logotype
Donate
Thumbnail – TMK
ID-EN Blog

Tim Mackay 16th Golf Invitational Powered by Conwood: Harmoni Olahraga dan Aksi Sosial

Jakarta, 25 Juni 2025 – Turnamen Tim Mackay 16th Golf Invitational powered by Conwood telah sukses diselenggarakan pada Kamis, 19 Juni 2025 di Damai Indah Golf – BSD Course. Acara tahunan ini kembali menjadi ajang bergengsi yang mempertemukan para profesional industri properti dan konstruksi, sekaligus menjadi wadah nyata untuk berbagi kepada sesama.

Diselenggarakan oleh Propcon Golf Club dan didukung penuh oleh Conwood serta lebih dari 40 perusahaan sponsor, turnamen ini diikuti oleh 138 peserta yang seluruhnya merupakan undangan eksklusif dari mitra sponsor.

Dengan mengusung semangat “Giving Back to Humanity”, turnamen tahun ini bekerja sama dengan Habitat for Humanity Indonesia dan berhasil menggalang donasi sebesar Rp390.000.000,-. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung proyek pembangunan kembali dua sekolah dasar di wilayah Gresik dan Teluk Jambe, memberikan akses pendidikan yang lebih layak bagi anak-anak di daerah tersebut.

“Kami sangat bersyukur atas partisipasi dan dukungan dari seluruh sponsor serta peserta. Ini bukan sekadar turnamen golf, tapi langkah bersama untuk masa depan pendidikan anak-anak Indonesia,” ujar Bapak Desmond Kandiawan, Ketua Propcon Golf Club.

“Sebagai charity partner pada Tim Mackay 16th Golf Invitational, Habitat for Humanity Indonesia sangat mengapresiasi tiap dukungan yang diberikan oleh Propcon Golf Club untuk kedua sekolah yang akan kita bangun. Melalui olahraga golf, bersama kita bangun generasi Indonesia cemerlang,” tegas Abraham Tulung, Resource Development General Manager Habitat for Humanity Indonesia.

Turnamen berlangsung penuh semangat, kompetitif, dan bersahabat. Gelar Best Nett Overall berhasil diraih oleh Surya King, sementara Simon Renolds dinobatkan sebagai Best Gross Overall.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi momentum jejaring profesional, tetapi juga menegaskan komitmen komunitas industri untuk berkontribusi nyata terhadap pembangunan sosial melalui olahraga golf.

Tentang Propcon Golf Club

Propcon Golf Club merupakan komunitas golf yang terdiri dari profesional dan pelaku industri properti dan konstruksi di Indonesia yang berdiri sejak tahun 2008. Klub ini terdiri dari 80 anggota tetap, yang secara rutin mengadakan turnamen golf bulanan dan dua turnamen besar. Dibentuknya Propcon bertujuan untuk menjalin relasi diantara para anggotanya untuk memajukan industri properti dan konstruksi dan turut berkontribusi pada kegiatan sosial dengan semangat “Giving Back to Community“.

(ss/av)

Baca juga: Habitat Charity Golf Tournament 2024 Membuka Harapan Bagi Keluarga MBR Memiliki Rumah Layak

Thumbnail – MedcoEnergi
ID-EN Blog

Lanjutkan Kerja Sama, Habitat for Humanity Indonesia dan MedcoEnergi Bangun 15 Rumah Layak Huni di Tangerang

Tangerang, 21 Juni 2025 – Habitat for Humanity Indonesia kembali bekerja sama dengan MedcoEnergi dan Medco Foundation dalam upaya membangun komunitas tangguh melalui penyediaan hunian layak bagi keluarga berpenghasilan rendah. Kerja sama ini diwujudkan dalam pembangunan 15 rumah layak huni di Desa Sukamanah, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang.

Sebanyak ratusan relawan dari MedcoEnergi turut ambil bagian dalam kegiatan pembangunan rumah yang dilaksanakan untuk 10 keluarga penerima manfaat. Aksi gotong royong ini sekaligus menjadi bagian dari perayaan hari ulang tahun ke-45 MedcoEnergi bertajuk “We Repair Houses for Better Living!“.

Komitmen ini merupakan kelanjutan dari kerja sama strategis antara Habitat for Humanity Indonesia dan Medco sejak tahun 2023. Dalam dua tahun sebelumnya, program serupa berhasil membangun 39 rumah layak huni di Desa Marga Mulya, Kecamatan Mauk, di antaranya 10 unit di tahun pertama dan 29 unit di tahun kedua yang seluruhnya ditujukan bagi keluarga dengan kondisi kemiskinan ekstrem atau termasuk dalam golongan keluarga desil 2.

Komisaris Utama MedcoEnergi, Yani Panigoro, yang turut hadir dalam kegiatan relawan, menyampaikan bahwa nilai kepedulian telah menjadi bagian dari identitas perusahaan sejak awal berdiri. “Energi sesungguhnya bukan hanya dihasilkan, tetapi juga dibagikan. Ketika satu keluarga memiliki rumah yang layak, itu bukan hanya soal tempat tinggal, tetapi tentang memberi ruang bagi anak-anak di dalamnya untuk belajar, bagi orang tua untuk bekerja, dan bagi masa depan untuk tumbuh dengan penuh harapan,” ujarnya.

