Sabu Raijua, 20 Juni 2025 – Untuk pertama kalinya sejak berdiri 28 tahun lalu, Habitat for Humanity Indonesia memperluas jangkauan pelayanannya ke Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kehadiran ini menjadi tonggak penting dalam upaya peningkatan kualitas perumahan, sanitasi, dan air bersih, sekaligus mendorong pemberdayaan masyarakat di wilayah yang masih menghadapi tantangan serius dalam hal infrastruktur dasar.
Program ini secara resmi dimulai melalui kegiatan Inaugurasi (Kick Off) Program Pengembangan Desa Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2025–2026, yang digelar di Aula Kantor Bupati Sabu Raijua, Jumat (20/6). Acara tersebut turut dihadiri oleh Bupati Sabu Raijua, Krisman B. Riwu Kore, SE., MM., Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman, yang hadir secara daring, serta jajaran pemerintah daerah, perwakilan Habitat Indonesia, dan sejumlah pemangku kepentingan lainnya.
Tingginya Backlog dan Rumah Tidak Layak di NTT
Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 2024, Indonesia masih menghadapi backlog kepemilikan rumah sebanyak 9,9 juta unit. Sementara itu, Provinsi Nusa Tenggara Timur menduduki peringkat kedua nasional dalam hal jumlah rumah tidak layak huni, lebih dari 340.000 unit tercatat masih dalam kondisi tak memenuhi standar. Adapun 90.535 keluarga di NTT belum memiliki rumah sendiri.
Seperti dilansir dari laman Kompas, daya beli masyarakat yang rendah menjadi penyebab utama dari persoalan ini. Mayoritas keluarga yang terdampak berada dalam golongan desil 1 dan desil 2, yakni kelompok dengan pendapatan terendah. Rumah-rumah di kawasan ini banyak yang masih berlantai tanah, berdinding bambu atau pelepah lontar, beratap alang-alang, tanpa listrik, tanpa akses air bersih, dan tanpa fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) yang layak.
Kolaborasi Multipihak
Melihat kondisi ini, Habitat for Humanity Indonesia menggandeng Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua, para donatur, dan para sukarelawan untuk menjalankan program intervensi awal di Kecamatan Liae, salah satu wilayah yang tergolong memiliki kondisi sosial-ekonomi yang sangat menantang.
Adapun target yang diharapkan pada tahun 2025, yaitu:
- Pembangunan 5 unit rumah layak huni baru
- Pembangunan 6 unit toilet rumah tangga
- Pembangunan 2 unit toilet untuk sekolah dasar
- Pembangunan 8 unit sumur gali untuk air bersih
- Renovasi atau perbaikan 2 embung desa
- Pelatihan untuk 20 pekerja konstruksi lokal
- Edukasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) bagi 190 warga
- Pelatihan komite pengelolaan air untuk 10 warga desa
Langkah ini tidak hanya menyasar pembangunan fisik semata, tetapi juga menitikberatkan pada penguatan kapasitas pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat lokal agar keberlanjutan program dapat terjaga dalam jangka panjang.
“Program ini bukan sekadar pembangunan fisik, namun merupakan komitmen bersama untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih layak, manusiawi, dan bermartabat bagi masyarakat Sabu Raijua,” tegas Bupati Krisman dalam sambutannya.
Harapan untuk Ekspansi dan Kolaborasi Lebih Luas
Meski implementasi awal baru menjangkau sebagian kecil dari wilayah Kecamatan Liae, Habitat for Humanity Indonesia menyatakan komitmen terbuka untuk memperluas jangkauan program ke wilayah-wilayah lain di Kabupaten Sabu Raijua yang termasuk dalam skala prioritas.
Melalui koordinasi berkelanjutan dengan pemerintah daerah serta kerja sama lintas sektor, Habitat Indonesia mendorong partisipasi aktif dari berbagai pihak, baik individu, komunitas, perusahaan, maupun lembaga filantropi, untuk turut serta dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah terluar ini.
Karena pada akhirnya, hak atas rumah layak bukanlah sekadar kebutuhan dasar, tetapi fondasi penting bagi kehidupan yang sehat, produktif, dan bermartabat. Dan untuk mewujudkannya, dibutuhkan kerja bersama, solidaritas, serta langkah nyata dari seluruh lapisan masyarakat.
(kh/av)