan bijak. Harapan kami, fasilitas ini bisa tetap berfungsi puluhan tahun ke depan, asalkan dirawat bersama-sama.” 

Tim Komite Air Sejahtera Bersama melakukan pengecekan rutin fasilitas akses air bersih yang telah dibangun Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Kampung Wangun 2, Bogor (9/7). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Tak berhenti di sana, program ini juga menyentuh aspek edukasi dan perubahan perilaku. Habitat Indonesia mengadakan pelatihan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi dua ratus keluarga penerima manfaat. Dalam pelatihan ini, warga diajak bermain ular tangga bertema sanitasi, belajar enam langkah mencuci tangan, dan mengikuti kuis interaktif tentang mitos dan fakta kebersihan. Edukasi ini dirancang menyenangkan agar mudah diterima dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Tami, salah satu warga yang mengikuti pelatihan, merasakan sendiri manfaatnya. “Saya sekarang lebih paham tentang kebersihan keluarga. Ternyata hal-hal kecil yang selama ini saya anggap sepele berdampak besar. Misalnya, cara mencuci tangan yang benar atau cara menyimpan air minum yang higienis. Saya akan lebih berhati-hati menjaga kebersihan di rumah agar anak-anak tidak mudah sakit,” ujarnya. 

Program ini juga mengajarkan warga tentang konservasi lingkungan. Sebanyak 70 pohon ditanam di sekitar mata air, bak penampung, dan kawasan pemukiman. Langkah ini menjadi bentuk tanggung jawab ekologis untuk menjaga keberlangsungan mata air dan mencegah risiko erosi serta kekeringan di masa depan.  

Tak ketinggalan, Habitat Indonesia juga menerjunkan tim enumerator ke lapangan untuk melakukan survei sosial dan teknis secara langsung. Mereka memastikan bahwa semua intervensi yang dilakukan benar-benar menjawab kebutuhan warga dan mampu memberikan dampak yang berkelanjutan. 

Antusiasme warga Kampung Wangun 2, Bogor, saat mengikuti pelatihan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (2/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Habitat for Humanity Indonesia Bangun Akses Air Bersih di Gunung Kidul 

Apa yang terjadi di Kampung Wangun 2 merupakan kelanjutan dari keberhasilan program sebelumnya di Kampung Wangun Cileungsi. Sebanyak 152 rumah dan 7 fasilitas umum telah lebih dulu menerima akses air bersih.  

Kepala Desa Karang Tengah, Suhandi Widipranata, turut menyampaikan rasa terima kasihnya atas keberlanjutan program yang telah membawa perubahan nyata di desanya. “Ini sudah yang kedua kalinya Habitat dan Bumi Resources hadir menjawab persoalan air bersih di wilayah kami. Saya sangat bersyukur karena kehadiran program ini benar-benar berdampak besar bagi warga. Harapan saya, fasilitas yang sudah dibangun ini bisa terus dijaga bersama agar manfaatnya bisa dirasakan hingga generasi cucu-cucu kami nanti,” ujarnya penuh harap. 

Masa Depan Dimulai 

Bagi Muliati, perubahan yang terjadi hari ini sangatlah nyata. Ia menceritakan dengan antusias, “Yakan enak tuh kalau udah ada air seperti ini. Ibu pakai buat nyuci, buat mandi, buat direbus juga airnya bagus. Layak dikonsumsi, soalnya kata Pak RT airnya udah diuji lab.” tuturnya. “Sekarang ibu udah enggak perlu ngeluarin uang lagi. Ibu bisa pakai untuk keperluan lain, bahkan sedikit menabung.” 

Matanya menerawang jauh. Muliati membayangkan masa depan yang lebih ringan, di mana anak-anak dan cucunya tak lagi harus bersusah payah hanya untuk mendapatkan air bersih. “Ibu yakin air ini berkah. Untuk anak-anak Ibu nanti juga.” 

Apa yang dilakukan oleh Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Desa Karang Tengah bukan sekadar pembangunan infrastruktur. Ini adalah investasi jangka panjang bagi kehidupan. Setiap tetes air yang kini mengalir dari kran bukan hanya menjawab kebutuhan fisik, tetapi juga menyuburkan harapan, menyehatkan generasi, dan menumbuhkan semangat gotong royong sebagai fondasi sosial yang kokoh. 

Dari kaki perbukitan Kampung Wangun 2, kita belajar satu hal yang sederhana tapi mendalam. Bahwa perubahan besar bisa dimulai dari sesuatu yang paling mendasar yaitu air bersih. Dan dari air yang jernih itu, mengalir pula masa depan yang lebih sehat, lebih adil, dan lebih manusiawi. 