Baca juga: Jari Pegal, Hati Lega: Cerita Relawan Trisula Membangun Rumah Layak Huni

Pentingnya penyediaan rumah layak huni juga diperkuat oleh data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yang mencatat bahwa hingga tahun 2023 terdapat backlog kepemilikan rumah sebesar 12,71 juta unit. Selain itu, lebih dari 2,6 juta rumah tangga masih hidup dalam kondisi tidak layak huni.

Hal ini menjadi latar belakang kuat bagi keterlibatan sektor swasta dalam mendorong percepatan penyediaan hunian yang layak. Camat Rajeg, Oman Apriaman, menyampaikan apresiasi atas kontribusi MedcoEnergi di wilayahnya. Menurutnya, Desa Sukamanah termasuk dalam kategori kemiskinan ekstrem dan banyak warganya yang berasal dari golongan ekonomi paling bawah. “Alhamdulillah MedcoEnergi mau turun tangan di wilayah kami. Kami berharap program ini bisa berlanjut serta dapat menjangkau lebih banyak keluarga lainnya,” kata Oman.

Selain membangun rumah, kegiatan volunteering juga mencakup layanan pemeriksaan kesehatan gratis serta edukasi kesehatan masyarakat bagi warga sekitar. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari pendekatan holistik dalam membangun komunitas, bahwa ketangguhan tidak hanya ditentukan oleh fisik bangunan, tetapi juga oleh kesehatan dan daya tahan sosial masyarakatnya.

Melalui inisiatif ini, Habitat for Humanity Indonesia bersama MedcoEnergi dan Medco Foundation menunjukkan bahwa perubahan tidak lahir dari upaya tunggal. Perubahan lahir dari kerja bersama, dari semangat berbagi, dan dari kesadaran bahwa rumah yang layak adalah hak dasar yang membuka banyak kemungkinan untuk masa depan yang lebih baik.

(kh/av)

Thumbnail – Trisula
ID-EN Blog

Jari Pegal, Hati Lega: Cerita Relawan Trisula Membangun Rumah Layak Huni 

Sejumlah relawan Trisula Corporation mengikuti kegiatan volunteering membangun rumah layak huni bersama Habitat for Humanity Indonesia di Desa Karang Tengah, Bogor (14/6). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Pagi itu, matahari menyelinap perlahan di balik pepohonan Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Sinar hangatnya menari di antara butiran embun yang belum sempat menguap, menyapa wajah-wajah para relawan penuh semangat yang mulai berkumpul. Di antara mereka, berdiri Siti, karyawati Trisula Corporation, yang tidak duduk di depan komputer, melainkan menggenggam tang dan kawat besi.

Tangannya sibuk merakit besi untuk pondasi rumah. Ini adalah kali pertama Siti bergabung dalam aksi membangun rumah bersama Habitat for Humanity Indonesia. Wajahnya memerah karena matahari dan kerja fisik, tapi senyumnya tak hilang. “Wah, seru banget dan lumayan capek ini mas. Terasa kaku jari saya. Biasanya saya ngetik, sekarang jadi tukang. Tapi seru banget,” ujarnya sambil tertawa.

Tak jauh darinya, Lili, rekan kerjanya, juga merasakan hal yang sama. “Hari ini seru banget, bisa ikut terlibat langsung membangun rumah untuk keluarga di sini. Pengalaman ini bikin saya lebih banyak bersyukur,” katanya dengan mata berbinar.

Hari itu bukan sekadar kerja lapangan. Lebih dari itu, hari itu adalah hari gotong-royong, hari di mana perusahaan, masyarakat, dan relawan bergandeng tangan untuk mewujudkan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Melalui kerja sama antara Habitat for Humanity Indonesia dan Trisula Corporation, tujuh keluarga berpenghasilan rendah di Desa Karang Tengah akan memiliki rumah yang lebih layak, aman, dan bermartabat.

Prosesnya dimulai pada 14 Juni 2025, saat lebih dari 80 karyawan Trisula membangun pondasi rumah. Seminggu kemudian, pada 21 Juni, lebih dari 60 karyawan lainnya kembali turun tangan untuk memasang dinding-dinding rumah. Dari tiang ke tiang, bata ke bata, mereka membangun bukan hanya struktur fisik, tapi juga semangat dan harapan.

Baca juga: Dukung Program Tiga Juta Rumah untuk Indonesia: Habitat for Humanity Indonesia Prioritaskan Golongan Ekonomi Paling Rendah dan Menengah-Bawah

Julifer, Direktur PT Mido Indonesia (anak perusahaan Trisula), hadir langsung di lokasi dan menyampaikan, “Melalui kegiatan ini, kami ingin menunjukkan kontribusi nyata dalam membantu sesama. Kami berharap rumah yang dibangun ini dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman, sekaligus membuka peluang lebih besar bagi keluarga penerima untuk mencari nafkah dan membangun masa depan yang lebih baik.”

Mengusung semangat “Let’s Create a Better Life for All”, kolaborasi ini bukan hanya sekadar CSR perusahaan. Kegiatan ini menjadi ruang pertemuan antara dunia kerja dan realitas masyarakat. Yang menarik, para penerima manfaat pun tidak hanya menunggu rumah mereka selesai dibangun. Mereka ikut bekerja, ikut menyatu dalam ritme pembangunan, ikut menyumbang tenaga dan semangat.

Sepanjang hari itu, suara palu bersahut-sahutan dengan canda dan tawa. Relawan dan warga saling berbagi cerita, berbagi makanan, bahkan berbagi peluh. Mereka membentuk barisan, mengangkat batu bata, mencampur semen, semua dilakukan dengan hati yang sama yaitu, hati yang peduli.

