Kategori: ID-EN Blog

ID-EN Blog

Bangkit dari Keterpurukan Hidup

#sahabathabitat apa yang membuat kalian bertahan di tengah kondisi yang pelik? Acapkali kita dihadapkan dengan keadaan yang sepertinya mustahil untuk dilewati, apalagi ketika kita diharuskan untuk terus menjalankan hidup apa adanya meskipun diri sudah tak kuat menahan pilu.

Bagi para penyintas bencana, mereka harus bertahan demi melewati kondisi fisik dan psikis yang dihadapi. Banyak dari mereka telah kehilangan banyak hal, mulai dari harta hingga nyawa orang-orang yang dikasihi. Tetapi tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk terus bertahan untuk tetap hidup di tengah-tengah keadaan yang penuh tantangan tersebut.

Hal tersebut juga dirasakan oleh Ibu Nuriyah, salah satu penyintas gempa Cianjur yang sudah selama 32 tahun hidup di Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Cianjur. Dibalik pundaknya yang tegar, Ibu Nuriyah memikul banyak pilu akibat gempa yang melanda area tersebut tahun lalu.

“Saya gak percaya kejadian ini. Dulu sering liat di tv, sekarang ngerasain sendiri kayak gimana gitu.” Tuturnya sembari menghapus air mata. Ia kehilangan nyawa anaknya dikarenakan gempa tersebut, apalagi sekarang ia sudah tidak memiliki tempat untuk berpulang karena rumahnya ikut hancur saat kejadian.  

Hari itu, beliau dan anaknya baru saja bangun dari tidur. Anaknya yang masih balita tersebut meminta untuk makan bersama, mengingat saat itu sudah siang hari dan Ibu Nuriyah juga harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke pekerjaannya. Saat sedang menyiapkan makanan, tiba-tiba anaknya bersikeras untuk diberikan minum. “Seolah-olah dia kepingin ibunya pergi dari ruangan itu.” Ibu Nuriyah pun mengalah dan segera bangkit untuk mengambil minum bagi anaknya. Hanya saja, ia tidak menyangka bahwa kala itu merupakan saat-saat terakhir dimana ia dapat melihat anaknya dalam keadaan hidup dan sehat.

Dalam sekejap mata, Ibu Nuriyah merasa tubuhnya terlontar ke udara. Kedua mata beliau terselubungi oleh kegelapan yang kala itu tidak ia mengerti dari mana asalnya. Yang ia tahu, dirinya sudah tidak dapat menggerakkan seluruh badannya, “ada sekitar 15 menit saya ga sadar. Cuma pas sadar, saya kira hari kiamat. Kalau hari itu hari kiamat, saya gakpapa asal bisa meluk anak saya…”

Meski kondisinya yang sudah lemah, dirinya berjuang untuk keluar dari tempat dimana ia terkubur. Untungnya, sebuah palang menghalangi kepalanya. Sehingga nyawa Ibu Nuriyah masih terlindungi dari keadaan tersebut. Beliau pun dapat keluar dari timbunan puing-puing rumahnya; ia langung bangkit untuk mencari keberadaan anaknya.

Selama satu jam ia mengais puing-puing bekas bangunan rumahnya. Ia berteriak untuk meminta tolong—tetapi apa daya, semua orang sibuk menyelamatkan diri dan keluarga. Apalagi, rumahnya tersebut berlokasi di ujung desa, sehingga banyak yang tidak dapat mendengar seruan Ibu Nuriyah.