(kh/av)

HFHI – Job Fair – Header
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia Gelar Job Fair Konstruksi di Kabupaten Tangerang, Buka Peluang Kerja bagi Warga Lokal

Tangerang, 19 Juli 2025 – Setelah sukses digelar di Bale Kota Mall Tangerang pada 12 Juli 2025, Habitat for Humanity Indonesia kembali menyelenggarakan Job Fair Bidang Konstruksi pada Sabtu, 19 Juli 2025, kali ini bertempat di Aula Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tangerang.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program strategis yang didukung oleh Habitat for Humanity Germany dan Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ), dalam rangka memperluas akses ketenagakerjaan di sektor konstruksi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Belasan perusahaan konstruksi nasional dan lokal turut berpartisipasi, di antaranya PT Reka Mulia Konstruksi (Rekon), Pulau Intan, sejasa.com, CK Helmer, dan masih banyak lagi. Acara ini terbuka bagi pencari kerja di sektor konstruksi, terutama profesi tukang bangunan, serta mencakup posisi lain seperti teknisi listrik, drafter, site engineer, welder, tenaga administratif, dan HSE.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja konstruksi yang telah dilaksanakan Habitat for Humanity Indonesia sepanjang 2023–2024. Sebanyak 581 peserta telah berhasil mendapatkan sertifikasi keterampilan nasional dan siap memasuki dunia kerja.

Baca juga: Mengukir Jalan Sukses Tukang Bangunan dan Kesempatan Bersaing di Dunia Kerja

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang, Rudi Lesmana, turut hadir dalam acara ini dan menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif Habitat. “Terima kasih kepada Habitat, kami sangat mengapresiasi kolaborasi ini karena memberikan peluang nyata bagi masyarakat kami untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ini adalah langkah strategis dalam menekan angka pengangguran di Kabupaten Tangerang. Harapan kami, kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan menjadi solusi konkret dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja di daerah,” ujarnya.

Sementara itu, Rizal Zulkifli, BMZ Project Manager Strategic Alliance Habitat for Humanity Indonesia, menjelaskan bahwa job fair ini menjadi penghubung antara lulusan pelatihan dan kebutuhan industri. “Kami ingin memastikan bahwa para alumni pelatihan tidak hanya memiliki keterampilan, tetapi juga akses langsung ke peluang kerja. Harapan kami, sertifikat BNSP yang telah mereka peroleh dapat menjadi pintu masuk menuju pekerjaan yang lebih stabil, sehingga dapat memperkuat ekonomi keluarga mereka,” tuturnya.

Habitat for Humanity Indonesia percaya bahwa pembangunan yang inklusif dimulai dari pemberdayaan masyarakat. Melalui kolaborasi lintas sektor, Habitat terus menciptakan ruang bagi warga untuk tumbuh, bekerja, dan berkontribusi bagi masa depan yang lebih layak.

(ss/av)

HU – Arthawena
ID-EN Blog

Kini Tinggal di Rumah Layak Huni, Ratusan Keluarga di Gresik Siap Menata Masa Depan

Gresik, 5 Juli 2025 – Harapan untuk memiliki rumah yang aman dan layak kini bukan lagi impian bagi 100 keluarga di Kabupaten Gresik. Melalui kolaborasi antara Habitat for Humanity Indonesia dan PT Arthawenasakti Gemilang, sebanyak 100 unit rumah layak huni berhasil dibangun di dua wilayah, yakni Kecamatan Benjeng dan Wringinanom.

Capaian ini ditandai secara simbolis dalam acara penutupan program CSR tahun ketiga PT Arthawenasakti Gemilang, yang digelar di Kantor Desa Sooko, Kecamatan Wringinanom (5/7). Acara ini turut dihadiri oleh Arief Widyastono selaku Senior Kabag Produksi Plant A2 Malang PT Arthawenasakti Gemilang, Soetrisno selaku Kepala Desa Sooko, perwakilan dari Habitat for Humanity Indonesia, serta ratusan warga dan keluarga penerima manfaat.

Menurut data terbaru dari Dinas Cipta Karya, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Gresik (2023), tercatat ada 6.608 rumah tidak layak huni di wilayah Gresik. Sementara secara nasional, backlog kepemilikan rumah diperkirakan mencapai 15 juta unit pada tahun 2025, menurut pernyataan Wakil Menteri PKP , Fahri Hamzah, yang mengutip data BPS.

Melihat kondisi tersebut, Habitat Indonesia bersama PT Arthawenasakti Gemilang terus memperkuat sinergi dalam upaya mengatasi masalah perumahan tidak layak. Tahun ketiga program ini (2024–2025) membawa sejumlah intervensi penting, tidak hanya dari sisi pembangunan fisik tetapi juga aspek pelatihan dan penguatan masyarakat.