Kegiatan seperti ini bukan hanya meninggalkan rumah layak huni untuk keluarga di Desa Karang Tengah, tapi juga kenangan yang mendalam bagi karyawan Trisula Corporation. Bagi para karyawan, pengalaman ini membuka mata dan hati mereka terhadap kenyataan yang sering luput dari pandangan sehari-hari. Bagi keluarga penerima, ini adalah awal dari kehidupan yang baru yakni, lebih aman, lebih bermartabat nan penuh harapan.

Habitat for Humanity Indonesia menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh relawan Trisula. Bagi kami, setiap dinding yang dibangun adalah simbol kepedulian. Setiap pondasi yang diletakkan adalah langkah kecil menuju masa depan yang lebih pasti. Karena rumah bukan sekadar tempat tinggal, melainkan rumah adalah tempat harapan bermula, dan kehidupan yang bermakna tumbuh dari sana.

(kh/av)

Header 3 Juta Rumah
ID-EN Blog

Dukung Program Tiga Juta Rumah untuk Indonesia: Habitat for Humanity Indonesia Prioritaskan Golongan Ekonomi Paling Rendah dan Menengah-Bawah

Habitat for Humanity Indonesia menyambut baik dan mendukung penuh inisiatif pemerintah Republik Indonesia melalui program “Tiga Juta Rumah” untuk pengentasan kemiskinan rumah. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), angka backlog kepemilikan rumah di Indonesia mencapai 12,71 juta pada tahun 2023. Selain itu, sekitar 2,69 juta rumah tangga masih menempati rumah tidak layak huni. Kami percaya bahwa setiap keluarga di Indonesia berhak atas hunian yang layak, aman, dan sehat sebagai fondasi untuk kehidupan yang lebih baik.

Sejalan dengan semangat tersebut, Habitat for Humanity Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan tujuan mulia ini. Namun, kami meyakini bahwa dampak yang paling signifikan dapat dicapai dengan memfokuskan upaya kita pada kelompok masyarakat yang paling rentan dan seringkali terpinggirkan dari akses perumahan formal.

Oleh karena itu, Habitat for Humanity Indonesia secara khusus mengarahkan dukungan dalam program “Tiga Juta Rumah” untuk penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat pada kelompok ekonomi paling rendah (desil 1) dengan pendapatan per kapita di bawah Rp500.000,-/bulan dan menengah-bawah (desil 2), dengan pendapatan per kapita kurang dari Rp1.200.000,-/bulan. Kelompok ini, dengan pendapatan yang terbatas dan seringkali tidak tetap, menghadapi kendala besar dalam mengakses layanan perbankan dan skema pembiayaan perumahan konvensional karena tidak memenuhi persyaratan kelayakan kredit. Pendekatan yang inovatif dan kolaboratif diperlukan untuk menjangkau mereka yang paling membutuhkan, memastikan bahwa impian memiliki rumah yang layak bukanlah sesuatu yang mustahil.

Lebih lanjut, Habitat for Humanity Indonesia memberikan prioritas kepada perempuan kepala keluarga (women-led households) dan penyandang disabilitas. Kerentanan ganda yang seringkali dihadapi oleh kelompok ini dalam mendapatkan akses terhadap perumahan yang aman dan terjangkau. Oleh karena itu, program rumah layak huni kami dirancang secara inklusif, memprioritaskan dan mempertimbangkan kebutuhan spesifik mereka, dan memberdayakan mereka untuk memiliki hunian yang meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian. Fokus strategis ini didasari oleh keyakinan kami bahwa dengan memprioritaskan kelompok masyarakat yang paling rentan, kita tidak hanya memberikan tempat berlindung, tetapi juga membuka pintu dalam peningkatan kesehatan, pendidikan, dan stabilitas ekonomi keluarga. Ini adalah investasi jangka panjang dalam membangun masyarakat Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.

Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman (kanan), bersama Direktur Jenderal Perumahan Perdesaan Kementerian PKP, Dr. Drs. Imran, M.Si., MA.Cd. (kiri), menandatangani Perjanjian Kerja Sama dalam mendukung program nasional 3 Juta Rumah di Jakarta (28/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Habitat for Humanity Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Kementerian PKP Dukung Program 3 Juta Rumah

Sebagai langkah awal, Habitat for Humanity Indonesia telah berkolaborasi dan mendatangani Nota Kesepakatan (MOU) dengan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perdesaan, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Karawang, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunung Kidul untuk pembangunan permukiman layak huni.

Selanjutnya, untuk mewujudkan visi ini, Habitat for Humanity Indonesia mengajak korporasi, akademisi, dan mitra-mitra untuk berkolaborasi. Bersama kita dapat membangun komunitas yang tangguh, inklusif, dan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap keluarga untuk memiliki rumah yang layak huni – tempat di mana harapan bertumbuh dan masa depan dibangun. Bersama, kita dapat memberikan dampak yang nyata dan berkelanjutan, berkontribusi dalam program “Tiga Juta Rumah” pemerintah untuk menjangkau lapisan masyarakat yang paling rentan di Indonesia.

(av/hh)

Header BUMI
ID-EN Blog

Foto: Meningkatkan Kesehatan Komunitas melalui Pelatihan PHBS

Akses air bersih memang menjadi langkah awal dalam mewujudkan lingkungan yang sehat, namun untuk menciptakan perubahan berkelanjutan, edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tidak kalah pentingnya. Inilah yang dilakukan oleh Habitat for Humanity Indonesia bekerja sama dengan PT Bumi Resources Tbk di Kampung Wangun 2, Desa Karang Tengah, Babakan Madang (2/5). 