Nyaris di saat ia sudah tidak kuat lagi, ada seseorang yang ikut turun tangan mencari anaknya. Sayangnya, anaknya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Ibu Nuriyah pun jatuh pingsan melihat tubuh anaknya yang naas tertimbun puing-puing bekas bangunan rumahnya. Ketika ia sudah bangun, beliau tidak dapat berlaku apa-apa kecuali memeluk tubuh anaknya dalam diam. “Perjuangan saya itu berat, (saya) sendiri membesarkan anak saya. Jadi pas anak saya meninggal, saya tidak kuat. Dulu saya mengurusi ibu, urusin anak, tanpa ada yang membantu; saya merasa kehilangan banget. Setalah kejadian, saya jatuh sakit selama satu bulan…”

Ibu Nuriyah tidak dapat kembali ke Desa Benjot selama satu bulan, dirinya mengaku trauma. Tiap mendengar suara mobil, hatinya langsung diselimuti oleh kekhawatiran akibat kejadian tersebut. Selama sebulan penuh ia jatuh sakit dan dirawat oleh kakaknya. Saat ia harus kembali ke Desa Benjot untuk mengambil barang-barang yang tertinggal, Ibu Nuriyah tidak kuat menahan tangisnya ketika melihat tempat dimana nyawa anaknya direnggut oleh bencana.

Ia baru dapat membereskan rumahnya satu bulan kemudian, setelah ia yakin kondisinya sudah lebih baik, “Pas kesini lagi, rasanya seperti dilahirkan kembali. Kayak bayi. Sendiri, tanpa uang maupun pakaian.” Kerap kali ia merasa hampa, tetapi ia berusaha untuk tetap tegar demi merawat api.

Api sendiri merupakan seorang tetangga yang sudah Ibu Nuriyah anggap seperti keluarga sendiri. Api juga selamat dari gempa tersebut, tetapi beliau lumpuh akibat tertimpa oleh puing-puing bangunan rumahnya, “Tapi yang bikin saya lebih bangkit lagi ketika melihat apih. Dia yang pertama peduli ketika saya butuh uang ngebiayain anak ketika ASI. Jadi, saya harus merawat API. Ketika melihat dia di ICU saya merasa, ‘Tuhan masih ada orang yang dulunya sayang sama anak saya dan harus saya rawat.’ Makanya saya bangkit dan harus mengurusi api. Mengingat dulu api benar-benar baik ketika saya butuh bantuan untuk merawat anak saya. Sekarang ia terdampar di ICU, kasihan, anak-anaknya sibuk kerja; kalau bukan saya siapa lagi yang merawatnya?” tambah Ibu Nuriyah.

Di sela kegiatannya dalam merawat Apih, Ibu Nuriyah mulai menyibukkan dirinya dengan berjualan es krim ke warung-warung. Ia berkata bahwa hidup itu masih terus berjalan, maka ia masih harus memenuhi kebutuhannya sehari-hari demi kesehatannya pribadi maupun Apih, “Intinya, ya, saya merasa harus bangkit. Allah pasti memberikan cobaan seperti ini, karena ingin memberi yang lebih. Jadi ayo bangkit, karena bukan saya saja yang melewati kejadian ini.”

Ia pun bertekad untuk memiliki sebuah rumah kembali. Di kala menunggu saat itu tiba, Ibu Nuriyah berusaha turut merapikan puing-puing rumahnya demi rencananya ke depan. Maka, ia sangat bergembira saat menerima bantuan Emergency Shelter Kits dan WASH and Cleaning Kits dari Hongkong-SAR serta Habitat for Humanity Indonesia. Beliau kini dapat merapikan rumahnya dengan lebih efektif dan efisien.

Ibu Nuriyah menantikan suatu hari dimana kondisi Desa Benjot dapat bangkit kembali seperti saat sebelum gempa itu terjadi. Hatinya yang besar ‘pun mengharapkan bahwa tiap penyintas gempa cianjur dapat menerima bantuan secara merata, “Anggap saja ini ibadah. Mudah mudahan ketika saya tua nanti akan ada yang merawat saya, seperti saya tulus ikhlas mengurusi apih.”