Berikut daftar program dan kegiatan intervensi yang telah dilaksanakan:

  1. Pembangunan 100 unit rumah layak huni baru di Kecamatan Benjeng dan Wringinanom.
  2. Pelatihan rumah sehat dan konstruksi dasar untuk 100 warga penerima manfaat.
  3. Pelatihan dan sertifikasi bagi 30 pekerja konstruksi lokal guna meningkatkan keterampilan dan peluang kerja.
  4. Pelatihan pengelolaan risiko bencana untuk membekali warga menghadapi potensi bencana alam.
  5. Lokakarya bersama Pemerintah Kabupaten Gresik untuk memperkuat koordinasi dan keberlanjutan program.
  6. Workshop pembelajaran bersama pemangku kepentingan sebagai wadah diskusi dampak dan strategi intervensi.
  7. Studi kasus dan pengukuran dampak program untuk evaluasi keberhasilan dan efektivitas.
  8. Studi kerentanan bencana di area sasaran guna merancang intervensi berbasis risiko.
  9. Kegiatan volunteering yang melibatkan 100 karyawan PT Arthawenasakti Gemilang yang turut serta membangun rumah bersama warga.

Intervensi ini dirancang agar pembangunan tidak hanya berfokus pada fisik rumah, tetapi juga mengarah pada kemandirian, stabilitas ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat.

Foto bersama keluarga penerima manfaat bantuan rumah layak huni dalam acara penutupan program CSR tahun ketiga PT Arthawenasakti Gemilang bersama Habitat for Humanity Indonesia di Desa Sooko, Wringinanom – Gresik (5/7). Foto: HFHI/Budi Ariyanto

Baca juga: Aksi Gotong Royong Relawan Arthawena Membangun Rumah Layak Huni

Kolaborasi antara PT Arthawenasakti Gemilang dan Habitat for Humanity Indonesia telah berlangsung sejak tahun 2017. Pada fase awal program yang berjalan dari tahun 2017 hingga 2020, kerja sama ini berhasil menghadirkan 90 unit rumah layak huni, menyediakan 30 fasilitas akses air bersih, serta pembangunan 225 unit toilet rumah tangga bagi masyarakat yang membutuhkan.

Komitmen tersebut kemudian berlanjut ke tahun kedua, yakni pada periode 2023 hingga 2024. Di tahap ini, kolaborasi kembali berhasil membangun 80 unit rumah tambahan dan menambah enam fasilitas akses air bersih di Desa Kesambenkulon dan Sooko, Kabupaten Gresik.

Total hingga tahun ketiga, perusahaan ini telah berkontribusi terhadap pembangunan 270 rumah layak dan 36 fasilitas air bersih, menjadikan kolaborasi ini sebagai salah satu praktik CSR berkelanjutan yang memberikan dampak nyata.

Arief Widyastono, perwakilan PT Arthawenasakti Gemilang, menyampaikan rasa syukurnya, “Kami hadir di sini sebagai bagian dari komitmen CSR perusahaan kami. Kami percaya, kebaikan sekecil apa pun jika dilakukan bersama-sama akan membawa dampak besar. Semoga keluarga yang menerima rumah ini dapat menjalani kehidupan yang lebih baik, dan kami berharap sinergi kami dengan Habitat Indonesia dapat terus berlanjut ke masa depan.”

Sementara itu, Soetrisno selaku Kepala Desa Sooko menyampaikan ungkapan tulus dari warganya. “Saya mewakili keluarga-keluarga di desa ini mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada PT Arthawenasakti Gemilang. Dukungan ini telah mengantarkan warga kami menuju kehidupan yang lebih layak.”

Tak kalah menyentuh, Sumarni, salah satu penerima manfaat, menceritakan bagaimana hidupnya berubah. “Ibu bersyukur sekali. Sekarang Ibu punya rumah yang bagus dan layak. Tak ada lagi cerita tentang bocor, becek, atau harus malu numpang ke rumah saudara kalau mau buang air karena enggak punya toilet. Rumah ini benar-benar mengangkat martabat keluarga Ibu.”

Program ini menjadi bukti nyata bahwa kerja sama antara sektor swasta dan lembaga sosial mampu memberikan solusi berkelanjutan bagi persoalan dasar masyarakat. Rumah bukan hanya soal bangunan, tapi tentang memulihkan harapan, membangun martabat, dan menciptakan masa depan yang lebih pasti untuk keluarga-keluarga Indonesia.

Melalui komitmen jangka panjang dan kerja kolaboratif, diharapkan lebih banyak keluarga Indonesia dapat menikmati hak dasar mereka yaitu, tinggal di rumah yang layak dan aman.

Lihat video berikut untuk mengetahui bagaimana program ini memberikan dampak nyata yang berkelanjutan.

Video: HFHI/Budi Ariyanto

(kh/av)