Sebanyak 208 warga kampung setempat mengikuti kegiatan Peningkatan Pengetahuan PHBS yang dirancang untuk memupuk kesadaran akan pentingnya kebersihan pribadi dan lingkungan. Melalui pendekatan yang menyenangkan dan interaktif, para peserta belajar dengan cara yang jauh dari membosankan. Aktivitas-aktivitas seperti praktik enam langkah mencuci tangan, kuis interaktif tentang mitos dan fakta seputar kebersihan, hingga permainan ular tangga bertema sanitasi, menjadikan pelatihan ini tidak hanya informatif, tetapi juga seru. 

Salah satu peserta, Tami, menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat. “Saya sekarang lebih paham tentang kebersihan keluarga. Ternyata hal-hal kecil yang selama ini saya anggap sepele, memiliki dampak besar. Saya akan lebih berhati-hati dalam menjaga kebersihan,” ungkap Tami. 

Pengalaman Tami mencerminkan kenyataan yang juga dialami oleh banyak keluarga di Babakan Madang. Selama ini, mereka kerap dihadapkan pada tantangan penyakit seperti diare dan demam berdarah (DBD), yang sebagian besar berakar dari kurangnya akses terhadap fasilitas sanitasi dan kebersihan. 

Sebagai bentuk respons terhadap kondisi tersebut, Habitat for Humanity Indonesia melalui dukungan PT Bumi Resources Tbk sebelumnya telah membantu 159 keluarga di Kampung Wangun dengan memberikan pelatihan PHBS serta menyediakan akses air bersih. Dukungan ini menjadi pondasi penting dalam mendorong perubahan perilaku hidup sehat secara kolektif di masyarakat. 

Melalui inisiatif ini, Habitat Indonesia berharap bahwa setiap langkah kecil yang dilakukan oleh individu akan memberikan dampak besar bagi kesehatan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan kebiasaan sehat yang tertanam di setiap rumah tangga, diharapkan dapat tercipta komunitas yang lebih kuat dan sehat di masa depan. 

Baca juga: Foto: Membangun Pemukiman yang Sehat dan Inklusif

Seorang warga sedang mengerjakan pre-test sebelum mengikuti rangkaian kegiatan Peningkatan Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diinisiasi oleh Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk di Desa Karang Tengah, Bogor (2/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian
Sebanyak 200 warga Kampung Wangun mengikuti sesi pelatihan PHBS yang disampaikan langsung oleh praktisi kesehatan, yaitu dr. Reza dan dr. Hana, dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang kebersihan dan kesehatan. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Peserta yang hadir adalah warga yang menerima dukungan akses air bersih dari Habitat for Humanity Indonesia dan PT Bumi Resources Tbk, yang turut serta dalam sesi pelatihan PHBS untuk meningkatkan kesehatan keluarga mereka. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Kegiatan pelatihan dikemas dengan cara yang interaktif, seperti pembagian kelompok di mana setiap kelompok warga berupaya untuk menyusun permainan tahapan mencuci tangan yang benar. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Upaya ini bertujuan agar setiap warga dapat dengan lebih mudah menerapkan praktik perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Antusiasme sejumlah warga terlihat jelas saat mereka menjawab kuis interaktif mitos vs fakta. Sesi ini merupakan bagian dari pelatihan untuk memastikan peserta dapat menyerap materi yang telah disampaikan dengan baik. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Tak hanya itu, ada pula permainan ular tangga sebagai puncak kegiatan pelatihan, yang dirancang untuk mengajak peserta lebih memahami dan mengingat materi dengan cara yang menyenangkan. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Ilustrasi yang dihadirkan dalam permainan ular tangga ini seputar pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yang membuat materi lebih mudah dipahami oleh peserta. Foto: HFHI/Kevin Herbian
Di akhir sesi kegiatan, perwakilan PT Bumi Resources Tbk, Andre Barin (kedua dari kanan), menyerahkan langsung hygiene kit kepada warga yang hadir sebagai bekal untuk menjaga kebersihan sehari-hari. Foto: HFHI/Kevin Herbian

(kh/av)

Thumbnail – Website Blog
ID-EN Blog

Bakti Ibu Juniati: Hadirkan Rumah Layak untuk Orang Tua 

Sejak kecil, Ibu Juniati (42) tumbuh bersama orang tuanya di rumah yang sederhana. Rumah yang sama yang kini menjadi tempat ia merawat orang tuanya di masa tua mereka. Meski penuh kenangan, rumah yang mereka huni sudah tidak lagi layak untuk ditinggali. Namun, tak pernah terbayang sebelumnya bahwa bantuan untuk memperbaiki kondisi rumah akan datang dari para dermawan dan relawan Habitat for Humanity Indonesia. 

Rumah yang ia tempati sejak lahir bersama orang tuanya kini tampak berbeda. Rumah yang dulunya hanya terbuat dari triplek dengan atap asbes dan kerangka baja ringan kini berdiri kokoh, memberikan rasa aman dan nyaman yang sebelumnya tidak pernah mereka rasakan.  

Sebelumnya, setiap kali hujan deras mengguyur, Ibu Juniati harus bersiap menadahi air yang merembes masuk ke dalam rumah, karena jika tidak, seluruh rumah akan terendam banjir. Begitu juga ketika angin kencang datang, seluruh keluarga terpaksa duduk cemas di depan rumah. 