ID-EN Blog

Build Through Worship

Pada Rabu, 31 Mei 2023, Habitat Indonesia dan PijarTV mengadakan sebuah acara ibadah online yang diramaikan oleh berbagai musisi rohani dari berbagai lintas generasi. Acara ini sangatlah spesial karena disiarkan secara live dari pukul 5 sore hingga 10 malam (WIB) melalui 2 platform streaming, yaitu akun Youtube PijarTV dan Vidio.com. Untuk meriahkan ibadah “Build to Worship”, #sahabathabitat ditemani oleh para MC yang dengan apik menuntun para penonton ke dalam pujian penyembahan hingga proses penggalangan dana secara langsung.

Tiap sesi worship diselingi oleh ruang dialog bersama Direktur Nasional Habitat Indonesia, Bapak Susanto dan Manager Strategic Event Habitat Indonesia, Bapak Danny Nugroho. Kedua tokoh penting di Habitat Indonesia tersebut menyampaikan rasa syukur mereka kepada para penonton yang dengan antusias mengikuti acara tersebut hingga berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp. 30.041.000,-. Dana yang dikumpulan nantinya akan digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan Habitat Indonesia dalam melaksanakan pelayanannya.

Acara ini telah menunjukkan bahwa partisipasi sebuah komunitas dalam mendukung kemajuan kualitas hidup masyarakat dapat membawa perubahan yang bermakna bagi para keluarga prasejahtera. Ke depannya, kami berharap dapat mengadakan sebuah acara serupa dimana berbagai individual lintas kalangan dan generasi dapat bersatu untuk berkontribusi bagi bangsa.

#sahabathabitat tunggu terus acara-acara Habitat for Humanity Indonesia selanjutnya yang tidak kalah menarik, ya!

ID-EN Blog

Habitat Charity Golf Tournament 2023 “Hit and Build”

Setelah sebelumnya diselenggarakan pada tahun 2021, Charity Golf Tournament tahun ini berlangsung pada 16 Mei 2023 di Gunung Geulis Country Club.

Sebanyak lebih dari 80 pegolf berpartisipasi pada event, termasuk 4 pegolf anggota Indonesia Development Council, yaitu para pengusaha yang memiliki kesatuan hati mendukung pembangunan rumah layak huni bersama Habitat Indonesia. Tampak Hilmi Panigoro, Edwin Soeryadjaya, Fofo Sariaatmadja, dan Jimmy Masrin bersama pegolf lainnya menikmati pertandingan sambil mengajak pegolf lainnya ikut berdonasi baik secara langsung atau melalui acara lelang, guna mendukung misi Habitat dalam penyediaan rumah layak.

Sejak pertama kali diselenggarakan pada 2010, Habitat Charity Golf Tournament telah melibatkan 840 pegolf dan berhasil membangun 243 rumah layak bagi lebih dari 1.000 keluarga berpenghasilan rendah di berbagai daerah di Indonesia.

Susanto, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia menyampaikan bahwa Habitat Charity Golf merupakan salah satu kegiatan yang diandalkan dalam mendukung misi Habitat. “Sejak 2010, pertama kali Habitat Charity Golf diadakan, kami melihat antusias yang konsisten dari para pegolf karena memang olah raganya fun apalagi tujuannya mulia, yaitu berbagi kebaikan menyediakan rumah bagi keluarga berpenghasilan rendah yang membutuhkan.” ungkap Susanto.

Salah satu pengusaha ternama di Indonesia Fofo Sariaatmadja ikut sebagai peserta turnamen.  Tampak menikmati pertandingan, ia menuturkan, “Sudah beberapa kali terlibat di Habitat Charity Golf. Kegiatan ini sangat positif dan menyenangkan, apalagi tujuannya adalah untuk melakukan kebaikan kepada sesama.” Sebagai bentuk dukungannya, ia bahkan mengundang dua koleganya secara langsung dari luar negeri untuk ikut bertanding pada hari itu.

