Matahari pagi di Desa Mauk Barat, Kecamatan Mauk, Tangerang, terasa lebih hangat. Pasalnya, sebanyak 30 relawan dengan penuh semangat memulai tugas mulia mereka. Dengan sekop di tangan dan hati yang penuh dedikasi, mereka bekerja sama membangun pondasi serta memasang dinding untuk tiga unit rumah layak huni (14/12). Namun, lebih dari sekadar kegiatan sukarelawan, kegiatan ini memiliki makna mendalam, sebuah penghormatan kepada mendiang Raden Andreas Hapsoro.
Kegiatan bertajuk “Hapsoro Tribute Build” ini bukan hanya membangun rumah, melainkan wujud nyata dari semangat seorang sosok besar yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kemanusiaan. Selama 19 tahun, Hapsoro menjadi bagian penting dari Habitat for Humanity Indonesia, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam upaya menciptakan hunian layak bagi masyarakat yang membutuhkan.
Perjalanan hidup Hapsoro penuh dengan warna. Ia memulai karir sebagai kontraktor lepas dan sempat menjajal dunia manufaktur sebelum bergabung dengan Habitat for Humanity Indonesia pada tahun 2000 hingga 2005. Setelah itu, ia bergabung dengan Habitat Indonesia dan menjabat sebagai manajer konstruksi, menangani proyek pembangunan rumah bagi penyintas Tsunami Aceh 2004. Dari sinilah, panggilan hatinya sebagai pekerja kemanusiaan semakin kuat. Selama satu dekade, ia memegang berbagai peran strategis, hingga akhirnya menjabat sebagai Disaster Response and Regional Manager.
Perjalanan karir Hapsoro berlanjut ketika beliau diberi mandat untuk mengemban tugas sebagai Disaster Response Specialist di Habitat for Humanity International di Makati, Filipina, dari tahun 2015 hingga 2020. Namun, hati Hapsoro selalu terpaut pada Indonesia. Sejak bulan Juli 2020, ia kembali ke tanah air untuk menjabat sebagai Direktur Aliansi Strategis di Habitat for Humanity Indonesia. Di sini, ia membagi waktunya untuk mengabdi sebagai Disaster Risk Reduction and Response Senior Specialist di Habitat for Humanity International.
Sepanjang karirnya, beliau terlibat dalam penanganan pasca bencana besar, mulai dari tsunami Aceh 2004, gempa Sumatera Barat 2009, tsunami Mentawai 2010, banjir Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2012 dan 2013, taifun Yolanda Filipina 2013, gempa Bohol Filipina 2023, gempa Nepal 2015, siklon tropis Winston 2016, dan bencana banjir bandang di Bangladesh pada tahun 2019 dan 2020.
Baca juga: Aksi Relawan Korea Bangun Rumah Layak Huni di Tangerang
Keteladanan Hapsoro tak hanya terlihat dari aksinya di lapangan, tetapi juga melalui dedikasinya dalam bidang akademik. Pada Juli 2024, ia berhasil menyelesaikan studi pascasarjana di Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia, dengan tesis berjudul “Model Hunian Pasca Bencana Berbasis Ketahanan Keluarga.” Karya ini menjadi warisan pemikiran yang berharga, mencerminkan komitmennya untuk menciptakan solusi hunian pasca bencana yang berkelanjutan.
Sayangnya, dunia kehilangan sosok inspiratif ini pada 9 Juli 2024. Namun, semangatnya tak pernah padam. Melalui “Hapsoro Tribute Build”, kerabat, kolega, dan relawan Habitat for Humanity meneruskan perjuangannya. Pembangunan tiga unit rumah layak huni di Desa Mauk Barat adalah bagian dari target 10 unit rumah yang direncanakan.
Kini, warisan Hapsoro tidak hanya tercermin dalam bangunan yang kokoh, tetapi juga dalam semangat kemanusiaan yang beliau wariskan kepada setiap orang yang pernah bekerja dengannya. Semoga semangat beliau terus menyala, menginspirasi lebih banyak orang untuk melangkah dalam kebaikan dan meninggalkan jejak kebaikan bagi dunia.
(kh/av)