“Enggak cuma hujan deras yang buat saya khawatir, Pak. Kalau ada angin kencang, kami sekeluarga duduk di depan rumah, takut rumahnya roboh. Abisnya udah bunyi kreot, kreoot … ” ungkap Juniati, mengenang masa-masa penuh ketegangan yang mereka alami. 

Keterbatasan ekonomi semakin menambah beban. Suaminya, Indra (42), seorang buruh bangunan, hanya memperoleh penghasilan kurang dari 130 ribu rupiah per hari. Dengan penghasilan tersebut, memperbaiki rumah yang sudah rusak bukanlah hal yang mungkin dilakukan. “Kalau punya duit mah pastinya pengen dibangun, tapi itu cuma kepengen doang. Ibu serba pas-pasan, terhimpit sama ekonomi,” ungkap Juniati. 

Juniati bersama orang tuanya berdiri di depan rumah miliknya yang telah dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia di Mauk – Kabupaten Tangerang (3/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: Memulai Kembali dari Sebuah Kunci Rumah Layak

Namun, suatu hari, secercah harapan datang. Tim Habitat for Humanity Indonesia mengunjungi kediaman mereka, menawarkan bantuan untuk membangun kembali rumah yang sudah lama mereka impikan. Ibu Juniati pun tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. “Ya Allah, beneran ini rumah mau dibangun? Beneran Habitat mau bangun rumah?” ujarnya dengan penuh keharuan. 

Proses pembangunan rumah pun dimulai, dan tak butuh waktu lama untuk merasakan perubahannya. Kini, rumah mereka menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk tinggal. Juniati mengaku, suaminya, Indra, kini lebih semangat bekerja. “Bapak sekarang semangat banget buat kerja. Ditambah kerja merantau berbulan-bulan pun, bapak ngaku enggak pernah khawatir lagi sama keadaan rumah, beda sama yang dulu, selalu telepon terus soal kondisi rumah,” kata Juniati dengan senyuman. 

Ada juga cerita lucu yang tak terlupakan. “Pertama ditempatin rumah ini, saya bangunnya kesiangan mulu, saking nyamannya rumah ini sampe telat bangun,” kenangnya dengan tawa. Kehidupan mereka kini jauh lebih tenang, dan rumah baru ini menjadi tempat penuh kebahagiaan bagi keluarga mereka. 

Tak hanya itu, seminggu setelah rumah selesai dibangun, Indra pun dengan penuh semangat membangun dapur untuk istrinya. Bagi mereka, rumah kini bukan sekadar tempat tinggal, tetapi tempat untuk membangun mimpi bersama. “Rumah itu istananya Ibu. Punya uang, punya kendaraan, kalau enggak punya rumah, kan kita mau tidur dimana? Jadi rumah itu harus dijaga,” kata Juniati dengan penuh rasa tanggung jawab. 

Kini, Ibu Juniati dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk berbakti kepada orang tuanya, memberikan kenyamanan di masa tua yang sudah dia impikan. Rumah baru ini menjadi hadiah terindah bagi keluarga mereka, sebuah tempat untuk berbagi kasih, merawat orang tua, dan menikmati hari-hari penuh kebahagiaan. 

Perubahan yang dirasakan oleh Ibu Juniati dan keluarganya adalah bukti nyata dari dampak besar yang bisa diwujudkan ketika kita semua saling mendukung. Habitat for Humanity Indonesia terus berkomitmen untuk memberikan hunian layak bagi jutaan keluarga di Indonesia. Mari kita dukung upaya ini dan menjadi bagian dari perubahan. Kunjungi habitatindonesia.org/donate

(kh/av)

Header PKP
ID-EN Blog

Habitat for Humanity Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Kementerian PKP Dukung Program 3 Juta Rumah

Jakarta, 28 Mei 2025 — Habitat for Humanity Indonesia resmi menjalin kerja sama strategis dengan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Republik Indonesia dalam rangka mendukung percepatan program nasional 3 Juta Rumah Layak Huni.

Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) oleh Dr. Drs. Imran, M.Si., MA.Cd., selaku Direktur Jenderal Perumahan Perdesaan Kementerian PKP, bersama Handoko Ngadiman, selaku Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia. Penandatanganan yang berlangsung di Jakarta ini turut disaksikan oleh Arwin Soelaksono, Program Director Habitat Indonesia, serta sejumlah pejabat dari lingkungan Kementerian PKP, menandai komitmen bersama dalam mengatasi permasalahan perumahan di Indonesia, khususnya di daerah perdesaan.

Kerja sama ini menjadi langkah konkret dalam memperkuat kolaborasi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, dengan fokus utama pada percepatan penyediaan akses rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Melalui sinergi antara pemerintah dan sektor lembaga swadaya seperti Habitat for Humanity Indonesia, diharapkan hambatan-hambatan struktural dan pembiayaan dalam penyediaan hunian dapat diatasi dengan pendekatan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

“Penandatanganan PKS ini menjadi tonggak penting dalam upaya bersama menyediakan rumah baru maupun meningkatkan kualitas hunian yang ada. Kolaborasi ini merupakan solusi untuk mengatasi backlog perumahan yang masih terjadi. Kami sangat mengapresiasi dukungan dari Habitat for Humanity Indonesia dalam program 3 Juta Rumah ini,” ujar Imran. Ia juga menekankan pentingnya kemitraan lintas sektor untuk menjangkau masyarakat di wilayah-wilayah terpencil dan perdesaan yang selama ini masih memiliki keterbatasan akses terhadap hunian yang layak.