Melalui Habitat Charity Golf yang berlangsung dari siang hingga malam hari itu, donasi sebesar lebih dari 1 Miliar rupiah berhasil dikumpulkan. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membangun 20 rumah baru dan perbaikan 2 rumah di 4 cluster Habitat Indonesia yakni, Sentul-Bogor, Kulon Progo-Yogyakarta, Wringinanom-Gresik, Mauk-Tangerang, Cianjur dan Karawang.

Jimmy Masrin, salah seorang anggota IDC yang namanya tidak asing lagi di dunia golf mengungkapkan rasa senangnya mengikuti Habitat Charity Golf 2023 ini, “Sudah 20 tahun mendukung Habitat. Sudah seperti keluarga. Ya setiap hal yang kita lakukan kiranya bisa membantu keluarga-keluarga yang membutuhkan.”

Teddy Jubilant muncul sebagai pemenang utama kategori Best Gross Overall, hari itu memperoleh medali dan beragam hadiah. Turnamen hari itu diakhiri dengan acara makan malam bersama dan lelang beberapa memorabilia. Dua topi golf yang dibubuhi tanda tangan pemain golf ternama dunia yakni Phil Mickelson dan Bryson DeChambeau berhasil dilelang malam itu sebagai usaha penggalangan dana. Selain itu, sebuah lemari pendingin persembahan dari MODENA, telah menjadi sebuah master piece, karya seni yang indah karena dilukis oleh seorang seniman difabel; Anfield Wibowo, juga berhasil dilelang pada malam itu.  Pak Suharsono yang menjadi penawar tertinggi yang memenangkan lelang retrofride Modena itu menyampaikan, “Saya senang bisa ikut dalam turnamen ini. Hasilnya juga tadi lumayan. Saya berhasil menjadi salah seorang pemenang turnament. Saya berharap melalui event ini banyak masyarakat Indonesia bisa terbantu memiliki rumah layak. Saya juga pernah ikut event yang sama di Sentul beberapa tahun yang lalu dan membantu bangun 1 rumah. Semoga Habitat terus membantu lebih banyak masyarakat Indonesia.”

Habitat Charity Golf Tournament diharapkan dapat terus digelar setiap tahun, untuk membantu menyediakan rumah layak huni bagi banyak keluarga yang membutuhkan.

ID-EN Blog

Bangun Negeri Kita melalui “Home Equals Campaign”

“Home Equals Campaign” merupakan sebuah gerakan yang dicetuskan oleh Habitat for Humanity untuk meningkatkan akses perumahan yang layak, khususnya bagi masyarakat yang masih tinggal di permukiman informal.

Pemukiman informal sendiri ialah sebuah fenomena pembangunan perumahan yang terjadi ketika sebuah pemukiman dibangun pada lahan yang ilegal serta memiliki keterbatasan sarana dan prasarana (Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian PUPR, 2017). Ada berbagai faktor yang menyebabkan munculnya sebuah pemukiman informal, salah satunya ialah angka backlog yang kian meninggi hingga menyentuh angka 12,71 juta pada tahun 2022 (Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021).

Hal ini menimbulkan berbagai isu kepada lingkungan dan masyarakat sekitar, khususnya bagi keberlangsungan hidup para penduduk pemukiman informal. Seringkali mereka tidak memiliki akses ke hak dasar seperti air bersih dan sanitasi yang layak, tidak memiliki hak legal atas tanah mereka, dan bahkan merekalah yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Salah satu elemen terpenting dan utama untuk hak atas perumahan yang layak adalah jaminan kepemilikan lahan. Tanpa adanya jaminan kepemilikan lahan yang menjamin perlindungan hukum bagi individu, rumah tangga dan masyarakat, maka para penduduk pemukiman informal rentan terhadap penggusuran paksa, pelecehan, dan ancaman lainnya.

absensi hak kepemilikan tanah menjadi hambatan bagi keluarga dalam mengakses mekanisme pembiayaan dan permodalan. Terlebih untuk mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan.

Sebagai respon atas berbagai isu perumahan informal di Indonesia, Habitat for Humanity Indonesia telah mengadakan sebuah seminar bertema “Rumah untuk Semua” yang bertujuan untuk menjadi ruang diskusi para tokoh pemerintah serta profesional dalam mencari sebuah solusi yang inklusif dan efektif. Seminar ini diadakan pada Rabu, 14 Juni 2023 lalu.

Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh institusi pemerintahan maupun swasta yang merupakan ahli serta berpengaruh di bidang perumahan untuk bersama mewujudkan kesetaraan hak kepemilikan rumah layak huni serta lahannya melalui perubahan atau penyesuaian kebijakan yang ada.

Kami mengajak #sahabathabitat untuk menjadi agen perubahan bangsa dengan menyampaikan suara serta advokasi kalian untuk isu ini. Tiap dukungan kalian berarti bagi para keluarga pemukiman informal. Mari kita suarakan “Rumah untuk Semua!”

Tunggu terus update dari kami mengenai seminar ini!

ID-EN Blog

Acara Serah Terima Fasilitas Akses Air Bersih di Batam

Ketersediaan air bersih merupakan masalah utama di kota batam, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Hal tersebut dikarenakan biaya penyambungan air ke utilitas publik milik pemerintah cukup tinggi, mengingat beberapa wilayah pipa induk masih dimiliki perusahaan swasta/ perorangan sehingga biaya penyambungan ditetapkan oleh pihak swasta.

Maka, Habitat for Humanity Indonesia berkolaborasi dengan Caterpillar Foundation dari tahun 2020-2021 melalui program akses air bersih yang terjangkau untuk 120 keluarga di Kelurahan Tanjung Riau, dan tahun 2022-2023 akses air bersih untuk 260 keluarga (75 keluarga di Kelurahan Sei Lekop, 86 Keluarga di RW 07 Sei Daun dan 99 Keluarga di Piayu Laut).

Pada Sabtu, 27 Mei 2023, telah diadakan acara serah terima program akses air bersih tahun 2022-2023 kepada masyarakat Sei Lekop, Sei Daun, dan Piayu Laut.

Diperkirakan ada sekitar 50 peserta yang hadir di acara tersebut. Mereka terdiri dari berbagai tokoh masyarakat Batam serta para penerima manfaat yang dipercayakan untuk menjaga dan melestarikan fasilitas akses air bersih dan sanitasi dasar yang telah dibangun. Acara serah terima tersebut dilaksanakan secara simbolis, dari Habitat for Humanity Indonesia ke pemerintah Kecamatan dan perwakilan penerima manfaat dari masing – masing wilayah Sei Lekop, Sei Daun, dan Tanjung Piayu.

Camat Sei Beduk serta Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian Program dan Keuangan kecamatan Sagulung ‘pun datang untuk menyampaikan ungkapan terima kasih mereka atas manfaat yang telah diterima oleh warga sekitar melalui program-program yang telah dilaksanakan.

Mereka menilai bahwa dukungan Caterpillar Foundation melalui Habitat for Humanity Indonesia memberikan manfaat yang sangat besar dan diharapkan dapat dilanjutkan untuk ke wilayah – wilayah dengan kondisi serupa lainnya.

Kontribusi antara Caterpillar Foundation dan Habitat Indonesia telah membawakan dampak yang signifikan bagi masyarakat Batam. Diharapkan program-program ini dapat memberikan efek berkelanjutan yang positif serta memajukan kualitas hidup warga melalui penyediaan akses air bersih bagi masyarakat di wilayah Sei Lekop, Sei Daun dan Tanjung Piayu.

ID-EN Blog

Tetap Kuat dan Tidak Putus Asa 

“Dipakai buat beresin rumah di dalem. Dari luar ga apa apa padahal dalamnya ngeri.”, tutur Susi Fitriani, salah satu penyintas gempa Cianjur saat ditanya kegunaan ESK dan WCK yang diberikan oleh Habitat kepadanya. 