Baca juga: Mengatasi Backlog Perumahan: Sinergi Pemerintah, Komunitas, dan Lembaga Swadaya

Sementara itu, Handoko Ngadiman menyampaikan bahwa kerja sama ini akan menjadi dorongan signifikan bagi Habitat for Humanity Indonesia dalam memperluas dampak program-programnya. “Dukungan dari Kementerian PKP sangat berarti dan memberi dasar kuat bagi kami untuk menjalankan inisiatif yang selaras dengan program nasional. Kami menargetkan pembangunan 1.000 rumah layak huni hingga pertengahan tahun 2026, dengan fokus pada masyarakat yang tidak memiliki akses perbankan seperti yang ada di desil satu dan dua, perempuan kepala rumah tangga, dan penyandang disabilitas” jelasnya.

Lebih lanjut, Kementerian PKP bersama Habitat Indonesia juga merencanakan pelaksanaan proyek percontohan (pilot project) di masa mendatang. Proyek ini akan berfokus pada penyediaan rumah layak berbasis kawasan permukiman, yang tidak hanya menyediakan bangunan fisik, tetapi juga memperhatikan aspek infrastruktur lingkungan, sanitasi, kesehatan, dan ketahanan terhadap risiko bencana. Pendekatan berbasis kawasan ini diyakini dapat menciptakan dampak yang lebih luas, berkelanjutan, dan mendukung pengembangan komunitas yang tangguh.

Kerja sama ini juga diharapkan tidak hanya mempercepat pencapaian target nasional, tetapi juga mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap upaya Habitat for Humanity Indonesia dalam menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat Indonesia. Ke depan, sinergi seperti ini diharapkan membuka lebih banyak peluang dan menjangkau lebih banyak keluarga yang membutuhkan rumah yang layak, aman, dan sehat.

(kh/av)

Header Tinah
ID-EN Blog

Memulai Kembali dari Sebuah Kunci Rumah Layak

Tinah menyiram tanaman yang berada di depan rumah miliknya yang telah dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia di Mauk – Kabupaten Tangerang (3/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Siang itu, di sebuah desa di pesisir utara Tangerang, Tinah (45) terlihat sibuk menyirami tanaman yang menghiasi rumah biru miliknya. Wajahnya memancarkan senyum yang tak pernah terlihat sebelumnya, sebuah senyum yang penuh harapan dan kebahagiaan. Mimpi yang selama ini ia jaga dalam doa dan harapan, akhirnya terwujud. Sebuah rumah layak yang ia impikan untuk menikmati masa tuanya dan mengurus cucu kesayangannya, kini berdiri kokoh di hadapannya. 

Sebelum rumah baru ini hadir, kehidupan Tinah penuh dengan perjuangan. Rumah warisan orang tuanya yang hanya berdinding bambu dan atap yang berlubang terasa sangat terbatas dan penuh ketidakpastian. “Dulu, saya tidur di ruang tengah, Bapak di depan teras, di atas kursi bambu. Kalau hujan, air masuk dari atap yang bolong. Kami berusaha bertahan, tapi rasanya susah sekali,” kenang Tinah, matanya berkaca-kaca mengingat kembali masa-masa sulit itu. 

Tak hanya hujan yang mengancam, rumah itu juga penuh dengan rasa takut. Dinding keropos membuat rumah tak hanya bocor, tapi juga mudah dimasuki binatang. “Pernah suatu malam, Pak. Ada ular masuk ke dalam, anak saya yang lagi hamil ketakutan banget. Kami semua panik,” ucap Tinah, suaranya bergetar. Rasa takut itu tak berhenti sampai di situ. Rumah itu juga menjadi sasaran kejahatan, dengan lebih dari dua kali percobaan pencurian. “Lebih dari dua kali rumah ini mau dibobol maling, Pak. Saya ketakutan banget waktu itu, lagi enggak ada siapa-siapa di rumah,” tambahnya, matanya menerawang jauh, seolah merasakan kembali ketakutan yang mencekam itu. 

Bukan hal yang mudah bagi Tinah dan keluarga untuk memiliki rumah yang layak. Sarnadi (45), suami Tinah, seorang buruh nelayan kepiting dan rumput laut, hanya bisa membawa pulang Rp100.000,- per hari. Tinah pun bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan tambahan sebesar Rp50.000,- per hari. Dengan penghasilan terbatas itu, mereka hanya bisa mencukupi kebutuhan makan, dan masih harus menambal dinding rumah yang rusak.  “Boro-boro mau bangun rumah baru, Pak. Ini buat makan aja sudah sulit. Sisa uang hanya cukup untuk menambal dinding yang bolong,” ujar Tinah dengan ekspresi lelah namun tegar.  

Tinah bersama keluarganya berfoto di halaman rumah miliknya yang telah dibangun Habitat for Humanity Indonesia di Mauk – Kabupaten Tangerang (3/5). Foto: HFHI/Kevin Herbian

Baca juga: CEO Build 2025: Kolaborasi 58 CEO Bangun Rumah Layak Huni untuk Keluarga Berpenghasilan Rendah di Bogor

Semua itu berubah ketika Habitat for Humanity Indonesia bersama IES Jakarta hadir untuk membantu, membangun rumah baru yang layak huni bagi Tinah dan 49 keluarga lainnya di Desa Marga Mulya, Mauk, Tangerang. “Ibu banyak-banyak terima kasih sama Habitat dan IES yang sudah bangunin rumah bagus seperti ini,” ujar Tinah penuh rasa syukur. 

Kini, Tinah merasa hidupnya berubah. “Ibu punya semangat baru. Pikiran jadi lebih tenang, enggak khawatir lagi soal kebocoran dan binatang masuk. Sekarang, tinggal mikirin buat makan aja sama momong cucu,” katanya dengan senyum yang merekah. Rumah ini memberi lebih dari sekadar tempat berteduh, memberi rasa aman, ketenangan, dan harapan baru bagi Tinah dan keluarganya. 

Sanardi kini bisa bekerja dengan lebih giat tanpa harus khawatir dengan kondisi rumah, mulai menyisihkan sedikit demi sedikit untuk tabungan masa depan. “Kami punya mimpi, nanti uang ini terkumpul untuk bangun dapur di belakang rumah dan teras permanen di depan rumah,” ujar Tinah dengan penuh harapan. 

Bagi Tinah, rumah ini lebih dari sekadar tempat tinggal. Ini adalah simbol kebebasan, tempat di mana keluarga bisa tumbuh dengan rasa aman dan nyaman. Rumah ini menjadi dasar bagi masa depan yang lebih baik, di mana harapan dan impian bisa terwujud. 

Hadirnya rumah layak huni bukan hanya memberi kenyamanan fisik, tetapi juga stabilitas dan kemandirian. Ini adalah perubahan besar yang memberikan dampak jangka panjang bagi keluarga-keluarga yang terbantu, memberikan mereka kesempatan untuk hidup lebih baik. 

Habitat for Humanity Indonesia mengundang #SahabatHabitat untuk bergabung dalam perjalanan ini. Bantu kami mewujudkan lebih banyak rumah layak huni untuk jutaan keluarga di seluruh Indonesia. Kunjungi segera:  www.habitatindonesia.org/donate

(kh/av)

Header CEO Build
ID-EN Blog

CEO Build 2025: Kolaborasi 58 CEO Bangun Rumah Layak Huni untuk Keluarga Berpenghasilan Rendah di Bogor

Bogor, 31 Mei 2025 – Habitat for Humanity Indonesia kembali menggelar kegiatan amal dan sukarela tahunan CEO Build dengan mengusung tema “Board Room Leaders, Community Builders”. Tahun ini, kegiatan dipimpin oleh Edwin Soeryadjaya dan melibatkan 58 Chief Executive Officer (CEO) dan pimpinan dari berbagai perusahaan dan institusi pendidikan terkemuka di Indonesia. Bersama, mereka membangun lima rumah dari 38 rumah layak huni yang terkumpul dari penggalangan dana oleh perusahaan dan individu yang terlibat untuk keluarga berpenghasilan rendah di Desa Kadumanggu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Habitat Indonesia dalam mengatasi backlog rumah nasional yang saat ini mencapai 9,9 juta unit. Di Desa Kadumanggu, Kecamatan Babakan Madang sendiri, masih terdapat setidaknya 82 keluarga yang tinggal di rumah tidak layak huni. Sejak memulai program di Desa Kadumanggu, Habitat Indonesia telah membangun 1.061 rumah melalui pembangunan baru maupun peningkatan kualitas hunian. Inisiatif ini sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 11, yakni menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Sebagian besar penerima manfaat yang mendapat dukungan pembangunan rumah layak huni merupakan wanita kepala rumah tangga, penyandang disabilitas, buruh harian lepas yang menghadapi keterbatasan ekonomi sehingga kesulitan memperbaiki tempat tinggal mereka.  CEO Build hadir sebagai wadah partisipasi aktif para pemimpin korporasi untuk memberikan dampak nyata bagi masyarakat. 

Baca juga: Mengatasi Backlog Perumahan: Sinergi Pemerintah, Komunitas, dan Lembaga Swadaya

Sejak pertama kali diselenggarakan pada 2015, program ini telah membangun 82 rumah layak huni, yaitu 4 unit di Kabupaten Bogor pada 2015, 11 unit di Kabupaten Gresik pada 2019, 29 unit di Kabupaten Banyuwangi pada 2022, dan pada 2025 ini sebanyak 38 unit rumah layak huni di Kabupaten Bogor. 

Antusiasme peserta tahun ini turut memperkuat semangat kolaborasi lintas sektor. Gita Tiffani Boer, Direktur PT Astra International Tbk menyampaikan, “Saya sangat antusias dapat terlibat langsung dalam kegiatan ini bersama tim ASTRA. Ini bukan hanya tentang membangun rumah, tetapi juga tentang menghadirkan harapan baru bagi keluarga penerima manfaat.” Sementara itu, Sandiaga Uno, Co-Founder PT Saratoga Investama Sedaya Tbk menambahkan, “Setelah lima tahun, saya senang bisa kembali berpartisipasi. Saya percaya, membangun rumah layak huni adalah bagian dari tanggung jawab kolektif kita sebagai warga negara untuk meningkatkan kesejahteraan saudara-saudara kita.” 

Edwin Soeryadjaya, sebagai pemimpin CEO Build 2025 dan Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk ikut ambil bagian. “Saya senang melihat semangat dan komitmen para CEO dalam mendukung visi Habitat Indonesia. Kita hidup berdampingan di dunia ini, dan sudah seharusnya saling membantu,” ungkapnya. Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman, menegaskan pentingnya sinergi multipihak dalam mengatasi kesenjangan perumahan di Indonesia. “Target 3 juta rumah layak huni tidak bisa dicapai oleh pemerintah saja. Dibutuhkan kolaborasi antara masyarakat, sektor swasta, dan lembaga non-profit. Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik bagi keluarga-keluarga di Indonesia.” 