Susi merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kampung Cisalak, Desa Suka Jaya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Siang itu perempuan berusia 34 tahun tersebut sedang berada di rumah bersama ibu dan seorang anaknya yang sedang tidur, sementara suaminya sedang bekerja dan anaknya yang lain berada di sekolah. Baru saja ia menyelesaikan ibadah sholatnya dan hendak memasak air, tiba-tiba ia merasakan gempa yang sangat dahsyat. Segera ia menggendong anaknya yang sedang tidur dan berlari ke luar meski sangat sulit. “Ya, mau keluar susah. Pas kata ibu saya si Alasa lagi tidur di kasur, langsung diambil, pas itu langsung keluar matiin itu kompor sama mesin air.”, kata Susi. Beruntungnya, Susi tidak mengalami luka sedikitpun dan ia dapat bergerak cepat menyelamatkan anaknya, karena jika telat sedikit saja, kondisi anaknya akan sangat berbahaya. Ga ada luka, keburu diambil itu anaknya, kalau lewat 5 menit ga tahu, untung aja selamat.”

Sudah sejak lahir Susi tinggal di Kampung Cisalak. Namun baru kali itu ia merasakan gempa. Kondisi rumahnya ambruk. “Rumah ambruk. Kamar, ruang TV, ama atap dapur ambruk.”. Susi tidak sempat menyelamatkan barang –barangnya, baginya nyawa terlebih penting. “Nyelamatin nyawa aja dulu, barang-barang itu biarin mah.”

Setelah berlari ke lapangan, Susi bersama keluarganya harus bertahan disana selama 3 bulan. Ia tidak bisa pulang ke rumahnya. Ia bahkan harus berpindah dari satu pengungsian ke pengungsian lain sebanyak 3 kali. “Pas awal pertama ada gempa belum bisa pulang ke rumah, 3 bulan ada ya. Kalau di tenda komunal mah sebulan pindah lagi bikin di belakang, sebulan trus pindah. Udah 3 kali pindah.”  

Kedatangan Habitat memberi kegembiraan bagi Susi. Ia menerima sepaket ESK (Emergency Shelter Kits) dan WCK (Wash and Cleaning Kits) dari Habitat dan BCA Life. Alat tersebut sangat membantunya dalam membersihkan puing-puing rumahnya. “Dipakai buat beresin rumah di dalem. Dari luar ga apa apa padahal dalamnya ngeri. Ditambahkannya bahwa alat-alat tersebut dapat ia gunakan untuk mengangkat bata bekas ke luar rumahnya.  

Senenglah gitu, Alhamdulillah, ada yang ngasi gitu. Makasi pada Habitat dan BCA Life yang udah kasi peralatan buat bongkar rumah. Pokoknya kalau ga ada Habitat ya ga tau lah.”, tutupnya.  

Setelah apa yang terjadi, Susi tetap kuat dan tidak putus asa. Ia bahkan terus berupaya menguatkan anaknya yang merasa trauma. Ya kasihan sama anak-anak, saya katakan sabar.. Susi menyadari bahwa tidak hanya ia merasakan kesulitan tersebut tetapi juga semua orang di sekitarnya.  

ID-EN Blog

Perayaan Ulang Tahun Habitat for Humanity Indonesia ke-26

Pada Senin, 1 Mei 2023, Habitat for Humanity Indonesia telah memasuki 26 tahun masa pelayanannya di Indonesia. Untuk merayakan ulang tahun serta pelayanannya, segenap keluarga Habitat for Humanity Indonesia mengadakan perayaan bersama secara Hybrid (Online dan Offline). Acara ini dihadiri oleh berbagai anggota keluarga HFHI di seluruh area pelayanan Habitat Indonesia.

Bapak Rene Widjaja, selaku salah satu board member Habitat for Humanity Indonesia, menyampaikan kata sambutan sebagai pembukaan acara tersebut. Beliau memberikan inspirasi serta motivasi kepada seluruh staf HFHI dalam melayani masyarakat yang membutuhkan.

Topik ini kemudian dilanjutkan oleh penyampaian Bapak Susanto, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, yang mengingatkan seluruh staf dan rekan Habitat Indonesia akan betapa pentingnya untuk tetap melanjutkan pelayanan Habitat Indonesia dalam mengupayakan kesejahteraan bangsa sesuai visi, misi, dan tujuan organisasi.

Perayaan tersebut kemudian ditutup dengan pemotongan Tumpeng di National Office Habitat for Humanity Indonesia. Rasa bahagia meliputi akhir perayaan tersebut, mengingat selama 26 tahun Habitat Indonesia hadir untuk bersama membangun masyarakat Indonesia.

Semoga bara api pelayanan Habitat Indonesia dapat terus menyala serta menyinari kehidupan para keluarga yang membutuhkan.

ID-EN Blog

Pelatihan Literasi Keuangan Keluarga di Desa Kedung Dalem

Berkolaborasi dengan Habitat Indonesia, MUFG Bank mengadakan pelatihan literasi keuangan keluarga bagi penduduk Desa Kedung Dalem pada tanggal 10 Desember 2022 dan 14 Januari 2023. Tujuan dari program tersebut ialah meningkatkan pengetahuan serta kapasitas finansial warga desa yang dapat mempermudah para keluarga dalam mencapai kestabilan ekonomi.

Para pegawai MUFG bersukarela turun tangan menjadi pihak fasilitator selama acara itu berlangsung. Dengan penuh antusias, mereka mengajar serta membimbing para peserta agar materi yang telah disampaikan dapat dicerna dan dipraktikkan dengan baik. Pelatihan ini pun dihadiri oleh 100 orang peserta dari Desa Kedung Dalem.

Di penghujung acara, MUFG Bank membuka kesempatan bagi para peserta untuk membuka akun Bank Danamon yang telah didanai IDR 50,000 sebagai saldo awal. MUFG Bank serta Habitat Indonesia juga mengadakan kerja sama dengan pemerintah lokal untuk memenuhi target pembukaan akun Bank Danamon selama 2-3 minggu. Pada akhirnya, terdapat 100 orang yang telah mendaftar untuk membuka akun Bank Danamon.

Diharapkan pelatihan literasi keuangan tersebut dapat meningkatkan wawasan para keluarga di Desa Kedung Dalam dalam mengelola keuangan rumah tangga sehingga mereka lebih mampu mencapai kesejahteraan dan kestabilan finansial.

ID-EN Blog

Bali Build II

Pada tanggal 4 April 2023, Bali Build kembali dilakukan di Desa Purwakerti, Kabupaten Karangasem. Kegiatan ini merupakan acara Bali Build kedua yang awalnya pernah dilaksanakan pada pertengahan Januari 2023. Menyongsong tema ‘Building homes, building lives, building community’, Bali Build II menarik 25 relawan dari Denpasar untuk membangun 2 dari 6 rumah yang di donasikan.

Kegiatan yang dilakukan berupa membangun dinding, mengecat genteng, mengikat kawat, dan memindahkan material bangunan. Mayoritas relawan yang datang berasal dari Denpasar, tetapi ada 1 relawan yang datang dari Jakarta untuk mengikuti kegiatan ini. Ibu Vita adalah salah satu donor dan relawan yang sangat bersemangat untuk membangun rumah layak huni bagi warga Desa Purwakerti. Ada sebanyak 6 rumah layak huni yang dibangun di Bali Build II; 5 dari 6 rumah tersebut di donasikan oleh PT. Coconut Homes yang juga 92% relawan di acara ini merupakan karyawan perusahaan tersebut.

“I think it’s important for people out there to become aware and open your mind to really visualized that not everyone is as lucky as we are. I knew I grew up in a really nice lovely home and I’m very thankful for that. I think it’s really great to give back to the community. To able to bring happiness to life by having a house that is your home. It’s amazing we can do this kind of build, to bring back to my home, to my island.” kata Niluh, seorang relawan di acara Bali Build II.