Habitat for Humanity Indonesia menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh CEO, donatur, dan sponsor atas dukungan yang telah diberikan. Program CEO Build menjadi bukti nyata bahwa kepemimpinan dapat melampaui ruang rapat dan memberikan dampak positif langsung bagi kehidupan masyarakat. Ke depan, Habitat Indonesia akan terus membuka peluang kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk terus memperluas jangkauan program dan mendorong terciptanya hunian yang layak, aman, dan bermartabat bagi jutaan keluarga di Indonesia.  

(kh/av)

Header Pemkab Gresik
ID-EN Blog

Mengatasi Backlog Perumahan: Sinergi Pemerintah, Komunitas, dan Lembaga Swadaya

Gresik, 21 Mei 2025 – Pemerintah daerah perlu menemukan cara-cara inovatif untuk memaksimalkan pemanfaatan anggaran daerah guna mendukung keluarga berpenghasilan rendah dalam memiliki atau merenovasi rumah mereka. Pemerintah daerah dituntut untuk lebih kreatif dalam mengalokasikan dana guna mengatasi backlog perumahan dan kondisi rumah yang tidak layak huni. Inisiatif ini dibutuhkan untuk membantu keluarga berpenghasilan rendah dalam pembiayaan pembangunan maupun renovasi rumah. 

Menentukan besaran dukungan pembiayaan perumahan memang menjadi dilema. Jika jumlahnya terlalu kecil, dana tersebut tidak akan cukup untuk merenovasi atau membangun rumah, dan justru akan dialihkan untuk kebutuhan konsumsi harian. Namun jika jumlahnya terlalu besar, yang menjadi pertanyaan kemudian, rumah seperti apa yang akan dibangun? Siapa pun pasti tergoda untuk membangun rumah yang besar, namun akhirnya menyadari bahwa dananya tidak mencukupi. Sementara itu, dukungan dari pemerintah juga terbatas karena banyaknya keluarga berpenghasilan rendah yang membutuhkan bantuan. Lalu apa solusinya? Kita perlu mempertimbangkan keterbatasan anggaran, namun tetap mendukung sebanyak mungkin keluarga agar memiliki rumah yang layak huni. 

Hal-hal tersebut dibahas dalam lokakarya di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Wakil Bupati Gresik menyampaikan bahwa terdapat lebih dari 6.900 unit rumah tidak layak huni di wilayah tersebut. Pemanfaatan dana desa juga menjadi salah satu topik dalam lokakarya advokasi penyediaan rumah layak melalui anggaran pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu menemukan cara-cara inovatif untuk menambah porsi pembiayaan dari anggaran desa yang terbatas. Seperti yang disampaikan dalam lokakarya, perlu adanya kebijakan berupa pedoman teknis sebagai acuan pelaksanaan yang hati-hati dan tepat sasaran. 

Kegiatan lokakarya advokasi penggunaan APBDes untuk penyediaan rumah layak huni dan akses layanan dasar bagi warga di Gresik, Jawa Timur (21/5). Foto: Dok. Istimewa

Baca juga: 28 Tahun Habitat for Humanity Indonesia: Membangun Rumah, Membangun Masa Depan

Mendukung inisiatif ini, Habitat for Humanity Indonesia berbagi pengalaman dalam merumuskan Keputusan Bupati tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Layak Huni di Kabupaten Tangerang. Kebijakan ini terbukti efektif, karena Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Tangerang telah membangun lebih dari 3.100 unit rumah layak untuk keluarga berpenghasilan rendah. 

Selain itu, dengan dukungan dermawan dari PT Arthawenasakti Gemilang, Habitat Indonesia juga telah mendampingi keluarga-keluarga di Kecamatan Wringinanom melalui pendekatan Community-Based Disaster Risk Management (CBDRM). Pendekatan pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat ini melibatkan komunitas untuk secara aktif mengidentifikasi, menganalisis, menangani, memantau, dan mengevaluasi risiko bencana guna mengurangi kerentanan mereka serta meningkatkan kapasitas untuk mencegah dan menghadapi dampak bencana. 

Dengan pemahaman akan risiko, masyarakat secara proaktif menambahkan fitur-fitur mitigasi seperti meninggikan lantai rumah karena banjir tahunan. Melalui pendekatan ini pula, keluarga turut berkontribusi dalam biaya pembangunan rumah, seperti membayar sebagian upah tukang dan menyediakan makanan ringan harian, serta menambahkan elemen khas seperti teras rumah dan upacara adat sebagai praktik umum di desa mereka. Pendekatan ini mendorong rasa tanggung jawab dan kepemilikan, karena keluarga ikut terlibat langsung dalam prosesnya, sehingga rumah yang dibangun pun akan dirawat dengan baik. 

Kombinasi antara advokasi dan bukti nyata rumah-rumah yang kokoh akan memberikan pesan kuat mengenai keberhasilan kolaborasi antara pemerintah daerah, pemilik rumah, dan Habitat for Humanity Indonesia, dengan dukungan para donatur yang dermawan. Keberhasilan ini akan mendorong replikasi di berbagai daerah, dan pendekatan serupa dapat diadopsi secara nasional. 

Penulis: Arwin Soelaksono/Program Director Habitat for Humanity Indonesia 

(as/kh)