Kesempatan yang diberikan kepada pemimpin dan karyawan ini diharapkan tidak hanya menjadi sebuah kegiatan sukarelawan untuk membantu sesama yang membutuhkan, tetapi juga menunjukkan kontribusi sebagai agen perubahan bagi sesama dan bagi bangsa.

Building Homes – Building Lives – Building Communities.

ID-EN Blog

Secercah Harapan di Tengah Kegelapan

“Alhamdulillah, masyarakat mengucapkan banyak terima kasih kepada tim Habitat dan CRS. Terus terang, dengan adanya bantuan berupa alat kebersihan seperti roda, martil, linggis dan alat lainnya kami merasa sangat terbantu. Bahkan seminggu ini dari paku setiap rumah bisa kejual pakunya karena ada linggis itu melepas pakunya”, ungkap Nandi, salah satu penyintas gempa di Cianjur sekaligus ketua RT di Desa Suka Mulya, Pasir Sapi, Kab. Cianjur. 

Saat gempa terjadi, Nandi berada di rumah bersama istri, anak, dan cucunya. Ketepatan, saat itu ia sedang berlibur dari pekerjaannya sebagai karyawan salah satu perusahaan kontraktor jasa pemasangan kaca di luar kota. Hari itu Senin, tepatnya pukul 1 siang. Tiba-tiba ia dan keluarganya merasakan goncangan yang sangat dahsyat. Baru kali itu Nandi merasakan gempa. “Musibah dadakan, ga ada aba-aba, trus kerasanya itu ke bawah dulu langsung ke atas. Sekitar 4-5 detik. Saya sendiri lagi tidur, mau sholat dibangunin istri, pas istri keluar langsung kejadian. Ya beruntung alhamdulillah langsung bisa lari keluar. Ambil cucu keluar dan mengarahkan warga ke lapangan. Kalau lebih dari 5 detik mungkin lebih bahaya”, tutur Nandi.  

Rumah Nandi retak, baik di bagian depan maupun belakang. Namun, ia masih tetap bersyukur karena rumahnya masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan rumah warga lain yang semuanya hampir roboh total. Selama beberapa hari, Nandi masih harus tinggal di tenda darurat bersama 31 keluarga lainnya. “Jangankan pas seminggu kejadian, sekarang aja ga tidur di rumah, di tenda”, kata Nandi.  

Awalnya Nandi tidak terpikir kembali ke rumahnya karena masih trauma. Namun, bantuan berupa alat-alat pembersih gempa yang diberikan oleh Habitat dan CRS mendorongnya untuk berani melihat kembali rumahnya dan mulai membersihkannya. Justru, setelah membersihkan puing-puing gempa di rumahnya, ia mampu mengumpulkan paku untuk ia jual sehingga ia memiliki uang di masa darurat. “Bahkan seminggu ini dari paku setiap rumah bisa kejual pakunya karena ada linggis itu melepas pakunya”, ungkap Nandi. 

Atas kejadian ini, Nandi hanya bisa ikhlas. “Namanya musibah kita harus ikhlas. Selain itu tetap berdoa supaya Cianjur bangkit lagi”, kata Nandi. Sekarang Nandi hanya berharap aktivitasnya bisa kembali seperti dulu lagi. Saat ini ia belum kembali bekerja karena sebagai ketua RT, ia masih sibuk dalam pendataan. “Saya tidak mementingkan diri saya pribadi, masih banyak yang di bawah kita, RT itu melindungi keluarga dan warganya. Saya sedang berupaya mencari relawan lokal untuk sembako karena warga belum 100% pulih. Ditambah, banyakan warga adalah petani, sementara cuaca hujan, alat dan bahan mahal, obatan mahal”, tutupnya.  

Ia berharap keluarganya serta warga Cianjur segera pulih dan bisa menata kehidupan lagi.